Chapter 6 : Mars dan Venus

323 53 4
                                    

Clara tidak menikmati pesta malam itu sama sekali. Sejak tadi telapak tangannya terasa berkeringat karena rasa takut. Rasa takut itu muncul tidak lain karena Hans yang baru saja mengenali dirinya. Mendadak Clara merasa menyesal karena sudah mengecat rambutnya kembali. Sepanjang perjalanan, mereka sama sekali tidak berbicara dan suasana terasa sangat canggung dan mencekam.

Clara baru sadar mereka sudah sampai ketika mobil mereka berhenti bergerak. Clara menengok ke sisi kemudi dan melihat Hans sudah keluar dari mobil. Gadis itu buru-buru keluar dari mobil dan mengutuk sepatu heelsnya yang memperlambat gerakannya. Clara menutup pintu mobilnya dan mengejar Hans yang sudah jalan terlebih dahulu ke pintu masuk gedung besar di depannya. Clara menelan ludah ketika melihat Hans berhenti di depan pintu dan memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana bahannya.

Laki-laki itu akhirnya menengok ke arahnya. Clara merapatkan bibirnya karena bingung harus mengatakan apa. Hans berdeham pelan. "Berikan tangan kirimu."

Clara mengulurkan tangan kirinya dengan bingung. Hans meletakkan tangan itu di sikunya dan menutup jarak mereka. "Bukankah untuk ini kamu mengajakku ke sini? Setidaknya kita harus terlihat seperti pasangan."

"Hans, kita harus bicara-"

"Setelah pesta ini selesai," Hans memotong dengan nada datar.

Clara tidak punya pilihan lain selain setuju dengan keputusan sepihak Hans. Laki-laki itu menuntunnya ke dalam dan Clara bisa merasakan seluruh mata tertuju pada mereka. Sepertinya Hans dan Clara datang cukup terlambat. Seisi aula itu sudah dipenuhi oleh anak-anak kelas tiga yang berkeliaran dimana-mana. Mata mereka menatap Hans dan Clara penuh selidik. Clara mengeratkan pegangannya di lengan Hans. Sepertinya ini akan menjadi prom night terburuk yang pernah dia alami.

Clara melepas pegangannya di lengan Hans untuk menyapa teman-temannya. Hans tetap berdiri di sampingnya dan tersenyum. Dia juga berkenalan dengan beberapa teman Clara. Sepanjang semua kegiatan itu, tangan Hans berada di pinggang Clara saat gadis itu tidak menggandeng lengannya. Terutama ketika Clara berbicara dengan beberapa teman laki-lakinya yang jumlahnya lebih banyak dari teman perempuannya.

Clara merapatkan bibirnya ketika merasakan tangan Hans meremas pinggangnya. Clara berhenti berbicara dengan Kevin dan menengok dengan bingung ke arah Hans. Laki-laki itu menatap Kevin dengan tatapan sedikit dingin. Clara menelan ludah. Apa Hans tahu kalau Kevin adalah salah satu mantan pacarnya dulu? Karena merasa tidak enak pada Kevin, akhirnya Clara berpamitan dan menarik Hans ke sudut ruangan.

"Ada apa?" tanya Clara bingung.

"Tidak ada apa-apa," Hans berucap dengan ketus sambil menengok ke arah lain.

Clara menyipitkan matanya. "Aku tahu, pasti Peter bilang padamu kalau Kevin adalah mantan pacarku 'kan?" Clara menghela napas, tidak menyadari perubahan wajah Hans di depannya. "Kami sekarang hanya teman, Hans. Dia tidak-"

"Aku bahkan baru tahu dia adalah mantan pacarmu," potong Hans kali ini dengan nada dingin. "Aku tidak suka dengan laki-laki bernama Kevin ini. Dia terus menatapmu dan bajumu bergantian. Rasanya aku ingin meninju matanya."

Benarkah? Clara bahkan tidak sadar akan hal itu.

"Aku tidak akan ragu jika semua laki-laki di ruangan ini memilihmu menjadi prom queen malam ini," gumam Hans lagi masih dengan nada yang sama. "Aku juga tidak heran kenapa banyak laki-laki yang mendekatimu sejak dulu. Aku yakin, jika kamu tidak mendekati mereka, semua laki-laki juga akan mendekatimu duluan."

Clara mengernyit, tidak mengerti apa yang ingin Hans katakan sebenarnya.

Hans menatap gadis itu dan menunduk. "So clueless," gumam Hans pelan entah pada siapa. Laki-laki itu meraih sepotong kue dari sisi kirinya dan menyodorkannya ke bibir Clara. "Buka mulutmu, aku mendengar suara perutmu tadi."

Flawless (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang