2. Ngejulid Sampai Lembur

51.2K 5K 66
                                    

Siang ini rasanya badanku terasa pegal ditambah lagi kantuk yang semakin lama semakin giat menyerang jiwa dan raga ini. Kulirik Sashi yang berada di sebelahku, dia tampak sangat fokus dengan monitor yang ada di depannya. Lalu, kuintip Alan yang biasanya berisik. Dia juga terlihat cukup tenang dengan apa yang sedang ia kerjakan.

Kulanjutkan pekerjaanku yang terlalu banyak ini sampai akhirnya Mas Bagas menciptakan keramaian di divisi ini.

"Yang lagi ulang tahun gak ada gerakan?"

Semua menengok ke arah Mas Bagas. Sebagian ada yang tertawa cekikikan. Kalau aku sendiri adalah tim kebingungan karena tak mengerti maksud Mas Bagas.

"Berisik banget sih lo, Mas," sahut Disty dari balik monitornya. Wah, kalau seperti ini aku bisa membaca maksud Mas Bagas tadi.

Mas Bagas nyengir. "Kantin lah, kuy. Tapi, bayarnya minta Disty."

"Ya kali gak, kuy," balas Alan.

"Ye, lo aja sana, Lan," sahut Disty kembali.

"Ini tanggal berapa, ya?" goda Alan.

"Lima bulan juni," jawab Lukas yang kini masuk ke obrolan itu.

"Nah, dengar kan, Dis?" Lagi dan lagi Alan menggoda Disty dan membuat wajah perempuan itu merah padam.

"Yang abis pasang cincin juga diam-diam aja, nih."

Tiba-tiba Mas Bagas berkata lagi dan membuat masing-masing dari kami saling tengok-menengok.

"Anjir, siapa lagi sih, Mas?" ucap Lukas.

"Ada, Kas. Masa lo gak nyadar."

"Lo abis liat akun gosip ya, Mas. Kayaknya banyak banget gosip hari ini." Sekarang giliran aku yang menimpali perkataan Mas Bagas.

"Gosip kan adalah fakta yang tertunda, Ta. Kalau kata akun lambe-lambe itu."

"No pic sama dengan hoax, Mas," ucap Alan.

"Nih, makanya lo kalau bubaran kantor jangan langsung ke basemen. Main-main dulu ke lobi, nanti lo bakalan liat pasangan yang lagi manis-manisnya."

"Anjir, gue kepo. Siapa sih, Mas?" tanya Alan antusias.

"Nanti juga ada yang nyaut."

"Anak sini, Mas?"

"Ya, iya lah. Ngapain juga gue ngejulid kalau orangnya gak ada di sini, Lan."

"Ih, berisik lo pada. Ganggu kerjaan aja, deh."

Seperti yang Mas Bagas katakan, salah seorang diantara kami ada yang langsung menyahut, yaitu Daviena. Satu divisi ini pun langsung ramai. Ada yang memberi selamat dan ada pula yang meledek perempuan anggun ini.

"Awet ya, Dav. Pesan gue cuma satu, percaya sama pasangan lo dan jangan gampang curiga. Belajar dari pengalaman." Mas Bagas sebagai sesepuh kami memberi wejangan pada Daviena.

Ya memang, info yang kudapatkan dari hasil perjulidan dengan anak-anak kantor, Daviena pernah menjalani hubungan serius dengan Tama kurang lebih selama dua tahun. Namun, harus berakhir dikarenakan Daviena yang selalu curiga terhadap sikap Tama. Bahkan, keduanya sering bertengkar di kantor dan mengakibatkan teguran keras dari papi. Terlebih ketika Tama sempat membolos kerja demi mencari ketenangan dari masalah pribadi mereka.

Pada akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah dibantu saran teman-teman juga katanya. Semenjak itu hubungan keduanya masih saja belum membaik walaupun keduanya berusaha menunjukkan ekspresi kalau mereka sudah baik-baik saja.

Kuperhatikan Tama yang berada tepat di seberangku, dia sama sekali tidak terpengaruh dan justru tetap fokus dengan pekerjaannya. Entah dia memang sibuk atau memang sudah tidak ingin ada urusan apapun dengan Daviena. Hmm, semoga saja Tama segera menemukan pasangannya.

08:20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang