24 - Pengakuan

53.4K 2.7K 35
                                    

Sejak hari itu, hari dimana Alan memberikan seekor anak anjing berbulu coklat untuk Vella, Vella sudah mulai mengurangi rasa kesepiannya. Cewek itu menghabiskan waktunya yang tak terpakai bersama anak anjing pemberian Alan yang ia beri nama Loki. Apalagi ketika Hana mendadak pergi ke Spanyol untuk urusan pekerjaan. Vella juga senang sekali ketika Alan dan Alvaro sering-sering datang ke rumahnya.

Seperti sekarang ini, Alan dan Alvaro sedang tidur-tiduran di karpet bulu yang terdapat di kamar Vella. Vella sendiri memutuskan untuk kembali menulis. Ia sudah sangat merindukan laptop warna silver miliknya. Juga merindukan para pembaca setianya yang sangat menantikan kelanjutan cerita.

"Aih, gabut." Alvaro berucap pelan, namun masih bisa terdengar oleh Alan maupun Vella. Tangannya meraih boneka panda milik Vella, lalu memeluknya dengan erat. Alvaro memandang boneka panda itu cukup lama, kemudian tertawa tiba-tiba. Dan yang membuat Alan jijik, tiba-tiba saja Alvaro mengecup mulut boneka panda yang imut itu.

"Gue gemes sama mulutnya. Minta dicium." Alvaro kembali mengecup mulut boneka panda itu.

Alan memalingkan wajah. "Najis."

Vella tertawa kecil melihat Alvaro yang terus-terusan mengecup boneka pandanya. "Ketauan banget sih, jonesnya."

Alvaro mengalihkan pandangannya dari boneka panda, lalu menatap Vella sambil mengerucutkan bibirnya. "Ih, jangan gitu dong, Kak. Walaupun jomblo, yang penting gue ganteng."

Vella menahan tawanya. "Buat apa ganteng kalo gak laku?"

Vella terbahak mendengar perkataannya sendiri. Alan juga terbahak. Sedangkan Alvaro menghentak-hentakkan kakinya kesal sambil mengerucutkan bibirnya. Mulutnya tak berhenti ngedumel. Namun, Vella dan Alan tampak bahagia melihat Alvaro tersiksa.

"Kalian serasi ih, hobinya ngebully gue."

Mendengar itu, Alan dan Vella saling pandang. Mereka bertatapan lama sekali. Vella meneguk ludahnya susah payah ketika matanya bertemu mata coklat milik Alan yang indah. Tak kuat menatap Alan lama-lama, Vella mengalihkan pandangannya dan kembali menatap laptop yang menampilkan banyak tulisan-tulisan panjang. Vella terdiam. Ia berusaha fokus terhadap laptop, namun jarinya tak bisa mengetik keyboard dengan benar karena ia menyadari Alan masih memandangnya dari samping.

"Udahan nape, Bang." Alvaro menegur Alan dengan menyenggol lengan cowok itu dengan siku. "Kak Vel kasian, gak bisa fokus gara-gara lo."

Mendengar itu, Vella menoleh ke arah Alvaro. "Ih, enggak."

"Boong. Aku tau kok, Kakak gak bisa fokus gara-gara Bang Alan ngeliatin Kakak."

Alan menyelak. "Hush!"

Tiba-tiba, datang seekor anak anjing berbulu lebat warna coklat. Ia menghampiri mereka dan duduk di antara Alan dan Vella. Alvaro yang menyadari itu tersenyum menyebalkan.

"Ape lo senyum-senyum?" tanya Alan galak.

"Lucu aja, Loki duduk di tengah emak-bapaknya." Alvaro nyengir, semakin mengeratkan pelukannya pada boneka panda milik Vella.

Loki menjilat-jilat tangan Vella dan Alan secara bergantian, kemudian berguling-guling di karpet berbulu itu. Alan dan Vella tertawa, Loki sungguh menggemaskan. Vella dan Alan dengan bersamaan mengelus bulu Loki yang halus dan lembut.

Alvaro berdecak. "Inget woy, gue masih ada di sini."

"ASTAGA!" Tiba-tiba Vella memekik kencang, membuat Alvaro duduk tegak seketika. Alan juga kaget, ia menatap Vella dengan khawatir. "K-kenapa?"

"Loki belum makan!" seru Vella, wajahnya berubah jadi panik. "Aku kasih makan dulu, ya!"

"Eh, gak usah, Kak! Biar gue aja." Alvaro mengangkat Loki ke gendongannya, lalu berdiri. "Lo berdua puas-puasin deh ya, pacarannya. Mumpung gue sama Loki gak ada."

She's MINE!! (✔)Onde histórias criam vida. Descubra agora