9.

138 8 0
                                    

"Hah?! Mamah sama Papah bakal nyusul Kakak tinggal di Malang?!" Gilang yang terkejut , membuat selera makannya hilang. "Iya Gilang. Kamu ikut yah??" Bukannya mendapat respon dari gilang justru pertanyaan Mamah mendapat penolakan dari Gilang. "Gak!! Gilang masih mau di jakarta!! Kalau nanti Gilang lulus baru Gilang mau pindah disana! Yaudah mah , pah Gilang berangkat dulu." Ucapnya sambil mengambil tas ransel miliknya.

"Tuh... Kan pah... Mamah udah bilang , Gilang gak akan mau pindah sekarang. Satu tahun lagi kok pah , baru abis itu kita pindah." Ucap Mamahnya , berusaha agar Papahnya mengerti apa yang diinginkan anaknya. "Yaudah mah." Ucap seseorang yang tidak mau mengekang anaknya. Dialah seorang Papah.

Suasana kelas XI IPS-1 terkenal sangat berisik , kotor , bahkan terlihat jelek dimata Guru. Tapi seketika kelas ini tentram dan damai , walaupun masih saja lantai kelas terlihat kotor.

"Yaudah nanti habis pulang sekolah , yang mau ikut ngelayat kumpul dikantin dulu aja. Sekarang buat Bendahara siapin uang-nya , dan sekarang kita mulai berdoa. Semoga Bapaknya Toto diterima disisi Allah. Berdoa mulai.." Pimpin Raihan selaku ketua kelas. Menurut Gilang , kekeluargaan dikelas ini sangat terasa. Bahkan satu hal yang tidak mau dilakukannya untuk kelas ini , yaitu Berpisah.

🐝

"Yang sabar ya to.." Ucap Gilang memberi semangat pada Toto , yang kini masih tetap setia melamun didekat foto Alm. Bapaknya. Namun Toto tetap memberikan respon siapapun yang berbicara padanya. Walaupun hanya anggukan.

"Rai , aku pulang duluan deh sama Vita. Kamu disini aja sama yang lain , kasian Toto." Ucap Angel diberi anggukan oleh Raihan. "Hati-hati ya ngel." Bales Raihan , sedikit mengusap rambut Angel. "Iya..."

Malam yang amat sunyi bagi Toto , dimana hanya ditemani oleh teman-temannya. Tanpa kehadiran orang tua disisnya , sakit rasanya jika mengalami hal ini. Namun takdir siapa yang tau?? Jika semua orang tau apa takdir mereka , mungkin Toto akan mengskip takdir ini. Dan diganti dengan takdir yang lebih baik , rasanya itu hanya hilusi semata.

"To... , lu gak boleh berlarut-larut sama kesedihan lo." Kata Gilang , sambil menepuk pundak milik Toto. "Iya lang gua tau , tapi gua masih ngerasa kalau tuhan itu jahat banget sama gua. Mereka ambil nyawa dua orang yang penting buat gua , disaat gua butuh kedua orang itu disisi gua lang." Gilang tau apa maksud ucapan temannya itu , pasti semua anak jika merasakan hal ini akan mengatakan hal yang sama dengan Toto. Tapi apa salahnya jika Gilang mencoba memberi semangat pada temannya itu.

"Iya gua tau , tapi to... Yang perlu lu tau. Dibalik semua ini ada kebahagiaan yang bakal datang buat lo." Ucap Gilang.

"Apaan?? Santunan yatim maksud lo?? Itu kebahagiaan lang?! Enggak!!" Sahut Toto agak sedikit membentak Gilang.

Raihan mengendus , dan mencoba membenarkan perkataan Gilang agar Toto memahami maksud yang sebanarnya. "To , bukan itu maksud si Gilang.. Jadi maksud Gilang lo yang sabar , nanti bakal ada kebahagiaan yang menggantikan kesedihan lo hari ini."

🌬

Hari berlalu semakin cepat , tidak terasa kini mereka memasuki kelas XII. Kelas dimana mulai fokus dengan Buku-buku UN , Bimbel , Ujian. Bahkan semua anak kelas XII jadi tobat karna mungkin , detik-detik menjelang UN harus banyak-banyak berdoa.

Kelas XII-IPS 3 , itulah tempat Gilang menetap sekarang. Gilang yang berpisah kelas dengan Raihan dan teman-teman gesrek nya itu , tapi gak masalah bagi Gilang. Berbeda kelas bukan berarti berbeda teman , cuma saja berbeda situasi dan kondisi didalam kelasnya.

"Selamat pagi anak-anak"

Seorang Guru laki-laki berdiri didepan kelas , dengan memakai kacamata , kemeja dinas layaknya seorang guru , serta tak lupa juga dengan kumis yang mencantol di bagian atas bibirnya.

Gilang yang duduk dipojok kanan kelas , mengancungkan tangan dengan muka santainya. "Kenapa kamu ??? Yang dipojok!!" Tanya Guru yang menurut Gilang adalah Guru baru disekolahnya.

"Guru baru ya pak?" Pertanyaan Gilang diberi anggukan olehnya.

Tidak membuang waktu lama , Guru baru itu memperkenalkan dirinya. Begitupun siswa yang ada didalam kelas XII IPS-3 , yang memperkenalkan dirinya satu-persatu. Namun berbeda dengan Gilang , semua yang berada dikelasnya sudah tau siapa sosok Ganteng yang rada ngeselin itu.

Berbeda dengan Vita , yang masuk dikelas XII IPA-2. Berpisah dengan Angel , membuatnya tidak memiliki tempat curhat jika nanti ada jamkos. Tapi tidak masalah , menurut Vita semoga nanti akan ada sosok teman seperti Angel , dan tanpa melupai Angel.

"Permisi bu..." sosok laki-laki yang datang tergesa-gesa , dengan rambut sedikit agak berantakan. Ditambah dengan nafas naik-turun dibagian dadanya. Kali ini dia menjadi sudut pandang perhatian , semua mata yang berada dikelas itu.

Bu Teti , Guru killer dalam mata pelajaran PKN itu , kini menjadi Wali kelas XII IPA-2. Tapi ada yang berbeda , menurut Vita seorang Bu Teti itu paling tidak suka jika ada yang terlambat. Apalagi anak laki-laki , yang menurutnya adalah curut got.

"Eh... Kamu yang anak baru itu?? Sini masuk , pernekenalkan dirimu." Ucap Bu Teti , dengan senyuman manisnya. Mengundang anak laki-laki itu , masuk dan memperkenalkan dirinya didepan semua anak yang berada dikelasnya.

"Pantes aja gak ngomel , orang anak baru."  Ucap hati Vita , dan kembali melihat ke arah anak baru itu. Beberapa menit kemudian matanya terbelalak , mendengar ucapan suara Bu Teti bahwa anak laki-laki itu akan duduk dibangku yang berada disamping dirinya.

"Silahkan..." Kata Bu Teti mempersilahkan , dirinya berjalan menuju bangku didekat Vita.

"Oke... Satu kelas sudah komplit , sekarang ibu lanjutkan bicaranya..."

💌

Satu tahun sudah , Gilang dan Vita berpacaran. Saat kelas XI , Gilang sudah memberitahukan perasaan hatinya kepada Vita , didepan diri Vita dan teman-temannya. Ditemani bunga mawar merah yang berada digenggamannya , dan saat itu juga Vita menerima bunga mawar darinya.

Sejak saat itu , semua cewek-cewek yang tergila-gila pada Gilang. Mulai menyerah , karna Gilang yang telah memiliki pujaan hatinya tersendiri. Makannya mulai saat itu Gilang semakin nyaman akan kehidupannya disekolah , dimana tidak ada lagi cewek yang histeris saat bertemu dengan dirinya.

"Ayo vit , pulang." Vita yang baru saja keluar dari kelasnya , agak sedikit kaget melihat sosok Gilang yang berada didepan pintu kelasnya. "Ihhh Gilang , ngagetin mulu... Ayo." Sahutnya.










"Waktu itu berjalan cepat , oleh karna itu balas perasaannya juga harus cepat." ~Gilang

FromTheEyesWhere stories live. Discover now