18 - Alvaro

63K 2.9K 121
                                    

Alan memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli dengan rambu-rambu lalu lintas, motor itu terus melaju dengan cepat. Beberapa pengguna jalan di sekitarnya hanya bisa menyumpahi Alan dalam hati dan memencet klakson kendaraan mereka dengan kesal.

"Sialan." Tiba-tiba, Alan mengerem mendadak ketika di depannya terdapat kucing yang sedang menyebrang jalan. Alan menghela napas, untung saja kucing itu tidak tertabrak olehnya. Bisa-bisa urusannya bisa panjang lebar jika Alan benar-benar menabrak kucing tak bersalah itu.

Alan kembali menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Cowok itu mendengus. Hawa panas yang berasal dari matahari membuatnya kesal. Andai saja hujan turun sekarang juga, pasti Alan akan merasa hepi karena tidak kepanasan.

Setelah memakan waktu beberapa menit, akhirnya Alan tiba di rumah. Ia membuka pintu yang terkunci itu dengan kunci yang dibawanya. Ketika pintu itu dibuka, Alan segera melangkah masuk ke dalam.

"HAI, BANG!"

Alan sontak terlonjak kaget ketika di depannya ada sosok cowok yang lebih pendek beberapa centi darinya. Sosok yang sangat dirindukannya, karena mereka hanya bertemu setahun sekali. Orang itu tersenyum lebar, lalu memeluk Alan dengan erat.

"Gila, gue kangen banget ama lo, Bang," kata cowok yang biasa dipanggil Alvaro itu. Setelah beberapa detik, akhirnya mereka melepaskan pelukan persaudaraannya.

Dia Alvaro Adiputra. Adik kandungnya Alan yang tadinya tinggal di New York bersama dengan kakeknya yang memang orang Amerika asli. Alvaro sengaja dipindahkan ke sana waktu itu, karena katanya ia ingin mencoba untuk sekolah di luar negeri. Bukan hanya sekedar mencoba, tetapi ia juga ingin mencari pacar di sana. Yah, siapa tahu bisa dapet cecan bule. Ya, gak? Eh, tapi ternyata sampai sekarang belum dapat juga.

Alan tersenyum tipis. "Gimana di sana?"

Alvaro menjawab, "Enak, Bang. Dikerubutin cecan, gue."

Langsung saja Alan menoyor kepala adik kesayangannya itu. "Pala lu gepeng."

"Ih, gue kan ganteng, Bang! Ya jelas lah cecan bule pada ngantri buat dapetin gue. Hehe."

Alan terkekeh. "Gantengan abangnya, kali."

Mendengar itu, Alvaro lantas tertawa geli. Ia menepuk-nepuk pundak kakaknya itu. "Iya deh, Bang. Gue iyain."

Alan dan Alvaro usianya berbeda 2 tahun. Saat ini Alvaro duduk di kelas sembilan, dan tentu saja ia akan melanjutkan sekolahnya di Indonesia.

"Kenapa balik?" tanya Alan, mengingat adiknya yang tiba-tiba pulang ke Indonesia.

"Kan gue udah bilang, gue kangen ama lo. Gak bisa nahan kangen sampe lebaran, Bang."

Alan tertawa geli. Ia mengajak adiknya untuk duduk di ruang tengah sambil memakan cookies yang memang disediakan di ruang tengah. Alan menatap adiknya lumayan lama, kemudian tersenyum tipis. Jujur saja, ia sangat merindukan adiknya. Walaupun mereka bertemu setahun sekali ketika lebaran tiba, namun tetap saja mereka tak bisa menutupi rasa rindunya.

"Lo masih suka Spongebob, Bang?" tanya Alvaro ketika melihat karakter spons berwarna kuning itu di layar televisi.

Alan mengangguk. "Iya. Lo?"

"Sama."

Keduanya terbahak. Mereka tak menyangka, film kartun favorit mereka waktu kecil masih menjadi favorit mereka hingga saat ini.

"Bang, gue liat di meja makan gak ada makanan sama sekali. Lo bisa masak gak, Bang? Bi Yuni lagi cuti, kan?"

Alan menahan tawanya. Ditanyai seperti itu, ia jadi mengingat Vella. Ia jadi mengingat kembali tentang mac & cheese yang harusnya asin tetapi malah jadi manis karena Alan tak sengaja memberinya gula. Ia juga ingat ketika Okta yang panik karena rasa makanan buatan Alan. Tak kuat menahan tawanya, akhirnya cowok itu tertawa sampai terpingkal-pingkal.

She's MINE!! (✔)Kde žijí příběhy. Začni objevovat