43. Missing You Everyday

241 11 0
                                    

Setelah proses makan selesai, Alkan dan Syila berjalan bersama di sebuah taman. Mereka berbincang santai sambil mengulur waktu. Sebenarnya, bukan Alkan yang mengulur waktu, Alkan sedang menunggu waktu istirahatnya berakhir. Tapi rasanya, bersama Syila begitu lama waktunya berjalan.

"Alkan, aku mau nanya sama kamu," ucap Syila membuat Alkan menoleh padanya.

"Soal apa?"

"Kenapa kamu mau nerima perjodohan ini?"

Alkan terkejut dan bergeming menatap Syila. Sebenarnya, pertanyaan ini tak bisa ia jawab karena ia menerima pun karena terlanjur berkata setuju. Namun, jika Syila mendengar hal itu Pak Bondan maupun Pak Deni pasti akan murka.

"Kenapa aku nerima perjodohan ini? Hhhh aku juga gak tau."

"Apa kamu maksain hati kamu?"

Alkan tertegun lagi mendengar pertanyaan Syila. Namun, ia harus menjawab pertanyaannya.

"Nggak. Sampe sekarang aku juga gak tau kenapa aku harus ikut perjodohan ini. Setelah aku liat wanitanya itu kamu, mungkin ini sedikit menarik," ucap Alkan tanpa segan.

"Kamu lagi main-main sekarang?"

"Nggak kok bercanda. Setiap orang tua pasti mau anaknya dapat yang terbaik. Menjalani kehidupannya dengan baik. Hidup dengan baik dan bahagia. Jadi semua ini, mungkin karena perkataan orangtua aku. Kalau aku melewati ini, kehidupan aku akan menjadi buruk, itu pikiran orangtua aku."

Syila mengernyitkan dahinya bingung. Ia pun tak mengerti seluruh maksud perkataan Alkan.

"Aku mau tanya satu lagi," tambah Syila.

"Apa itu?"

"Apa kamu pernah jatuh cinta?"

"Jatuh cinta?" Alkan senyum tipis.

"Kenapa kamu ketawa?"

"Di zaman sekarang mungkin orang mengartikan cinta sebagai lelucon. Aku bohong kalau aku gak pernah jatuh cinta," sahut Alkan.

"Kamu pernah punya pacar?"

"Kenapa kamu pengin banget tau kehidupan pribadi aku Syila?"

"Kita kan mau menikah, nanti gak ada lagi rahasia apapun di antara kita."

Alkan menatap sendu wajah Syila. Ingin rasanya ia mengatakan yang sebenarnya pada Syila, tapi hasrat itu hanyalah sebuah angan.

"Kalau gitu, aku boleh tanya, gimana orang yang kamu suka dulu?"

"Menurut aku, cinta itu ketika kita gak saling ngelupain. Selalu ada di pikiran kamu tanpa berpindah tempat. Slalu merasa senang kalau ngeliat dia. Selalu bergetar saat di dekat dia. Sampai rasanya aku gak bakal bisa ngelepas dia."

"Terus, kamu ngerasain sesuatu gak sekarang?"

Alkan terkejut mendengar perkataan Syila.

Syila memasang wajah sendu bersambung malu dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Alkan menatap Syila heran. Andaikan saja Alkan tahu bagaimana perasaan Syila yang tengah menahan air matanya, mungkin Syila bisa menerima bahwa dirinya tahu Alkan belum jatuh pada hatinya.

"Heh, jangan natap aku kayak gitu. Aku cuma bercanda." Syila tersenyum tipis.

"Sebaiknya kita pergi sekarang."

"Alkan, kamu marah? Aku cuma bercanda, tungguin aku."

Alkan teringat dengan Hani, ingin dia menelponnya tapi rasanya canggung bagi Alkan.

"Kalau gue telpon, gue mau bilang apa coba,"gumam Alkan.

Lelah setelah kencan paksa dan menyelesaikan tugasnya di kantor cabang, Alkan terduduk di sofa apartemennya. Drama itu sungguh melelahkan hatinya. Dan Alkan malah teringat dengan Hani malam itu.

MOONLIGHT (Love in Business)Where stories live. Discover now