10'

3.9K 523 39
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jaemin tersenyum bahagia. Sahabat tercintanya kini sudah memiliki kebahagiaan yang lengkap. Ketika sahabatnya bahagia, Jaemin juga akan merasa bahagia. Bukankah itu yang dinamakan persahabatan? Sebuah persahabatan yang manis.

"Sekarang, tinggal kita berdua yang belum nikah. Main-main dulu, kuy!" Jaemin terkekeh dengan ajakan sahabatnya. Tersenyum tipis dan menatap sahabatnya penuh kelembutan.

"Itu cuma berlaku buat gue. Lo, udah punya Jeno. Jangan macem-macem, babe" goda Jaemin.

"Renjun" Jaemin kembali terkekeh, dan menunjuk pria tampan bersurai hitam itu dengan dagunya.

"Tuh, pawang nyariin. Gua mau ketemu nyokap Haechan dulu," Jaemin menepuk pundak Renjun pelan dan berjalan menjauh.

"Cepetan nikahin, kalau gak mau Renjun gua nikahin duluan" ujarnya kepada Jeno sembari melewati pria tampan itu.

Kakinya melangkah dengan santai. Ia tersenyum manis kearah wanita-wanita yang secara terang-terangan melihatnya ataupun hanya sekedar melirik.

Playboy cap Badak seperti Jaemin memang lah seperti ini. Bahkan para sahabat sudah terbiasa, dan sangat hatam dengan kebiasaan Jaemin yang selalu tebar pesona.

Seketika keterkejutan menghampirinya, seseorang tengah mengalangi jalannya. Untung tadi ia masih bisa berhenti. Kalau tidak, Jaemin sudah menabrak lelaki yang tengah membelakanginya ini.

Jaemin mengambil langkah ke kiri, lelaki itu pun melangkah ke kiri. Jaemin melangkah ke kanan, lelaki itu juga ikut mengambil langkah ke kanan.

"Gedeg gue, minta di headshot ni manusia!" -Jaemin

"Ck, permisi" Jaemin menekan kata 'permisi' dengan suara beratnya.

"For what, sweet?" Jaemin menaikan sebelah alisnya. Ia seperti pernah mendengar suara ini, entah dimana.

Mata Jaemin membulat kaget, saat pria itu membalikkan badannya. Senyum tampan diberikan untuknya. Mata tajam itu kembali dipertemukan dengannya. Dan Jaemin kini berucap hal-hal kasar nan kotor dalam hatinya.

"Lee" gumam Jaemin.

"Apa kabar, Jaemin?" Jaemin tak membalas dan hanya terdiam. Mark mendekatkan bibirnya dengan telinga Jaemin lalu berbisik sangat pelan.

"Seharusnya saya langsung minta pertanggung jawaban sama kamu. Kamu yang narik saya duluan, kamu juga yang pergi gitu aja. Sebagai balasannya, makasih ya. Makasih udah jadi imajinasi saya buat main" deru nafas hangat Mark menyentuh kulit halus Jaemin. Jaemin segera mendorong badan Mark agar menjauh dari dirinya.

"Be calm, Mr. Lee" gumamnya yang tentunya terdengar oleh Mark.

"I can't, cause you're so beautiful" Jaemin menatap Mark jengah.

"No, i'm not" Jaemin melangkah pergi meninggalkan Mark yang tengah tersenyum meratapi kepergiannya.

"Bang!" Ia menengok kearah suara.

"Hai, Jen" pria itu menunjukan eyes smile-nya yang menawan itu.

"Kenal Jaemin?" Tanyanya dengan penasaran. Mark mengangguk dan ia terlihat sangat excited.

"Kenal dari mana?"

"Dimana aja boleh. Intinya bersejarah aja" Jeno menatap sepupunya yang satu ini heran.

"Muka lo kenapa, bang?"

"Muka bahagia yang lagi jatuh cinta lah, apa lagi" ujar Lucas yang baru datang dan langsung merangkul pundak Jeno dari belakang. Ia menaik turunkan alisnya dengan seringaian andalannya.

"Bacot" Lucas terkekeh dengan kekesalan sang sahabat. Sedangkan Jeno hanya mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Eh, tapi yakin naksir dia, Bang?" Tanya Jeno meyakinkan.

"Kenapa nggak?" Lucas tersenyum senang mendengar jawaban 'SONGGONG' dari sang sahabat.

