K(awan)

71 5 3
                                    

Aku duduk bersama mas Galih di teras rumahnya. Gang sudah sepi meski beberapa ada suara motor melintas.

"Jangan biarkan kopi itu menjadi dingin Ka." Mas Galih membuka pembicaraan. Baru saja dia dari dalam mengambil sebuah novel yang kuminta.

"Iya mas."

"Kau kesini bukan untuk meminjam buku ini saja kan?" Ada nada curiga dalam kalimat mas Galih. Aku dapat melihat dia mengawasiku dari balik kacamata yang dipakainya. "Ada apa?"

"Gapapa mas. Aku cuma kangen aja sama si Lintang."

"Ah, berilah alasan yang sedikit masuk akal sebelum menjawabku Ka." Mas Galih membuka bungkus rokok dan mulai menyulut batangnya dibibir. "Jika kau kangen anakku harusnya kau datang sore tadi, bukan jam sembilan malam begini."

Aku menunduk, tersenyum mendengar kata mas Galih. Tak menjawab lagi, aku hanya mengeluarkan rokok dari saku jaketku.

"Sejak kapan kau merokok? Seingatku kau tak suka rokok kan?"

Aku mulai menyulut rokok dibibir, menghirupnya kemudian menghembuskan asap dari hidungku.

"Sejak adikmu pergi mas." Kataku dingin.

Mas Galih memandangiku. Dalam diam. Kemudian kami sama-sama melihat jalanan dari tempat kami duduk. Tak ada yang bersuara hingga beberapa saat.

"Aku tak ingin adikku jadi alasan kau berubah Ka. Aku tahu kau seperti apa dulu. Kau tak boleh mengikatnya dalam kenangan seperti ini. Lalu mempengaruhi hidupmu." Mas Galih mengetukkan abu rokok di asbak meja sebelah kami.

"Aku tak sering merokok kok mas. Hanya sesekali."

Ya hanya sesekali ketika hati kacau saja.

Sebenarnya aku ke sini bukan untuk meminjam buku dari mas Galih, tapi ada yang menekan di hati sejak hari itu. Hari setelah kopdar di Kedai kopi Mataram.
Rasa yang menuntunku untuk berkunjung ke rumah Awan, sahabatku.

Kami tak berbincang lama di rumah mas Galih. Ada yang bilang jika sedang sedih seseorang hanya butuh pelukan. Nah, 'pelukan' seperti inilah yang aku cari dari mas Galih, mungkin. Perhatian.

Aku pulang dengan berjalan kaki menuju rumah pada pukul sepuluh kurang lima.

Rumah kami cukup dekat di Jalan yang sama, Sosrowijayan, tapi rumah mas Galih masuk di gang sebelah tempat pijat Monggo Relax.

Aku berjalan dengan membawa antologi cerpen yang berjudul Dunia Dalam Mata. Menyusuri jalan Sosrowijayan yang penuh dengan hotel, resto dan segala hal yang memanjakan para wisatawan. Suasana tak terlalu ramai menuju Malioboro.

Tak sampai sepuluh menit aku sudah tiba di rumah. Aku masuk rumah setelah memberi salam meski tak ada yang menjawab. Bapak dan Ibu sedang di rumah simbah di Kaliurang. Sedang adik perempuanku pasti sedang sibuk dengan laptopnya di kamar.

---

Ketika berbaring seperti ini. Di kamar, dengan redup lampu dan musik yang mengisi seluruh ruang, seringnya ingatan-ingatan itu menyeruak. Berdesakan berebut untuk memutarkan semua ceritanya.

Genap empat hari aku tak menjamah medsosku. Sejak hari itu, aku memilih untuk tak menghiraukan facebook maupun instagram dihapeku. Hampir seminggu ini aku disibukkan oleh pekerjaan yang membuatku menguras tenaga dari pagi hingga malam. Jadwal lembur sebelum ambil cuti panjang. Atau aku sedang menghindari sesuatu.

Sudah pukul sepuluh lebih dua puluh lima menit ketika mataku menatap jam dinding pada tembok sebelah tempat tidurku. Tiba-tiba terdengar bunyi telepon selular milikku. Kulihat sms dari Aji.

Masih bangun Ka?

Iya, kenapa? Balasku.

Cepat tidur. Besok kita berangkat pagi.

Yoohh..

Selesai membalas sms dari Aji, aku membuka instagram, lalu kutemukan foto miliknya. Seketika ingatanku kembali pada saat di kedai kopi beberapa hari lalu.

Sesuatu yang aneh kurasakan ketika dia menyadari keberadaan kami di tempat yang sama. Ada rasa senang waktu dia menengok mencari tempat dudukku. Pandangan kami bertemu dan aku tersenyum kepadanya. Namun senyuman itu hilang ketika tiba-tiba dia pergi. Ada rasa yang bercampur saat itu. Malu dan... sedikit kecewa. Karena bukan seperti itu yang aku pikirkan.

Entahlah, tiap aku memikirkan laki-laki ini, Awan selalu muncul diingatanku. Ada rasa yang hampir sama yang ingin kumiliki lagi.

Aku menulis di note hape. Lalu kuposting di Instagram.

Post

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Post.

Aku mematikan data seluler pada handphonku lalu mulai memejamkan mata. Semua berputar dikepalaku sebelum akhirnya aku terlelap. Tentang Awan, tentang mas Galih, tentang dia.

Lian.

Raka Wisnu SuryandaruWhere stories live. Discover now