Chapter 7 : Pandora

331 53 1
                                    

"Jadi, kamu kabur malam itu berdua dengannya?"

Hans mengangguk sambil mengunyah bakso di dalam mulutnya. Di depannya Ella dan Cecil menatapnya dengan mata berbinar. Sementara pacar dari kedua gadis itu tampak kaget. Terutama Josh yang melihatnya dengan mulut terbuka. Tampaknya mereka kaget karena Hans mau datang ke acara prom night itu, berdansa dan tentu saja kabur di tengah acara dengan Clara. Semua itu terdengar sangat klise dan Hans bukan tipe laki-laki seperti itu.

Jika dipikir-pikir, dia memang bukan laki-laki seperti itu sebelum hari itu.

Tapi Clara membuatnya melakukan hal yang tidak ingin dia lakukan. Entah itu sebenarnya bagus atau tidak, tapi dia tidak merasa menyesal. Bibirnya tersenyum ketika dia merasakan ponsel di sakunya bergetar. Dia mengeluarkan ponsel itu dan melihat Clara yang mengirim pesan padanya. Hal itu membuat teman-temannya berdeham dan dia kembali menatap ke arah mereka dengan wajah bingung.

"Aku tidak percaya ini," gumam Josh entah pada siapa. "Hans juga bisa kasmaran."

"Aku tahu," Luke berucap dengan nada yang sama. "Aku juga tidak percaya dia melakukan semua itu. Dan dia baru saja tersenyum karena Clara mengiriminya pesan singkat."

Perkataan kedua temannya itu membuat Hans mendengus.

"Itu wajar, karena mereka sangat jarang bertemu sekarang," Ella menggeleng pelan. "Sudah dua bulan sejak hari kelulusan. Itu artinya mereka juga tidak bisa bertemu setiap hari selama dua bulan."

"Kami selalu bertemu akhir minggu," bantah Hans sambil memakan bakso terakhirnya.

"Kurasa itu tidak akan cukup," balas Cecil dengan mata menyipit. "Bukankah hari ini adalah hari pertama Clara masuk universitas? Meskipun dia memutuskan untuk masuk universitas di sini bukan berarti kamu akan menjangkaunya semudah itu. Clara itu 'kan cantik, bagaimana kalau banyak senior yang datang dan meminta nomor padanya? Kudengar mahasiswa itu memang lebih berani-"

Hans tersedak kuah bakso pedas miliknya sendiri. Dia buru-buru meraih milo-nya dan meneguknya perlahan. Hans tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Benar juga. Bagaimana jika Clara menemukan laki-laki yang lebih baik darinya di universitasnya? Terlebih lagi Hans masih belum menjadikan Clara pacarnya. Dia berniat melakukannya jika dia sudah lulus sekolah nanti. Tapi rasanya sekarang dia sedikit menyesal karena sudah menundanya.

Hans meletakkan mangkuk kotornya dan pergi tanpa sepatah kata pun pada teman-temannya. Dia menekan nomor Clara yang dia letakkan di speed dial. Setelah mendengar nada dering dua kali, dia mendengar suara Clara yang terdengar normal dan gembira. "Hans?"

"Ini aku," gumam Hans. "Kamu sudah pergi ke kampus?"

"Aku di kampus sekarang, baru saja sampai," Hans bisa mendengar suara banyak orang di telinganya. "Ada apa kamu menelepon?"

"Hanya ingin mengecek keadaan," Hans berdeham pelan. "Jam berapa kamu selesai kelas? Aku akan menjemputmu nanti?"

Clara terdiam sebentar. "Kamu tidak perlu melakukan itu, Hans. Aku akan pulang dengan temanku nanti. Kamu sendiri pasti capek setelah dari sekolah."

"Hari ini aku tidak ada latihan," Hans berucap lagi, kali ini dengan nada sedikit kesal. "Kamu akan pulang dengan siapa?"

"Thomas," ujar Clara dengan entengnya. "Kamu tahu Thomas 'kan? Dia sempat masuk ke dalam tim basket waktu kamu baru masuk dulu. Kebetulan kami satu kampus sekarang dan tadi pagi kami bertemu. Dia menawarkan diri untuk mengantarku pulang karena kami searah-"

"Kamu akan pulang denganku, Clara," ucap Hans dengan nada final. "Tidak ada Thomas."

Hening sebentar. "Hans," gumam Clara pelan dengan nada seperti gadis itu ingin tertawa. "Kamu tidak cemburu 'kan?"

Flawless (FIN)Where stories live. Discover now