24

1.7K 91 2
                                    

Langit tengah duduk di sofanya. Hari ini dia akan pergi ke Bandara untuk kepergiannya ke Kanada. Dia duduk dengan koper disampingnya sambil menunggu Mentari yang sedang bersiap siap.

"Mah, Mentari masih lama?"

"Iya, gimana Langit kamu siap kan menikah dengan Mentari?"

Langit hanya mengangguk pasrah. Sebelum kepergiannya dia sempat meminta bertemu dengan Bulan. Mungkin ini terakhir kalinya dia bertemu Bulan sebelum dia benar benar pergi dari kehidupan Mentari.

"Mah kasih tau Mentari ya, Langit pergi dulu sebentar"

"Mau kemana kamu?"

"Ada urusan"

"Yasudah, hati hati ya"

Lalu Langit pergi.

Langit : Bulan gue tunggu lo di taman Valensia sekarang.

Aku membaca pesan dari Langit, dan untung saja aku sudah siap siap. Aku diantar Bintang karena dia ngotot ingin menemani aku.

"Bin, lo gak lupa kan taman Valensia yang mana"

"Enggak, jangan pake lo dong kan kita mau nikah pake kamu"

"Iya iya"

Bintang hanya tersenyum sumringah. Sementara aku diam sambil melihat kearah gedung gedung dan pohon pohon di kota ini.

Setibanya di taman Valensia, aku melihat Langit duduk di salah satu bangku taman. Dan aku langsung menghampirinya.

"Langit" panggilnya.

Langit menoleh dan menemukanku berdiri di belakangnya.

"Kamu udah dateng Lan"

Aku duduk di samping Langit.

"Mau ngomong apa?"

Langit menghela nafas. Dia memegang tanganku secara tiba tiba. Dan membuat aku terkejut, sementara Bintang dia menunggu di dalam mobil.

"Gue mau pergi ke Kanada hari ini"

Seharusnya aku turut senang, tapi kenapa hati ini merasa sedih ya.

"Gue turut seneng"

"Gue tau lo besok bakalan tunangan kan sama Bintang?"

Aku terkejut kenapa Langit bisa tau, padahal aku berniat tidak memberitahunya.

"Siapa yang kasih tau lo?"

"Kak Mars"

"Jadi kak Mars, cowok itu!"

"Maaf ya gue gak kasih tau lo, iya gue mau tunangan"

Langit tersenyum simpul. Lalu mengarahkan pandangannya ke depan.

"Maaf gue gabisa hadir"

"Iya gak papa"

"Dan..semoga lo bahagia ya"

Aku terdiam kenapa aku selalu merasa sedih seperti ini sih, padahal aku seharusnya bahagia.

"Iya makasih"

"Oke, gue pergi dulu ya. Salam buat semuanya, dan gue minta maaf sama lo"

"Gausah minta maaf terus gue udah maafin kok, iya gue salamin. Gue juga nitip salam ya sama tante Ana dan Mentari"

"Iya" Langit tersenyum, lalu dia pergi.

Tiba tiba aku merasakan air menetes di pipiku ku kira hujan ternyata itu adalah air mataku. Bodoh banget! Kulihat Langit berjalan menjauh dan semakin menjauh semakin hilang dari penglihatanku.

Antara Bulan & LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang