Chapter 5

1.2K 188 9
                                    

Arthit mengunjungi warnet seperti biasa pagi itu tapi ada sesuatu yang berbeda darinya. Dia tidak merasa antusias terhadap game seperti biasanya. Dia bahkan tidak berkonsentrasi saat memainkan gamenya dan sering terbunuh oleh pemain lain, jadi guild merekapun kalah perang.

"Apa yang terjadi padamu Arthit ?!" Seorang temannya yang bernama Jay memarahinya karena ia bermain payah dalam game.

"Apa?!" Arthit kesal. "Bukan salahku kalau kita kalah perang, toh itu hanya game!"

"Hanya kau kau bilang?!" Temannya yang lainnya juga menjadi emosi. "Apa yang salah denganmu? Ini bukan hanya game, tapi ini dunia kita, pekerjaan dan hidup kita!"

"Dunia maya!" Arthit menambahkan. "Bangunlah guys! Dan Kembalilah ke kenyataan!"

"Apa maksudmu? Hah?" temannya mengancamnya "Tidakkah kita mendapatkan uang darinya? Kita memiliki semua orang dan menghabiskan sebagian besar waktu kita di dalamnya? Tidakkah itu cukup nyata untukmu?"

"Ya...akui itu...ini seperti narkoba..." kata Arthit padanya. "Aku meninggalkan keluargaku, masa depanku, waktu dan hidupku untuknya, dan aku merasa bodoh..."

"Kau tidak serius, kan?!"

"Serius!" Arthit menegaskan. "Anne adalah contoh yang bagus, jika dia tidak memainkan game ini, dia tidak akan bertemu denganku, dan dia tidak perlu mati karenanya."

"Dia memberimu masa depan seperti yang diinginkan oleh setiap orang normal... sebuah keluarga, bukan?"

"Tapi, ia meninggalkanku...dengan seorang anak..."

"Jadi ini masalahmu?" tanya temannya. "Ibumu mendesakmu untuk merawat anak ini dan berhenti bermain?"

"Itu memang tanggung jawabku, bukan? Aku harus memikirkan masa depanku dan putriku...aku harus mencari pekerjaan...pekerjaan yang nyata..."

"Pekerjaan apa yang bisa kau dapatkan? Pelayan? Pegawai toko? Atau pengemis?" temannya mengejeknya.

Arthit menarik kerah baju temannya dan mengancamnya.

"Hei! Hei! tenang Arthit!" Teman-temannya yang lain mencoba menenangkannya. "Jay, tidak bermaksud begitru!"

"Apa yang terjadi denganmu, Ai'Arthit?" temannya yang lain berusaha menenangkannya. "Kau jarang online akhir-akhir ini, dan aku melihatmu mengunjungi perpustakaan beberapa hari yang lalu, apa yang kau lakukan di sana?"

"Kau pasti bercanda, Arthit mengunjungi perpustakaan? Kau pasti pernah melihat kembarannya...atau hantu..."

"Memangnya iya?" Tanya Jay

Arthit langsung membisu, dia tidak bisa memberi tahu teman-temannya tentang Kongpop. Mereka akan mengejek pria itu dan akan membullynya.

"Aku mencoba menjadi seorang ayah, oke! Aku pergi meminjam buku cerita untuk Annie, karena aku tidak tahu bagaimana cara menceritakan cerita pengantar tidur..."

"Kau apa?!" temannya menertawakannya. "Ku pikir kau sedang mengejar seorang pustakawan...atau melamar pekerjaan sebagai pustakawan..."

"Sebaiknya ajarkan dia bermain game online, daripada membaca buku cerita...haha​​..." temannya tertawa lagi. "Dunia sudah berubah, bro.... anak-anak bermain game jaman sekarang."

"Ya... dan mereka akan buta sebelum mencapai usia lima puluh...." Arthit menambahkan. "Cukup ngobrolnya, aku harus pergi!" Arthit mohon dirinya kepada teman-temannya. "Aku akan absen besok, kalian perang saja tanpaku!" dia lalu pergi

-----------------------------------------------------------

Arthit melihat arlojinya, dia menunggu Kong di depan zebra cross. Dia sudah tahu jadwal Kong, jadi kapan saja dia duluan menyelesaikan urusan gamenya, dia akan menunggu pria itu di zebra cross dan menawarkan untuk menemani Kong pulang atau menemaninya ke tempat lain seperti panti asuhan, bank, kantor pos, dll. Kadang mereka juga akan pergi makan bersama sebelum pulang.

Indonesia - Love is Like Reading a Book (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang