10

1.5K 115 1
                                    

"Kita pernah bersama, meskipun akhirnya memang harus berpisah"

***

Aku tiba di taman VALENSIA. Taman yang memang sering menjadi tempat para kekasih, seharusnya sih begitu. Tapi tiba tiba taman ini tak asing bagiku, aku seperti pernah ke taman ini, tapi kapan? Sama siapa? Terus kenapa ada di taman ini ngebuat hati jadi sakit ya.

"Dira dimana sih?! Tadi suruh nunggu disini. Padahal gue kan gasuka nunggu"

Tidak lama kemudian Dira datang, dan gayanya memang keren seperti seseorang yang akan bertemu dengan pasangannya.

"Gimana penampilan aku?"

Aku memutar bola mataku, lalu mataku melebar saat melihat ada Langit dan Mentari disini. Dan ya, lagi lagi aku cemburu dan penasaran dengan mereka.

"Bulan, aku ngomong sama kamu loh!" Dira memelototiku. Dan aku hanya membalas dengan cengiran.

"Iya sip ko, eh gue pergi dulu ya. Mules!"

"Eh Lan.."

Tak sempat Dira bicara aku langsung pergi, sebenarnya aku tidak akan ke toilet, tapi akan membuntuti Langit dan Mentari. Seharusnya aku tidak melakukan hal bodoh ini, tapi entah kenapa pikiranku terus saja berkata IKUTILAH.

Langit dan Mentari berhenti di salah satu bangku taman, lalu mereka duduk sambil memperhatikan dua angsa yang sekarang mereka lihat. Mentari sih senyum senyum, tapi Langit tetap dengan sikapnya yang cuek.

"Langit, kamu tau gak betapa senangnya aku saat kamu mau menggantikan pria yang bodoh itu"

"Tapi Langit, kamu cinta kan sama aku, bukan karena terpaksa?"

Langit mengangguk.

Aku terus memperhatikan mereka dibalik semak semak, tiba tiba saja Mentari memeluk Langit, dan membuat mataku terbelalak.

"Maygat!!"

Dan tiba tiba saja aku memikirkan sesuatu, sesuatu yang sama dengan kejadian yang aku lihat barusan. Aku yakin, kejadian barusan ada sangkut pautnya sama taman ini, karena taman ini dan kejadian itu tak asing bagiku. Seperti ini semua pernah terjadi, tapi entah kapan.

"Kejadian itu, apa jangan jangan ada sangkut pautnya sama putusnya hubungan aku dengan Langit. Tapi kenapa aku gabisa mengingat sesuatu"

Lalu Langit tiba tiba saja melihat kearahku, dan aku juga tidak mau disangaka sebagai penguntit  lalu aku berlari pergi.

Langit mengarahkan pandangannya ke depan, dan memejamkan matanya sekejap untuk mengucapkan kalimat di hatinya.

"Maafkan aku Bulan"

》》》

Aku berjalan di sepinya taman ini, dan pikiranku saat ini hanya tertuju pada ingatan yang terlintas dipikiranku meskipun beberapa detik. Tapi ingatan itu berhasil menarik rasa penasaranku. Bayangan pria dan wanita itu mirip dengan bayangan Langit dan Mentari. Tapi kenapa bayangan itu tak mampu aku ingat.

"Inget dong inget!"

Aku memukul mukul kepala berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi dulu. Gara gara mabuk aku jadi lupa semuanya.

Antara Bulan & LangitWhere stories live. Discover now