21. Berakhir

24.3K 2.7K 119
                                    

Hari ini aku ngantor lagi bareng Sashi. Iya, berangkat bareng lagi kayak biasanya. By the way, aku udah berusaha melupakan permasalahan kemarin. Jadi, gak ada masalah lebih lanjut lagi sama Sashi.

"Ta, mobil belakang kok kayak ngikutin terus ya?"

Aku auto nengok ke spion. "Emang ya, Sas? Gue gak merhatiin. Tapi, kalau ternyata tujuannya sama gimana, Sas?"

"Coba deh gue ambil jalan lain."

Oke, setelah lampu merah Sashi langsung berbelok ke jalan yang biasanya tidak kami lewati. Agak aneh sih memang, soalnya mobil di belakang kami tetap mengikuti.

"Ta, kok tetep ngikut sih? Gue puter balik coba ya."

Siap, aku mulai curiga. Jangankan aku, Sashi juga sudah mulai curiga dengan pengemudi mobil tersebut yang terus mengikuti kami.

"Ini dah jauh banget, Sas. Bukan arah kantor."

"Tapi dia masih ngikutin dong."

"Harusnya kita arah kantor sih, Sas. Lebih aman kalau sampai kantor kan. Dia mau macam-macam juga gak berani."

"Aduh Ta, kenapa baru bilang. Sekarang hubungin orang kantor terus shareloc posisi kita biar mereka bisa jemput kita," ucap Sashi panik dibalik kemudi.

Aku buru-buru memencet nomor siapa saja yang bisa kuhubungi dan hampir semuanya dalam keadaan sibuk. Namun, hanya nomor Tama saja yang dapat dihubungi.

"Siapa, Ta?"

"Tama. Tapi, belum diangkat."

Aku juga terus merapalkan doa dalam hati. Ini udah tingkat bahaya. Aku yakin betul orang di mobil itu adalah orang yang biasa menerorku.

"Halo, Tam." seruku saat Tama mengangkat telponnya.

"Tam, bantuin gue sama Sashi. Kita dibuntutin orang gak dikenal. Posisi langsung gue share. Tolongin gue sama Sashi." Aku buru-buru mematikan telpon dan mengirimkan posisiku saat ini pada Tama.  Berharap Tama dapat menolong kami.

Tak menunggu waktu lama, Tama bilang kalau kami harus memutar arah dan melewati jalan perumahan, karena Tama menunggu di ujung jalan perumahan tersebut. Sashi pun langsung melaksanakannya. Namun, mobil di belakang terus mengekor.

"Mampus, kenapa dia masih ngikutin sih?"

"Sas, tenang."

Kalau kalian nonton film action dan ada adegan di mana kejar-kejaran menggunakan mobil, ya seperti inilah keadaan kami. Keringat sudah membanjiri kami berdua, belum lagi kepanikan dan ketakutan yang kami alami.

"Sas, Tama, Sas."

Alhamdulillah, benar saja Tama sudah berada di ujung jalan dan Sashi langsung memberhentikan mobilnya secara mendadak hingga membuat mobil belakang menabrak mobil Sashi.

Good, Tama buru-buru mengetuk kaca mobil tersebut dan keluarlah sosok yang membuat kami takut. Dia adalah Gerald.

"Oh, jadi lo yang selama ini bikin teror buat gue?" Emosiku langsung tersulut gitu aja saat yang keluar dari mobil itu adalah Gerald dan tanpa rasa bersalah atau ketakutan, dia hanya tertawa sinis. Dasar laki-laki ular.

"Lo laki? Main lo gak berkelas."

Aku spontan menengok ke Tama. Aku melihat Tama juga sama emosinya denganku malah tangannya sudah terlihat mengepal.

"Apa maksud lo? Gue cuma mau ngasih pelajaran ke ini cewek biar dia gak sembarangan ngejelek-jelekin orang," balas Gerald sambil menunjukku.

"Brengsek lo, Man." Tama maju satu langkah dan menonjok muka Gerald. Disusul juga teriakan dari beberapa orang di belakang, ternyata Mas Bagas dan Alan menyusul ke sini.

08:20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang