27. Mata-mata

272 13 0
                                    

Alkan pulang ke apartemennya. Waktu itu jam menunjukan pukul tiga sore. Alkan bergumam seraya melepas jas dan dasi yang dikenakannya.

"Pergi sama Rama? Mereka kencan atau apa? Mereka selalu aja keliatan senang kalau berdua. Kenapa sih Hani gak bisa gitu sedikit lembut sama gue. Dulu dia begitu perhatian, seneng banget kalau pergi sama gue tapi sekarang ... kenapa dia berubah cepat banget. Apa secepat itu dia udah lupain gue? sial!" Alkan bergumam sambil melemparkan sepatunya sembarang setelah membukanya.

Rama menjemput Hani. Mereka pun pergi ke bioskop untuk menonton film bersama. Hari mereka begitu terlihat bahagia walau tak ada jalinan hubungan apapun di antara mereka. Sungguh membuat iri mereka berdua ini. Film itu pun diputar. Beberapa jam mengamati, Hani terlihat meloloskan air matanya. Ia bahkan teringat dengan kisahnya dulu bersama Alkan setelah melihat film itu. Filmnya bahkan membuat Hani terbawa suasana dan harus mengingat jengkel setiap waktunya bersama Alkan dulu.

Rama menengok ke arah Hani, dan mendapati Hani yang sedang menunduk meneteskan air matanya. Rama kaget bersambung panik.

"Han, lo kenapa?"

"Gue gak apa-apa kok Ram, cuma baper liat filmnya."

"Apa? Baper? Aih, jangan-jangan gue salah milih film nih."

"Nggak kok Ram, filmnya bagus."

Hati Alkan tidak tenang mendengar Hani akan pergi dengan Rama sore itu. Ia bahkan bergegas keluar membawa mobil berwarna hitamnya. Sungguh, kepergian Hani bersama Rama membuanya resah sendiri. Alkan bahkan pergi ke sebuah bioskop untuk melihat apa yang dilakukan mereka di sana. Bukan hal bodoh lagi yang Alkan lakukan kali ini. Ia pun sudah sering cemburu sendiri ketika Hani berinteraksi dengan orang lain, terlebih lagi, orang itu adalah Rama, teman baik Hani selama tiga tahun belakangan. Alkan tahu posisinya saat ini hanyalah bongkahan masa lalu Hani yang tak mungkin untuk bisa diputar kembali. Namun, hatinya terus merasa resah jika Hani bersama orang lain.

"Ah elah, ke mana sih mereka? Kok gak keliatan. Gue sebaiknya tunggu di sini," gumamnya ketika berada di depan sebuah Mall untuk melihat Rama dan Hani keluar setelah menonton bioskop.

Beberapa jam, mereka pun selesai menonton film. Alkan melihat Hani dan Rama yang keluar dari gedung mall tersebut. Alkan bahkan menyamarkan dirinya, memakai kacamata, berniat tidak ingin dirinya dikenali oleh kedua insan yang baru saja keluar gedung bioskop tersebut.

 Alkan bahkan menyamarkan dirinya, memakai kacamata, berniat tidak ingin dirinya dikenali oleh kedua insan yang baru saja keluar gedung bioskop tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nino kemudian menelpon Alkan. Hal itu membuat Alkan harus menggunakan earphone untuk menjawab panggilan Nino disaat ia tengah sibuk untuk menjadi seorang penguntit.

"Iya ada apa?"

"Maaf Pak, saya sudah kirim laporannya ke Bapak, mohon diperiksa."

"Aduh bentar deh, saya lagi gak di rumah."

Alkan melepaskan earphone di telinganya. Nino bingung sendiri dengan Alkan yang tiba-tiba menutup sambungan telpon dengannya. Padahal, saat itu adalah keadaan genting dan penting untuk perusahaan.

MOONLIGHT (Love in Business)Where stories live. Discover now