10

139 5 0
                                    

"Gimana Rai?"
"Apaan?" Tanya Raihan. Yang bertanya kembali pada Toto. Karna tiba-tiba aja Toto bertanya dengan kata seperti itu. Tanpa objek yang jelas.

"Itu loh , hubungan lu sama si enjel." Kata Toto. Sambil kembali memasukan kuaci yang sidah dikupas dengan giginya. Dan menaikkan kakinya keatas meja tempat duduknya dikelas. "Angel bukan ENJEL." Sahut Raihan. Membenarkan ucapan Toto , yang slalu salah saat memanggil nama Angel.

"Iya. Maksud gue Angel. Gimana ??" Katanya santai. "Ya gitu." Sahut Raihan. Yang kembali fokus pada handphone yang berada ditangannya. Dan mematikan handphone tersebut , serta memasukannya kedalam saku celana miliknya.

"Yahahahaha... Gua tau kok. Lo pasti putus ya?" Tebak Toto. Yang mendapat jeweran ditelinganya dari tangan Raihan. "Eh... Udah bos quu. Ampun bos qu." Ucap Toto. Meminta ampun pada Raihan. Dengan menggunakan dua jari yang melambangkan peace mampu membuat Raihan menurunkan jarinya yang tengah bekerja menjewer telinga Toto.

Raihan kini mulai berdiri dari posisi duduknya. Dan meninggalkan Toto didalam kelas. Yang hanya ditemani dengan kuaci yang setia berada dikolong mejanya. "Woy!! Han tungguin gua.." Ucap Toto. Yang kini mulai mengejar Raihan yang semakin jauh dari tempatnya. Tidak lupa bungkus kuaci yang setia berada ditangannya.

Kantin adalah surga dunia kedua bagi murid-murid yang berada di Indonesia. Karna disinilah mereka semua puas memakan dan meminum apa saja yang mereka pesan. Asalkan ada Uang. Tapi berbeda dengan kantin SMA Tunas Prestasi ini. Kantin ini bisa menerima hutang , jika ada siswa tidak memiliki nominal uang yang cukup. Meski hanya diberi waktu 2 hari untuk melunasi hutang itu.

"Mbo darmi , es teh 3." Kata Gilang. Sambil menyeret bangku kantin. Dan mulai mendudukinya. Diikuti oleh Raihan dan Vita. Dan disusul juga dengan anggukan mbo darmi , yang berarti mengerti.

Vita yang terlihat menyembunyikan sesuatu dari Gilang. Membuat Raihan sedikit curiga , karna memang Raihan sangat mudah sekali menebak perasaan orang yang ada didekatnya. Entah keturunan itu sudah lahir sejak dia masih bayi. Tapi anehnya tidak semua orang yang bisa ditebak perasaannya oleh Raihan.

"Jangan nyembunyiin kali. Ntar juga bakal tau." Katanya. Sambil pura-pura tidak melihat sepasang kekasih yang tengah berbicara itu. Seakan-akan Raihan berbicara menyindir seseorang.

Gilang dan Vita melirik kearah Raihan. "Eh rai , lu ngomong ama siapa?" Tanya Gilang. Sambil menengok-nengok sekitar kantin. "Sama orang yang coba menyembunyikan sesuatu. Padahal si menurut gue mendingan dia dari sekarang bilang aja gitu ya. Takutnya kalo nanti jadi BIG." Katanya. Wajah Vita yang semakin pucat , mendengar perkataan Raihan. Karna Vita tau pasti Raihan menyindir dirinya. Tetapi ada betulnya juga apa yang diucapkan Raihan. Sepertinya Vita akan mencoba berbicara hal ini pada Gilang.

"Au ah , puyeng gua." Kata Gilang.

Es teh , kini mendarat dimeja mereka bertiga. "Makasih mbo." Ucapnya serentak. "Iyo." Sahut Mbo Darmi.

"Woy!! Gara gara lu nih !! Gua jadi begini!!" Ucap Toto. Yang habis lari tergesa-gesa. Dan menunjuk Raihan , seakan-akan Raihan penyebab lukanya.

"Dih? Kok gua si jink!"
"Iya nyet... Ini gara-gara luuuu..."
"Dih bangke. Kapan gua gulet ama lu??"
"Et.. toLOL bukan itu."
"Terus??"

Tadi saat Toto mengejar Raihan. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Dilihatnya rumpunan anak-anak kelas lain yang melingkari sebuah objek. Saat Toto menghampiri rumpunan tersebut , ternyata mereka semua tengah menonton aksi gulet menggulet. Tanpa ada yang memisahkan , Toto langsung memisahkannya. Tapi bukannya berhasil selesai. Justru dua orang yang bergulet itu menyerang Toto. Seakan-akan mereka salah musuh. Beruntung ada Pak Somat jadi semua dipisahkan. Tapi tetap saja Toto ikut masuk keruang BK. Untungnya , yang berantem sadar dan berbicara pada guru. Bahwa Toto tidak ikut serta dalam kegiatan ini. Dan Toto boleh keluar dari dalam ruang BK itu.

"Hahahaha... Makannya to , udah gua bilang. Jangan sok." Kata Gilang. Disusul tawaan dari Raihan dan Vita.

"Eh tai , bukannya bantu sembuhin luka gua. Malah tawain." Ucapnya. "Udah lah , mendingan lo duduk disini aja to. Pesen makanan ntar juga luka lo ilang." Kata Vita , sambil tertawa. "Hng." Sahut Toto.

Ditengah obrolan mereka berempat. Tiba-tiba saja"Woy. Boleh gabung?" Ucapnya. Yang mengundang empat mata itu melihat kearah suara didekatnya. Dilihat sosok laki-laki tinggi berambut rada coklat. Kulit putih. Dan mata yang berwarna agak ke coklatan. Setiap perempuan yang melihat ini pasti menyukainya. Bahkan sepertinya dia sudah mulai terkenal dikalangan anak perempuan alay lainnya.

"Silahkan." Sahut Toto.
"Lu anak baru , bro?" Tanya Gilang.
"Iya , baru beberapa hari kok. Bosen gue dikelas. Terus gue coba ke luar kelas aja." Katanya.

Raihan mencoba membaca pikiran anak baru itu. Namun lagi-lagi gagal. Karna susah sekali membaca pikirannya. Sehingga Raihan menyerah. "Gua Raihan. Lu??" Ucap Raihan. Memberi jabat tangannya pada anak baru itu. "Kevin barack. Panggil aja kevin." Ucapnya , seperti bule-bule yang berbicara bahasa indonesia. Cadel-cadel gimana gitu. "Wow. Nama yang bagus." Sahut Toto. Dan Kevin menyusul berkenalan dengan Toto dan Gilang. Anehnya tidak dengan Vita.

"Kok. Lo berdua gak kenalan?" Tanya Toto. Yang tiba-tiba membuat Vita kaget. Karna bagi Vita dirinya dan Kevin sudah saling mengenal. Bahkan duduk dikelas pun berdua. "Udah kenal kok gue sama Vita." Sahut Kevin. Membuat tatapan Gilang bertanya-tanya pada tatapan Vita. Vita yang merasa kebingungan kini mengangkat suara. "Gu--guu--e ke toilet dulu ya."

"Lo sekelas sama pacar gua?" Tanya Gilang. Disusul anggukan dan senyuman dari Kevin. "Why?? Pacar lu baik kok bro. Gua juga gak galak. Tenang aja." Sahutnya. Meyakinkan Gilang"Awas aja lo. Sampe gua denger apa-apa. Gua gibeng lu." Ucap Gilang. Sambil mengepal tangannya kearah wajah Kevin. Disusul anggukan santai dari Kevin.

Kini Raihan tau. Ternyata yang ditutupi oleh Vita tentang anak baru yang ada didalam pikirannya itu Kevin. Menurut Raihan Kevin sepertinya suka dengan Vita. Tapi susah untuk meyakinkan pikiran Raihan. Jika tidak bisa menebak pikiran seseorang , karna itu bisa menghambat tebakkannya bahwa itu fakta atau justru opini yang sedang ia pikirkan.

"Hai Vit. Ngapain?" Tanya seseorang. Yang kini menghampiri Vita , dan coba untuk duduk disebelahnya. Vita yang kini duduk ditaman belakang sekolah. Tepatnya didekat pohon besar. Bagi Vita ini tempat yang sangat strategis untuk menyendiri. "Eh elo Put. Enggak , gue lagi duduk aja. Bete sama keramaian. Disini tuh enak adem kalem." Katanya. Mencoba meyakinkan Putri yang ada disampingnya.

"Lo sendiri ngapain disini?" Balik tanya Vita pada Putri. "Oh.. Gue lagi kesel aja dikelas. Semua pada Ngejudge gue. Ngebully gue. Bahkan..." Tiba-tiba saja Putri mengehentikan ucapannya. Dan tatapannya kini menatap Vita yang sedang mendengarkannya.

"Kenapa? Kok berhenti??" Tanya Vita pada Putri. Bukannya menjawab justru Putri menangis. Sontak Vita memeluk tubuh Putri kedalam pelukannya. "Put... Kok lo nangis?? Kenapa??" Tanyanya lembut. Sambil mengusap rambut Putri , yang halus itu.

"Makasih Vit. Lo mau denger cerita gue. Sekian banyak manusia didunia. Cuma lo yang setia denger cerita gue. Gue kira , gak akan ada yang mau mendengarkan isi hati gue. Gue kira semua orang itu jahat. Bahkan orang tua gue sendiri gak pernah mau denger cerita gue. Tapi lo.. Lo cuma temen satu eskul gue , lo mau dengerin semuanya. Makasih Vit." Katanya sambil mulai menegakan kembali posisi duduknya. Dan mengusap airmatanya.

"Yaudah lanjut." Pinta Vita pada Putri.
"Tadi sampe mana?" Katanya , sambil tersenyum.
"Bahkan..??"
"Oiya. Bahkan , gak ada satu orang pun yang mau berteman sama gue." Mendengar kata-kata itu. Vita kembali mengingat sesuatu.

Votement...!!

FromTheEyesWhere stories live. Discover now