14 - Sakit (2)

72.1K 3.5K 36
                                    

Setelah memakan waktu sekitar 30 menit, akhirnya mereka tiba di rumah Vella. Alan memarkirkan mobilnya di satu-satunya parkiran yang tersisa di rumah Vella. Ia beberapa kali melirik spion mobil untuk memastikan apakah mobilnya terparkir rapi atau tidak.

Alan mematikan mesin mobilnya. Ia menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya, kemudian menoleh ke arah Vella yang sedang tertidur. Alan menghela napas berat. Vella terlihat masih lemas dan pucat. Membuat Alan tak tega untuk membangunkan cewek itu.

Hingga akhirnya Vella mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu membuka matanya. Ia duduk tegak, lalu melihat ke luar lewat jendela. Kemudian kembali menatap Alan yang menatapnya juga.

"Udah nyampe, ya?" tanya Vella.

Alan mengangguk. "Udah."

"Oh. Yaudah aku--"

"Aku gendong kamu, ya? Takutnya kamu masih pusing."

Vella menggeleng cepat. "Gak usah, Lan, aku bisa sendiri."

Tak mau mendengar penolakan, Alan turun lewat pintunya dan beralih membuka pintu Vella. Ia sedikit membungkuk, hendak mengangkat tubuh Vella. Namun Vella menahannya.

"Ih, dibilangin gak usah. Aku berat, Alan."

Alan berdecak. "Diem."

Akhirnya, Alan mengangkat tubuh Vella yang mungil itu. Sebelum menuju ke dalam rumah, Alan menutup pintu mobil dan menguncinya. Cowok tinggi itu melangkahkan kakinya menuju teras dengan tangannya yang kokoh menggendong Vella. Sementara Vella hanya terkagum-kagum memandang rahang Alan dari bawah.

"Sayang, tolong ketukin pintunya ya." Alan berucap dengan suara beratnya.

Vella mengangguk paham. Ia tahu, Alan tak bisa mengetuk pintu kayu itu karena kedua tangannya dipakai untuk menggendong Vella. Akhirnya, Vella menjalankan perintah Alan dengan mengetuk pintu kayu rumahnya sebanyak 3 kali.

"Sebentar!" teriak seseorang dari dalam. Tak lama, pintu terbuka dan menampakkan seorang wanita setengah baya yang sedang memegang sapu. Alan dapat menebak bahwa wanita itu sedang menyapu lantai.

"Eh, Non Vella." Wanita yang biasa disapa Bi Rani itu tersenyum menatap anak majikannya telah pulang ke rumah. Kemudian tatapannya beralih ke Alan yang sedang menggendong Vella. "Siapa nih, Non Vella? Ganteng bener."

"Saya pacarnya, Bi." Malah Alan yang menjawab.

Bi Rani tersenyum lebar mendengar pengakuan Alan. "Wah, Non Vella udah punya pacar? Siapa namanya, Den?"

Alan tersenyum tipis. "Alan, Bi."

Vella mendengus kasar ketika menyadari Bi Rani menatap Alan tanpa berkedip. "Udah kali, Bi, ngeliatinnya."

Alan terkekeh pelan. "Bi, saya boleh bawa Vella ke kamarnya, kan? Dia sakit."

Bi Rani mengangguk cepat. "Boleh, Den, boleh." Lalu mempersilakan mereka untuk masuk ke dalam.

Ketika masuk, Alan langsung mengedarkan pandangannya. Menurutnya, rumah Vella terlihat sangat rapi dan terlihat 'cewek banget', karena dinding rumah Vella bercat warna ungu. Dan menurutnya, rumah Vella tak terlalu besar namun tak terlalu kecil. Ada foto Vella dan ibunya yang terpajang di sebuah meja pajangan.

"Yaudah, Den Alan langsung aja bawa Non Vella ke kamarnya, soalnya Bibi mau lanjut nyapu," ucap Bi Rani dengan pelan.

Alan mengangguk. "Kamarnya di mana, Bi?"

"Di lantai dua, Den, deket balkon."

"Yaudah, saya ke atas ya, Bi." Setelah dibalas anggukan oleh Bi Rani, Alan segera menaiki satu persatu anak tangga tanpa terlihat keberatan karena menggendong Vella. Cowok itu terlihat seperti tak ada beban apapun.

She's MINE!! (✔)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt