16. Resign

26K 2.8K 106
                                    

Jadi setelah drama dua hari yang lalu, Lukas memutuskan resign dan langsung disetujui gitu aja sama pihak kantor.

Aku lega sih, akhirnya gak perlu lama-lama buag liat muka dia. Apalagi kalau ingat tamparannya yang bikin pipiku bengkak sampai hari ini. Gak cuma aku doang sih yang lega, si Alan girang banget dia keluar. Mas Bagas, Tama, Disty, Davienna, dan Sashi yang taunya belakangan juga lega banget katanya. Benar kata Davienna, Lukas seperti benalu yang harus dibuang.

"Siapa mau kopi? Gue mau nyari di bawah."

Inget kopi, jadi inget awal aku dekat sama Lukas. Jalan malam-malam pas lagi lembur sambil nenteng kopi dan ngobrolin ini itu.

"Ta, lo mau kopi nggak?" tawar Disty yang bersiap turun menjelang jam makan siang.

"Aretta nanti gue beliin Good Day aja," ujar Alan.

"Jangan Good Day dong, Lan. Itu kan kenangan masa lalu."

Anjir, Mas Bagas. Jadi, pada ketawa semua kan.

"Apa dong, Mas?"

"Kopiko aja sebungkus."

"Terus abis itu bungkusnya dibuat ngamen di metromini atau gak kopaja."

Anjir banget lah, ini mah namanya ngeledekin.

"Ta, gimana?" tanya Disty yang dari tadi dianggurin.

"Ya udah, samain aja kayak yang lain."

"Oke."

Baru mau balik lagi nyelesain kerjaan tiba-tiba hp di sampingku berdering. Gak ada nama yang tertera, tapi takut penting. Akhirnya kuangkat dan justru aku kaget bukan main.

"Aretta. Kamu siang ini bisa turun sebentar ke lobby?"

"Ini siapa, ya?"

"Maaf, ini aku Rahajeng."

"Rahajeng? Ada apa, ya? Saya rasa urusan kita udah selesai."

"Maaf, Ta. Kita bicarakan lagi, ya? Sekarang saya ada di lobby kantor kamu."

Ya elah, mau apa sih ini orang. Gak bosen apa bikin ruwet hidup gue.

"Sepuluh menit lagi saya turun."

Aku memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Sekarang aku jujur bingung, perlu ditemuin atau nggak. Kalau ditemuin dia mau ngomongin apalagi coba.

***


Sekarang aku berada di salah satu restoran dekat kantorku dan di depanku ini Rahajeng tengah memesankan makanan.

"Kamu gak perlu pesan buat saya. Waktu saya gak banyak soalnya, jadi langsung aja to the point."

"Ta, bisa kita santai sedikit?" Hah? Gila.

"Kalau kamu nggak mau ngomong tujuan kamu apa, saya pergi. Buang-buang waktu aja."

"Oke."

Bagus, sepertinya dia mulai tersulut emosi. Mari dengarkan apa yang ingin dibicarakannya.

"Lukas menghilang, Ta. Dia nggak ada di rumahnya setelah saya tau dia resign dari kantor .... "

"Terus kamu mau menyalahkan saya karena dia hilang setelah resign?" Oke, tenang Aretta. Yang anggun dikit. "Kamu lihat pipi saya bengkak? Kamu lihat ada memar di pipi saya? Ini perbuatan calon suami kamu."

"Lukas tampar kamu?"

"Iya. Itu yang mau jadi suami kamu nanti?"

"Ta .... "

08:20Where stories live. Discover now