00 - Awal

180K 7.7K 429
                                    

Cowok blasteran Amerika-Indonesia itu berdiri di depan cermin kamarnya, menatap pantulan dirinya lewat cermin besar itu. Senyuman manis terukir di wajah tampannya. Kini ia baru sadar kalau wajahnya benar-benar tampan. Pantas saja banyak perempuan yang jatuh ke dalan pesonanya.

Ia meraih sebuah botol parfum yang terletak di atas meja, lalu menyemprot cairan itu ke tubuh bagian atasnya yang belum mengenakan apapun. Aroma cokelat langsung menyebar di kamarnya. Setelah menyemprotkan parfum, ia meraih seragam sekolahnya yang ia letakkan di atas kasur.

Alan memandangi dirinya di cermin seraya mengancingi seragam sekolahnya yang di sisi kanannya terdapat name tag Alano Adiputra.

Usai mengancingi kemejanya, Alan menyisir jambulnya ke atas menggunakan tangan. Kemudian senyum lebar terukir di wajah tampannya.

"Gue ganteng juga ternyata," gumamnya seraya tersenyum dan melihat lagi ke cermin. "Pantes aja cewek-cewek suka teriak-teriak gaje kalo gue lewat."

Setelah sudah merasa cukup dengan penampilannya, Alan meraih tas ranselnya dan keluar dari kamar. Ia menuruni satu per satu anak tangga dengan cepat. Ketika dirinya sudah tiba di lantai bawah, kakinya melangkah menuju meja makan.

Dengan gerakan cepat, Alan membuka tudung saji yang terletak di atas meja makan. Wajahnya sudah berseri-seri, ia berpikir pasti pembantunya memasak sarapan untuknya.

Tetapi setelah tudung saji itu dibuka, helaan napas keluar dari mulutnya, karena ternyata tidak ada satupun makanan di atas meja.

Tak lama kemudian, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pelan pundaknya, membuat Alan menoleh.

"Pagi, Alan," sapa Harry, papa kandung Alan. Pria itu terlihat sangat rapi dengan jas hitam yang melekat di tubuhnya.

"Ya." Alan membalasnya dengan nada datar, lalu membuang muka. Ia malas melihat ayahnya dan memilih untuk duduk di sofa dan menonton TV.

Tiba-tiba, seekor anjing husky naik ke atas sofa hitam itu dan duduk di sebelah Alan. Anjing itu tampak besar dan sangat menggemaskan.

Begitu melihat anjing kesayangannya, Alan tersenyum lebar. Ia mengelus kepala anjingnya dengan kasih sayang, lalu menariknya agar anjing itu mendekat.

Lucas, nama anjing itu. Alan yang memberinya nama. Lucas adalah hadiah ulang tahun Alan yang ke 13 dari ayahnya. Alan sangat menyayangi Lucas karena anjing itulah yang menemaninya di saat ia senang maupun sedih.

"Lucas, udah makan?" tanya Alan seraya mengelus kepala Lucas yang ditutupi bulu tebal. Alan tahu, Lucas tak bisa menjawab pertanyaannya. Namun, pertanyaan itu memang selalu Alan lontarkan saat pagi hari.

Melihat anaknya yang jauh lebih akrab dengan anjing dibanding dirinya, Harry mendesah pelan, lalu berjalan menghampiri anaknya ke sofa.

"Lucas belum mandi, jangan dibawa naik ke atas sofa," ucap Harry sambil menatap anaknya yang masih mengelus bulu Lucas. "Turunin dia."

Alan mengalihkan pandangannya dari Lucas ke Harry, lalu menatap ayahnya dengan tajam. "Suka-suka Alan."

Harry menghela napas. "Kamu ini, dari dulu gak pernah nurut sama Papa."

Alan tidak menyahut, namun mendengarkan. Ia mengelus kepala Lucas sekali lagi, sebelum akhirnya beranjak dari sofa dan keluar.

Alan berjalan menuju motornya dan mendapati motornya tampak sangat bersih dan kinclong, padahal Alan tak merasa dirinya telah mencuci motor sport itu. Atau mungkin saja Alan telah membawa motornya ke tempat cuci motor otomatis, hanya saja ia lupa bahwa motornya telah dicuci.

Namun, Alan tampak cuek dan malah memakai helmnya, lalu menaiki motor dan pergi menuju sekolahnya.

Hanya butuh sekitar 10 menit untuk tiba di sekolahnya. Alan memarkirkan motor sportnya di samping kedua motor sport lain yang sudah terparkir duluan. Ia sangat kenal dengan kedua motor itu. Motor mereka bertiga memang selalu terparkir bersebelahan.

She's MINE!! (✔)Where stories live. Discover now