19. Teror

25.2K 2.8K 148
                                    

Are you ready?

Tulisan itu masih terngiang-ngiang di kepalaku. Bahkan, sampai pagi ini di kantor pun aku masih kepikiran hal tersebut. Siapa sih yang mau berbuat jahat kepadaku? Padahal sepanjang hidupku ini kayaknya aku nggak pernah nyakitin hati seseorang, yang ada malah aku yang disakitin.

"Gimana?"

Sip. Alan, Mas Bagas, dan juga Tama langsung membuat formasi di depanku demi sebuah informasi.

"Cuma ada inisialnya huruf S."

Alan mendekatkan diri, tepatnya sih ke telingaku. "Sashi?"

"Eh, gak mungkin lah."

"Iya gue paham, bagi lo emang gak mungkin. Tapi, siapa tau aja itu dia. Lo kan kenal cuma gini-gini doang nggak tau dalamnya kayak apa."

"Masa Sashi sih, Lan?"

"Kali aja, Ta. Gue bukannya nuduh, cuma siapa tau dia pernah sakit hati sama lo."

"Ngawur." Oke, sekarang Mas Bagas berbicara. "Menurut gue ini bukan Sashi, bukan juga anak kantor. Bisa jadi ini ada sangkut pautnya sama Lukas atau ceweknya."

Oke, Lukas dan Rahajeng lagi.

"Gara-gara apa coba, Mas?"

"Nggak terima sama perlakuan kita dan caranya dia balas dendam ya bikin lo sengsara."

"Gini-gini." Nah, mulai Tama mau bersuara. "Yang tadi kalian sebut berdua itu bisa jadi. Cuma yang lebih menonjol banget itu Lukas dan Rahajeng. Di sini gue bukan mau nuduh Sashi juga, Ta. Tapi, lo tau sendiri kan Sashi dari awal kayak berusaha membohongi kita semua dengan kepribadiannya itu. Di sisi lain benar juga yang Mas Bagas bilang, bisa jadi Lukas dan cewek ya itu nyimpan dendam ke lo."

"Oke, gue terima kalau itu Lukas dan Rahajeng. Tapi, Sashi?"

"Ya, namanya orang mana ada yang tau batin yang sebenarnya kayak apa sih," sambar Alan sambil mengambil permen yang memang aku sediakan di atas meja.

"Kalau orang luar, lo ada kenalan?" tanya Tama.

"Gue di jakarta baru, Tam. Kenalan gue ya cuma anak kantor doang."

"Ya udah, berarti bisa jadi orang-orang yang tadi kita sebut. Intinya lo harus waspada sama siapa pun mau itu teman dekat lo sekali pun."

Aku mengangguk walaupun kurang setuju kalau semua ini dilakukan oleh salah satu teman-temanku. Namun, kalau dipikir siapa juga ya orang luar yang punya niat buruk kayak gitu?

"Wah, kalau rumpi ngajak gue dong."

Baiklah, formasi para pencari informasi bertambah dengan adanya kehadiran Disty.

"Ngomongin yang semalam itu, ya? Soal Mr. S?" tanyanya, "bentar-bentar nih ya, gue mau ngomong juga. Emangnya kalian yakin banget kalau si Mr. S atau orang yang kemarin-kemarin itu mau berniat jahat? Bisa aja kan orang itu atau si Mr. S ini mau berniat baik contohnya mau bikin kejutan atau ngasih kado ke Aretta."

"Tapi, ulang tahun gue udah lewat, Dis."

"Bukan ulang tahun doang kali yang bisa dibuat kejutan. Siapa tau itu teman lo dari Surabaya sok-sok mau bikin lo takut tapi ternyata mau ngasih kejutan. Bisa jadi kan?"

Mas Bagas langsung menyela. "Tapi, nggak lucu kalau caranya gitu, Dis. Siapa pun orang yang dikerjain gitu pasti ngerasa takut."

"Kan gue bilang bisa jadi, Mas. Kok malah lo ngegas gitu."

"Eh, udah-udah. Gila lo berdua masalah ginian aja mau ribut. Intinya satu sama lain itu harus kerja sama. Mau nanti niatnya orang itu baik atau buruk kita juga harus tetap waspada." Siyap, kadar kedewasaan Alan makin bertambah.

08:20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang