TWO

428 16 0
                                    

Ruangan ini terasa berputar, tubuhku berkeringat. Aku tidak pernah merasakan pusing sebelumnya dalam hidupku. Aku harus keluar... Aku harus keluar dari sini.

Tidak peduli siapa yang akan menghalangi jalanku nanti, aku mendorong kursi yang aku duduki.
"Woah Jesse! Apa yang kau lakukan?! Apakah kau baik-baik saja?!" Aku mendengar suara Nolan yang begitu khawatir.

Begitu aku berdiri, semua pria itu juga ikut berdiri. Ruangan ini masih terasa seperti berputar dan aku merasa semua darahku telah terkuras. "A-aku merasa tidak enak badan." Aku bergumam dan jalan terseok-seok mencoba mengambil sesuatu untuk menyeimbangkan diri.

"Aku mendapatkanmu Jesslyn." Suara yang begitu familiar terdengar ditelingaku.

Jesslyn. Aku suka bagaimana dia memanggil namaku, lengan besarnya begitu kuat saat melilitku dan mendudukkanku dan kemudian dia berbalik lalu membaringkanku, kepalaku bersandar di pangkuannya.

"Dia merasa sedikit pusing, dan hampir saja pingsan." Aku mendengar suara Matheo yang sedang menjelaskan kondisiku pada Nolan.

"Jesslyn, apakah kamu baik-baik saja?" Matheo bertanya dengan melihat ke mataku, terlihat dari wajahnya kalau dia sedang mencemaskan ku.

Aku perlahan menganggukkan kepalaku dan berkata. "mungkin aku hanya butuh udara segar."

Matheo mengangguk sebelum membantuku keluar. Dia mengatakan sesuatu kepada saudara-saudaranya dalam dalam bahasa Italia. Aku melihat Nolan yang mengatakan dia akan memesan makanan untuk ku dan aku hanya mengangguk kemudian matheo mengawalku keluar teras.
Saat ini masih hujan deras dan aku merasa sangat kedinginan. Di mana Matheo memakai kemeja hijam dengan beberapa kancing bajunya dibuka dari atas sampai bawah yang memperlihatkan dada berototnya. Aku juga melirik tatto-tattonya, seperti tangan kanan lengannya yang tertutupi tinta, bersama dengan bagian dadanya.

Dia mengambil sebatang rokok dan koreknya, lalu menyalakan rokoknya dan membuat kepulan besar sebelum menatapku dan menghembuskannya. "Apakah kamu baik-baik saja? Jess?" Dia melangkah ke arahku dan aku mundur selangkah. Dia sangat mengintimidasi dan mengerikan untuk saat ini.

"I-i....ya." Aku tersedak. Matheo tersenyum padaku dan berkata, "Good."

"O-okay..." Jawab Jesslyn dengan tergagap.

Matheo mengambil rokok dari mulutnya dan melemparkannya ke tanah dan menghancurkannya di bawah sepatunya. Aku cepat-cepat berlari masuk, berlari ke meja dan duduk di sebelah Nolan di ujung.

"Nolan..." Panggilku dan menarik lengan bajunya saat dia sedang mengobrol dengan Sean tentang bisnis.

"Sebutkan berapa harga yang kau
minta." Damien menyeringai.
Nolan mengepalkan rahangnya dan memelototi Damien. "Tidak! Itu bukan pertanyaan."

Damien mengangkat bahu dan melihat ke arah matteo yang sedang meluncur kembali mengambil mantelnya, padahal semua makanan baru saja tiba.

"Aku kira dia menolak usulan itu?" Matheo berkata dengan tenang.

"Benar." Sahut Damien dengan menganggukkan kepalanya, kemudian berdiri kembali dan mengambil mantelnya seolah siap mau pergi.

"Matheo memandang Nolan, yang tidak ada amarah di matanya.
"Konsekuensi dari keputusanmu akan mempengaruhi keluargamu ... dan juga akan mempengaruhi adikmu yang cantik disini." Sahut Matheo.

Aku merasakan pipiku memanas saat Matheo bilang kalau aku cantik.

"Aku bisa mengurus keluargaku dengan baik. Aku tidak butuh bantuanmu!" Nolan meludah.

Matheo tertawa, "Aku sama sepertimu saat masih seusiamu, kau tahu..?." Matheo tersenyum dan menjabat tangan Nolan.

"Selamat Siang" Ucap Matheo dan di ikuti keempat saudara itu pergi meninggalkan Nolan yang saat ini terbakar amarah dan sedangkan aku seperti seorang gadis yang kelaparan.

SR. RAEKENWhere stories live. Discover now