7. Kebahagiaan

183 7 0
                                    

Sebuah Tiket berwarna merah bergambar pesawat tergeletak diatas Meja makan. Vita yang baru saja ingin mengambil sarapannya , kini tangannya beralih mengambil Tiket yang ada didepan matanya itu.

"Bu?? Ini tiket siapa?"
"Papah kamu Vit." Sahut Ibunya , sambil mengambilkan Secentong nasi untuk Papahnya.
"Papah mau ke LONDON?"
"Iya , ada tugas 5 hari aja. Jangan panik gitu sayang." Sambil mengusap puncak kepala Vita. Disusul senyum tulus dari ibunya.

"Terus aku?? Aku sama I--bu aja dirumah??"
"Tuh , Bi Ayu. Iya kan bi??"
"Hehehe iya tuan."
"Tenang Vit , Ibu bakal jaga kamu baik-baik. Gak usah takut , kayak baru ketemu aja."
"I--ya bu."

Kebetulan hari ini hari minggu , Vita dan Ibunya ikut mengantar Papahnya yang akan berangkat ke London. Bandara Soekarno Hatta terlihat ramai , lalu lalang orang yang membawa kopernya. Begitu pula Papah , yang akan chek in perpisahan kini dimulai. Vita yang memeluk dan menangis didalam dekapan Papahnya , berharap Papahnya selamat sampai tujuan. Begitu pula Ibunya yang mencoba menguatkan Vita. Kini langkah Papahnya sudah tidak terlihat , tepat pukul 10.30 pesawat yang ditumpangi Papahnya mulai terbang membawa penumpang yang ada didalamnya.

"Vit? Saya mau ngomong sama kamu boleh? Kayaknya kita ngomong disana aja deh." Ucap Ibunya sambil menunjuk kursi yang ada di dekatnya.

"Saya mau minta maaf sama kamu Vit."
"Maa--kk--sud Ibu??"
"Saya sudah sering marahi kamu , sering pukul kamu , sering hukum kamu. Bahkan saya yang tidak pernah menganggap kamu anak saya." Air mata itu tertetes , Ibunya kini menangis mengakui segala kesalahan yang dibuatnya.
"Iya bu , gak papah, Vita ikhlas kok. Tapi bu ada satu pertanyaan bu dari Vita. Vita boleh panggil ibu IBU??"
"Boleh nakk... Kapan pun , untuk mu..." Ucapnya sambil memeluk Vita yang ada disisi kanannya. Dibalas pelukan hangat itu dengan diri Vita , Vita berhasil menangis. Vita rindu pelukan seorang ibu , walau yang Vita rindukan adalah Ibu kandungnya. Tetapi pelukan Ibu tirinya ini sama seperti Ibu kandungnya.

🔥

"Hallo??"
"Papah!! Papah udah sampai??"
"Sudah. Papah sekarang ada dirumah Nenek kamu , Mau ngomong sama Nenek??"
"Mau pah!!"
"Hallo cucu nenek..."
"Hallo nek , sehat nek??"
"Sehat , Kamu masih ingat sama Doni??"
"Doni?? Bentar nek aku ingat coba..." Selang beberapa detik Vita mengingatnya , Doni sahabat dari kecil Vita saat berada di London. Bahkan Doni yang selalu menemani Vita belajar setiap Malam.

"Ingat gak??"
"Ingattt nek!! Ada Doni nek disana??"
"Ada , sebentar Nenek kasih Handphone nya dulu." Ucapnya , sambil menyenggol anak laki-laki seusia Vita disampingnya.
"WOI HOW ARE YOU?"
"Apasi don , pake indonesia aja kali. Gua baik kok , kapan-kapan lo ke Indonesia dong."
"HAHAHA , iya kapan-kapan kalau ada ongkos. Berapa tahun gua gak ketemu sama lo ya??"
"Lama banget."
"Yaudah , bagi gua no Whatshapp lo , gak enak ini rame banget. Lanjut chattan aja oke."
"Oke."

🔥

Seorang masuk kedalam kamar bernuansa warna Coklat Susu , Dan kembali menutup Pintu kamar saat sudah berada didalam kamar tersebut. "Seneng banget Vit kayaknya."

"Hehehe... Iya bu , ini tadi Papah nelfon Vita , terus gak nyangka kalau disana ada sahabat Vita dari kecil."
"Wahh... Siapa namanya?"
"Doni Bu."
"Yaudah , udah malam. Kamu tidur ya , jangan lupa kunci pintunya." Ucap ibunya , sambil mengelus Kepala Vita dengan lembut.
"Oke bos."