"Dia.. as you know lah.. demennya boobs" ujarnya dengan wajah yang terlihat aneh. Lucas tekekeh dan menepuk-nepuk kepala Jeno.

"Denger, Jen. Mau Jaemin demen melon atau nggak, namanya juga Mark. Apapun pasti dia embat. Belum lagi kalau diinget-inget, ini pertama kalinya dia naksir orang segininya. Biasanya kan cuma dilirik bentar doang" ucapnya dengan mata yang melirik jahil pada Mark. Sedangkan Mark hanya memberikan senyum miringnya.

"Cuma mau dijadiin mainan doang?" Tanya Jeno dengan nada yang mengintimidasi, "kalau cuma mainin doang, mending mundur sebelum gue kick dari kehidupan. Gitu-gitu juga.. sahabat orok gue"

Mark tersenyum dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.


Uang?



Oh, come on, dude! Gak mungkin Mark pake cara kotor, kek yang dipake sama para 'pemain kotor' dengan jabatan mereka yang 'katanya' sebagai 'perwakilan rakyat'. Benar-benar menggelikkan.

Mark hanya menggeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru dongker, dan menunjukan isinya dihadapan kedua sahabatnya. Lucas dan Jeno menatap takjub, entah kepada cincin itu, Mark yang dengan santainya mengeluarkannya atau keduanya.

"Itu.." Jeno menatap Mark dengan tidak percaya.

"Yup, for him" Mark mengarahkan pandangannya kearah pemuda yang tengah asik bercanda dengan seorang wanita paruh baya. Lucas bertepuk tangan pelan.

"Ckckck, gak percaya gue. Lo baru ketemu sekali udah mantepin hati?" Mark menggeleng.

"Lebih tepatnya dua kali. Dan.. kenapa gue udah yakin sama dia? Ayahnya cukup jadi informan yang mantep, gak salah gue jadi stalker dia dan ternyata Nam Corp.. udah jadi partner bisnis bokap gue" kata Mark menjelaskan. Matanya tak bisa lepas dari wajah Jaemin yang terus-terusan mengeluarkan beragam ekspresi.

"Tapi, bener kan? Gak main-main?" Tanya Jeno dengan penuh selidik.

"Janji. Kalo gue main-main, 20% saham gue, gua kasih ke lo!" Mark berusaha meyakinkan Jeno. Sedangkan Jeno sendiri.. berharap Mark main-main, agar saham Mark diberikan kepadanya.

"Yaudah, main-main aja. Ntar si Jaemin gue kenalin sama cecan kenalan gue" Mark menatap Jeno tajam dan Jeno menampilkan senyum menyebalkannya. Sedangkan Lucas hanya terkekeh melihat kelakuan kedua pemuda Lee ini.

"Eh! Lo tuh yang lagi nikah, buru samperin istri lo, kampret! Ntar istri lo ada yang embat, lo yang mewek-mewek gak terima" Lucas tertawa. Ia lupa dengan hal itu.

#Bego -_-

"Oh iya, Mingdep lo berangkat!" Lucas memberitahukan Mark sebelum melangkah pergi.

"Secepet itu?"

"Ya, dianya ngebet. Kan elo sendiri juga yang pengen bareng sama dia"

"Iya-iyaa"







.
.
.
.
.









"Ntik, balik ama gua, yuk!" ajak Mark.

"Siapa lo? Gue balik ama pacar gue, bye!" Jaemin menjauh dari Mark dan menggenggam tangan kekasih barunya dengan erat. Meninggalkan Mark dengan segala perasaan perih dihatinya.

"Huftt, ck, gue harus maklumin dia lagi" Mark berjalan menuju mobilnya dengan wajah yang pasrah.

Fyi, saat di pernikahan Haechan dan Lucas, Jaemin bertemu dengan teman lamanya. Dan langsung meminta teman lamanya itu berpura-pura menjadi kekasihnya. Kenapa?

Apa lagi selain untuk mengindari Mark? Jaemin terus-terusan meyakinkan dirinya sendiri, bahwa ia sama sekali tidak menyukai Mark.

"Gue normal, gue yakin" gumamnya berkali-kali.


"Maybe next time, i'm sure with that"









Tbc

Lama ya apdetnya? Iya, maaf ya. Muehehe. Yang nungguin cerita ini pasti ngerasanya lama banget, padahal cuma seminggu lebih nggak apdet 🤣

Tugas menumpuk :") padahal ane baru masuk.

TrapWhere stories live. Discover now