• 12

5.9K 1K 133
                                    






Taeyong duduk termenung di ruang interograsi yang kedap suara. Tak ada rasa jengah maupun cemas dari wajahnya. Ia hanya terdiam memandangi jari, sambil memikirkan Jennie yang pulang sendirian tadi.

( AH ELAH YONG BUCIN AMAT SIH LO ) — Authornim.



Ia tak boleh menggunakan hape, jadi dia merasa seperti orang konyol yang diam dalam suatu ruangan yang kecil dan sepi.

Sekitar dua puluh menit kemudian, seseorang membuka pintu ruangan interograsi itu.

Ternyata Kriss.

"Kamu boleh pulang," kata Kriss.

Taeyong hanya menghela nafas lalu berdiri dan keluar ruangan. Saat berpapasan dengan Kriss ia menatap tajam namun remeh.

Jika boleh Kriss ingin menonjok sekali saja wajah rupawan milik pemuda bernama Taeyong Nugraha itu.

"Ada yang nunggu kamu?" kata Kriss.

"Siapa— Duh Jennie udah disuruh pulang aja,"

"Engga, yang nunggu bapak-bapak,"

Taeyong langsung diam. Kemudian menerka-nerka siapa yang bapak-bapak yang menunggunya. Dengan hati setengah unmood, Taeyong berjalan menuju ruang tunggu yang ditunjukan Kriss.

Seorang pria paruh baya memakai setelan jas kerja ala para direktur duduk tegap sambil sesekali melihat arlojinya.

Dari seluruh manusia yang ia kenal di dunia kenapa harus pria itu yang muncul.

Taeyong menarik nafas, mengontrol emosinya, dan menghampiri pria itu.

"Papa," panggil Taeyong.

Nametag kecil berwarna emas itu nampak mengkilat di atas saku dada jasnya.

Antonio Jaejoong Putra N.

"Taeyong," balas Jaejoong dengan senyum kecil.

Tak ada pelukan, walau mereka tak bertemu sangat lama. Padahal dalam hati kecil Jaejoong, ia ingin putra satu-satunya itu memeluknya sejenak. Tapi tidak. Taeyong memilih melewati Jaejoong begitu saja, lalu duduk di sebelahnya.

Jaejoong tahu, sorot mata Taeyong menyiratkan ketidaksukaannya.

"Ngapain kesini?" tanya Taeyong sambil bersandar pada punggung kursi.

"Engga papa cuman pengen jemput kamu, papa denger kamu masuk kantor polisi makanya kesini," jawab Jaejoong.

"Aku bawa mobil sendiri, jangan perlakuin aku kayak anak kecil," sabut Taeyong ketus.

Jaejoong tertegun lalu mengangguk pelan. "Iya papa kan cuman mau tau kenapa kamu ke kantor polisi,"

"Papa khawatir," lanjutnya.

Taeyong memejamkan matanya lalu meremas jemarinya. "Yakin murni khawatir? Bukan khawatir nanti beritanya kesebar kalo putra direktur tekstil terbesar masuk penjara? Biar nama perusahaan engga kotor,"

Jaejoong terdiam sebentar, Taeyong benar-benar mewarisi sikapnya. Angkuh, kasar, dan sarkas.

"Papa cuman ngunjungin anaknya aja, salah?" Jaejoong berusaha mengontrol emosinya.

"Anak? Papa masih bisa nganggep aku anak?" tanya Taeyong sambil melirik papanya. "Setelah apa yang papa lakuin ke perempuan yang ngelahirin aku— papa masih nganggep aku anak?"

"Taeyong bisa kamu jangan ngungkit hal itu—"

"PAPA MUKUL MAMA AKU!"


Taeyong menatap Jaejoong dengan mata merah. "Papa mukul Mama aku, perempuan yang ngelahirin Taeyong Nugraha! Yang sekarang Papa anggep anak!"

15 Second Video » Jennie✔Where stories live. Discover now