ONE

1.1K 26 1
                                    

Untuk pertama kalinya dalam hidupku hanya satu hal yang terlintas dalam pikiranku, kabur, melarikan diri, jangan melihat ke belakang.
Aku tahu aku tidak bisa kembali, aku bisa mendengar jeritan keras dari rumahku seperti yang kudengar sekarang, jika aku membuatnya jauh dan lebih jauh, di jalan yang mengarah keluar dari rumah . Dingin, gelap, dan diluar basah. Aku bisa mendengar napasku menjadi berat saat kakiku menendang dan menendang, kakiku yang telanjang membanting ke trotoar sempit dengan setiap langkah yang kejam sambil memukul tanah.
Air mata mengalir di pipiku dan tenggorokanku terasa terbakar. Bulan sudah penuh malam ini, namun tertutup oleh awan. Guntur meraung di belakangku, membuatku melompat dan kemudian aku tersandung kakiku sendiri dan itu membuat pergelangan kakiku terpelintir, saat aku jatuh ke trotoar, kepalaku memukul tanah dengan keras, saat itu juga aku bisa merasakan darah hangat mulai perlahan-lahan mengalir disisi wajahku. Pergelangan kakiku mungkin patah, aku menangis kesakitan.

"Apakah kau butuh bantuan?"aku mendengar suara seorang pria yg berjalan ke arahku dan kemudian dia berhenti tepat didepanku, kemudian aku melihat keatas dan apa yang aku lihat, seorang pria dengan yang tampan yang tidak pernah aku lihat, kulitnya kencang, rambutnya coklat agak keblonde-blondean, dan warna matanya coklat, dan disisi lain wajahnya ada bekas luka panjang menghiasi wajah vertikalnya yang sedikit masuk dibibir atasnya. Dari tanah dia tampak sangat sangat sangat tinggi dan besar, sangat pas. Kemeja putih dan dibagian lengan kemeja digulung ke lengan bawah menunjukkan bagian bawah lengannya yang ditutupi tattoo. Dia tampan, sangat tampan, dia memegang pistol kewajahku.

"Tolong....." Bisikku padanya.
Dia tetap diam dan memegang pistol ke kepalaku saat aku memintanya untuk tidak menarik pelatuknya, hidungnya berdarah, bibir penuhnya meringkuk seperti hewan-hewan yang siap untuk membunuh mangsanya.
Aku terus memohon, akan tetapi dia tetap saja diam tak menjawab sepatah katapun.

"Mengapa kau melakukan ini?" aku berteriak, aku lemah. Penglihatanku kabur dan hujan mulai menusuk semakin keras.

"Karena aku menyukainya....." Pria itu menggeram dan suaranya sedikit beraksen.

"Tidak...kumohon...." Aku memohon dan aku terbatuk-batuk, dia memeriksa dua kali untuk memastikan pistolnya dimuat sebelum mengarahkannya kembali ke wajahku.

"Buona notte, Amore.." Lalu dia menarik pelatuknya.

(*Selamat malam, cinta)
.
.
.
.
.
.
._

Aku terbangun karena suara hujan yang menggedor-gedor jendela kamarku dan sekarang masih gelap. Kemudian jendela kamarku terbuka dan memperlihatkan dinginnya diluar. Aku menggigil dan menaikkan selimutku ke dadaku, berguling dan memeriksa waktu di ponselku jam 6.00 pagi.

Meskipun membeku di kamar, tubuhku telah pecah menjadi keringat dingin.
Mimpiku itu, rasanya begitu nyata dan pria itu, aku merasa seperti pernah bertemu dengannya sebelumnya, seperti melihat fotonya dikoran ataupun suatu televisi.

Aku meluncur dari tempat tidurku dan menyelipkan jubah sutraku. Orang tuaku berada diluar kota, mereka baru saja menepati janji dan sumpah mereka berdua untuk pergi honeymoon ke Costa Rica.

Ibuku orang Costa Rica, sementara ayahku berasal dari Prancis. Setelah mereka menikah , mereka pergi ke U.S, New York. Lebih tepatnya ke Manhattan.

Ibuku tidak bekerja, dia berhenti dari pekerjaannya setelah dia melahirkan kakak perempuanku Vabia dan aku untuk tinggal di rumah, ibuku ingin memastikan rumah itu dalam keadaan baik sebelum ayah pulang.

Aku belum pernah melihat ayahku berteriak pada ibuku atau marah padanya, aku hanya melihat cinta dari mereka berdua.

Ayahku selalu bekerja selama berjam-jam dari aku masih kecil, kadang-kadang dia tidak akan pulang selama berhari-hari dan aku akan menangis di kamar tidurnya, aku tidak tahu siapa yang harus dihubungi atau bagaimana menemukannya.
Kadang dia berjalan melewati pintu dengan keadaan luka, berdarah dan memar di wajahnya, dan semua anak-anaknya akan bertanya dan berkata, "Papa apa yang terjadi?" Dan dia tidak akan menjawab sepatah kata pun, ayahku cukup mendekati kami dan mengucapkan beberapa kata kepada ibuku menggunakan bahasa Prancis.

SR. RAEKENWhere stories live. Discover now