24. The End of This Year

26.2K 2.8K 182
                                    

Aku akui bahwa 365 hari dalam setahun sangat cepat untuk dilalui. Begitu pula banyaknya peristiwa di tahun ini yang telah aku lalui. Mulai dari pemindahan posisi kerja sampai akhirnya aku merasa nyaman berada di tempat yang bagiku baru ini.

Akhir tahun ini aku gak pulang ke Surabaya dan aku menghabiskannya dengan sekumpulan manusia-manusia ajaib yang ada di kantorku. Sebut aja Mas Bagas dan Alan yang lagi ribut nentuin tempat buat bakar jagung. Lalu pindah ke sudut lain, ada Disty dan Mbak Rere--istri Mas Bagas--yang lagi sibuk bikin bumbu-bumbu buat ayam dan ikan yang nantinya kita bakar. Pindah ke sudut lain lagi, ada Sashi dan Cakra yang makin lengket sedang menata piring dan gelas di atas meja karena rencananya kita mau bikin dinner ala-ala gitu.

Oh iya, kenapa aku bilang Sashi dan Cakra nakin lengket. Karena beberapa minggu terakhir mereka memang dekat sekali. Bahkan, mereka berdua sering berangkat dan pulang bareng. Ditambah sudah berani upload foto di sosial media. Ya, teman-teman semua sih dah tau kalau kayanya ada sesuatu diantara mereka tapi belajar dari pengalaman yang sudah-sudah biar mereka sendiri aja yang mengakuinya.

Kalau ditanya gimana perasaanku? Awalnya kaget juga sih, kupikir kemunculan Cakra bakal bawa warna tersendiri dihidupku, eh aku yang ke-pd-an. Ternyata, warna-warninya ada di hidup Sashi. Jujur, aku senang banget sih liat mereka bahagia. Apalagi cara mereka menghabiskan waktu bersama itu lucu banget. Bener-bener bikin iri. Kalau diliat-liat mereka gak pernah ribut dan kayaknya bakal langgeng terus deh.

Lalu, aku sendiri sama siapa? Biar Tuhan aja yang jawab. Eh? HAHAHA.

"Heh, bukannya bantuin si Tama bersihin daging malah bengong. Awas lo kesambet sama penunggu villa di sini."

Semprul banget si Sashi. Kalau ngomong nggak disaring deh, jadi kezal dedek. Villa ini nggak serem kok genks cuma karena posisi kita di outdoor dan ditemani pepohonan mungkin agak sedikit ya sedikit aja seramnya. Untung si Cakra langsung nyentil keningnya Sashi. Tapi, nyentilnya gemes gitu.

"Ih, ini anak beneran kesambet ya? Diajak ngobrol diam aja." Sashi menghampiriku dan langsung menepuk pundakku kencang.

"Allahuakbar."

"Gue kira kesambet."

"Apa sih?" Bentakku kesal.

"Orang bantuin kek temennya ngerjain sendirian, ini gak tau diri diem aja di sini," jawabnya, "tuh, lo liat si Tama lagi motong ayam di dapur harusnya lo malu. Kan yang cewek elo masa yang motong ayam laki."

Aku refleks melihat kearah dapur. Karena tempat yang nantinya akan dibikin acara dinner ini tidak jauh dari dapur jadi mudah saja aku melihat Tama yang sedang memotong daging dibalik kaca.

"Sono bantuin."

Oke, akhirnya aku berjalan ke dalam villa menuju dapur, tempat di mana Tama memotong daging-daging itu.

"Eh Ta," ucapnya sambil membersihkan sisik ikan. Ternyata Tama kalau dari dekat udah pantes banget jadi bapak rumah tangga. Suamiable gitu lah.

"Sini gue bantu, Tam. Yang belum tinggal apa?"

"Tinggal potong ikan yang ada di baskom itu doang, kok."

Baiklah, aku langsung menggenggam pisau dan bersiap memotong ikan-ikan tersebut menjadi beberapa bagian.

"Bisa emang, Ta?"

Kok rada ngejek, ya? "Eh, jangan ragukan keahlian gue, ya."

"Ya udah, iya. Gue mah mundur kalau dah berhadapan sama cewek."

"Halah, cowok tuh omongannya kayak gitu padahal mah buaya. Gak ada seriusnya sama sekali," balasku sambil fokus memotong ikan.

"Kamu mau kalau aku seriusin? Kamu udah siap?"

Eh,

Bentar-bentar.

Barusan aku dengar apaan? Kok pertanyaannya gitu. Aku sebelumnya ngomong apaan sih? Spontan aku memberhentikan aktivitasku dan ganti beralih menatap Tama yang ternyata sedang menatapku.

"Tadi kamu bilang apa?"

Dia menghela napasnya sejenak. "Aku tadi tanya. Kamu mau kalau aku seriusin? Kamu udah siap?"

Bentar, otakku agak susah nyerna kalimat-kalimat seperti itu. "Maksudnya?"

"Aku yakin kamu paham karena kamu sudah sedewasa ini dalam menghadapi hal-hal remeh berlebel cinta. Tapi, yang mau aku tuju bukan hal remeh untuk sebulan atau beberapa tahun. Tapi, selamanya."

God, ini dia lagi nyatain perasaannya atau gimana? Ya ampun aku bingung harus jawab apa selain liat bola matanya.

"Ta, mungkin aku gak bisa ngejanjiin kebahagiaan. Tapi, bagiku kebahagiaan itu harus dicari. Mungkin aku gak bisa selama 24 jam stay menjaga kamu dan selalu ada di sisimu. Tapi, ketika kamu butuhkan, aku akan selalu ada. Maaf, Ta. Aku gak bisa bikin kalimat-kalimat romantis seperti kebanyakan orang karena aku hanya mampu mengutarakan niat baikku ke kamu. Semua keputusan ada di tanganmu. Insya Allah, aku siap apapun itu jawabmu."

Aku speechless dong genks. Ini artinya dia memilih aku kan? Dari kalimat-kalimat dia yang sebelumnya? Dan kenapa aku gitu? Jujur, masa laluku dengan Lukas dia tau. Lalu, kalau dilihat mantan dia sebelumnya adalah Davienna. Perempuan super anggun yang pernah kulihat ditambah cantiknya minta ampun. Kalau dibandingkan sama aku kan nggak banget gitu.

"Tam, aku punya masa lalu yang buruk dalam hubungan. Bahkan, kamu tau sendiri dan atas semua kejadian yang udah aku lalui, jujur aku malah malu sama kamu karena hampir disetiap kejadian itu kamu yang jadi penyelamatku."

"Aku gak masalah sama masa lalumu. Aku sendiri pun juga punya masa lalu yang orang lain pun tau. Dan tolong jangan dengarkan ungkapan yang mengatakan perempuan dipilih karena masa lalunya dan laki-laki dipilih karena masa depannya. Bagiku, aku memilih kamu untuk masa depanku. Karena hidup akan terus berjalan ke depan dan nggak akan ada yang namanya mundur ke belakang."

Kalian percaya gak kalau aku mau nangis? Ini mata udah berkaca-kaca aja sih. Oke, untuk malam ini, di penghujung 2018, disaksikan para malaikat, tidak lupa daging ayam dan ikan yang tak bernyawa ini. Aku mendengar maksud baik dari seorang laki-laki yang bagiku dia sulit digapai walau pengaruhnya sangat besar di hidupku dan sekarang dia memilihku. Dan setelah mendengar semua kata-katanya yang kuharap itu adalah sebuah kejujuran. Malam ini aku mengangguk dan berkata, "iya."

***


Pergantian malam tahun baru kami sukses parah. Bahkan, sebelum tepat pukul 00:00 itu jagung bakar udah habis duluan di makan komplotan laki-laki dan tepat pukul 00:00 suara petasan gak mau kalah menemani musik dinner malam ini. Eh, pagi ini. Eh, malam atau pagi ya?

Oh iya, ditambah kembang api yang warnanya luar biasa indah menghiasi langit ini. Aku bersyukur masih dikasih kesempatan menyambut tahun baru ini dan semoga apapun yang terjadi nanti ke depannya adalah sesuatu yang baik-baik.

Tama berdiri di sebelahku sejak tadi, dia merangkulku, memberikan kesan kenyamanan dan keamanan. Mungkin, teman-teman yang lain akan terheran-heran. Tapi, aku mau masa bodo untuk kali ini. Biarkan aku bahagia untuk sesaat.

"Eh, gosong-gosong. Woi, angus."

Aku dan Tama refleks menengok ke arah sumber suara dan kami dapati Alan lagi sibuk menyiram air ke tempat pembakaran daging. Jujur, aku mau ketawa aja sih. Yang lain memang lagi berduaan sama pasangannya termasuk Disty yang lagi video call sama pacarnya karena LDR dan hanya Alan doang yang forever alone.

Tapi, setelah diperhatikan kok apinya nggak padam ya? Sampai akhirnya Tama dan Mas Bagas berlari ke tempat Alan berdiri.

"Eh, Bambang. Ini minyak bukan aerrr. Lo bisa bedain kaga sih."

Allahurabbi, ngakaknya nggak karuan. Kalau aja Mas Bagas gak bilang gitu ke Alan itu yang ada kita semua ikut ke bakar. Sementara itu, si Tama sibuk ngalirin air lewat selang. Dibantu Cakra juga sih. Oh iya, reaksi Alan? Itu orang melongo diem aja.

Oke, baiklah. Malam ini sungguh berwarna sekali ya. Aku bisa melewatinya tanpa hambatan apapun justru banyak sekali hal-hal yang membuatku bahagia. Gila sih keren banget!!

***

08:20Where stories live. Discover now