Kebahagiaan kini menyelimuti dirinya , entah apa yang harus dikatakannya. Terimakasih kepada Sang Pencipta yang sudah mendengar doa-nya. Kini rasanya semangat kehidupan bertambah drastis.

🔥

"Bu Vita berangkat , Gojeknya udah dateng. Assalamualaikum." Ucapnya Sambil mengecup telapak tangan ibunya.
"Iya hati-hati. Waalaikumsallam."

Dilihatnya jam tangan yang melingkar ditangannya. Menunjukan pukul 06.30 yang 30 menit lagi Upacara Bendera akan dimulai. Sedangkan melihat kondisi kemacetan , rasanya Vita ingin teriak. Karna telat dihari Senin sama saja mencari mati oleh Pak Arip.

"Pak , bisa pepet pepet mobil gak pak??"
"Yah neng ini mah susah , disana mobil disini mobil. Kalau kita pepet nanti lecet mobil orang."
"Yaudah deh pak. Saya turun disini takut telat , ini pak uangnya. Makasih ya pak." Ucapnya sambil berlari , agar tidak merasakan hukuman hari senin yang slalu dihindari Murid SMA TUNAS PRESTASI.

Masih ada 5 menit , Vita berlari menuju Lapangan. Dan mulai mengambil posisi baris ditengah , disusul Angel setia berada diposisi samping kananya. "Mati gue!!" Saat Vita menyadari tidak memakai dasi dikerah bajunya. "Angel , gua gak pakai dasi gimana nih??" Tanyanya histeris ketakutan , pasti hukuman kali ini sangat berat. Sebab diakhir bulan , pasti yang dapat hukuman disuruh bersihin Kamar Mandi sampai jam pulang sekolah selesai. "Yah.. Mampus dah lo , yaudah gua lepas dasi gua juga deh. Biar bareng kita dihukumnya." Sambil melepaskan ikatan dasi pada kerah bajunya.

"Ehh... Jangan ngel , biarin deh gua aja."
"Enggak!! Kita sahabat!! Jadi susah senang harus bersama!!" Sahutnya. Disusul senyuman dari Vita yang kagum pada Angel.

"Sebelumnya , yang atributnya tidak lengkap!! Mari kedepan sekarang!!" Itulah yang diucapkan Bu Netty selaku Kepala Sekolah SMA TUNAS PRESTASI. Tidak ada murid lain yang menuju Daerah Mistis akan hukuman itu , selain Vita dan Angel yang menempati Tempat Mistis di hari senin itu.

"Lang , woy!! Itu kan Vita sama Angel. Mereka dihukum lang!" Senggol Toto ke Gilang yang tidak sadar akan hal ini. Karna kebiasaan Gilang saat Upacara berlangsung itu. Main Handphone buat ambilin Foto guru-guru yang berderet didepannya. Terlebih Bu Sella yang terkenal MONTOK dan masih PERAWAN itu.

"Hah?? Mana??"
"Tuh!! Liat tuh!"
"Yaudah santai. Ntar gua bantuin kok ngadepin hukumannya." Sahut Gilang , yang sekarang sibuk mencari aib Pak Arip yang ada didepannya. Berniat buat dijadiin meme kocak , buat bahan lawakan dikelas.

"Ngapain kamu gilang?" Ucap seorang yang berbisik ditelinga kanannya. "Shut!! Jangan berisik ah. Diem!! Udah tau gua lagi nyari aib pak arip." Sahutnya , disusul matanya yang terbelalak mendengar seorang yang berbicara padanya. Dia adalah Pak Somat , guru yang memang friendly banget sama Gilang.

"Eh... Bapak. Sehat pak?"
"Sehat. Sini Handphone kamu."
"Yah pak , jangan ah pak. Nanti saya gak bisa chattan sama bebep saya pak." Sahutnya memberikan ekspresi bahwa dirinya tidak bersalah.
"Sini.." Berhasil diraih oleh Pak Somat. Kini Upacara Bendera kembali dilaksanakan. Secara khidmat.


"Cinta yang bodoh itu Memiliki tanpa mencintai , Cinta yang baik itu mencintai tanpa memiliki."

Thx gaes

FromTheEyesWhere stories live. Discover now