16'

3.6K 456 49
                                    

"Mau kaka itu apa, sih!?"

Mark menaikan sebelah alisnya, ia tersenyum tipis. Dikiranya, Jaemin tidak akan mengeluarkan sepatah katapun. Nyatanya, Jaemin-lah yang mengeluarkan pertanyaan dan sama saja seperti membuka pembicaraan bukan?

"Kira-kira, kaka mau apa coba?" Mark kembali bertanya. Mulai sekarang, mengerjai Jaemin akan menjadi salah satu hobinya. Hm, ralat, hobi terfavorit.

"Ditanya, malah balik nanya" balasnya, dengan mata yang dirotasikan.

Hari mulai sore, dan Mark memilih untuk menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Mungkin mengobrol dengan Jaemin sebentar tak masalah.

"Kaka mau nikahin kamu" dengan segera, Jaemin menatap Mark dengan tajam. "Kamu kan udah kaka tandain"

"Tanda apa coba? Sex? Yang tau cuma kita. Kaka bilang itu ke semua orang, dan saya bakalan nyangkal itu" Mark menyenderkan punggungnya di pintu, dikatenakan tubuhnya kini tengah menghadap ke arah Jaemin. Hanya Jaemin yang dapat membuat Mark mengabaikan segalanya, hanya untuk Jaemin manisnya itu.

"Ituu" Mark menunjuk leher Jaemin dengan dagunya. Pada awalnya, Jaemin tak mengerti apa maksud dari Mark. Namun, lama-lama ia akhirnya mengerti dan segera menyentuh leher sebelah kanannya dengan tampang terkejut.

Sedangkan, Mark terkekeh. Merasa menang, karena sudah berhasil membuat Jaemin terpengaruh olehnya. Jaemin yang masih terperdaya segera mengecek lehernya, dan..

"Fuck! You lie to me!" Mark mengangguk, tanpa di aba-aba Mark segera menarik tengkuk Jaemin dan menempelkan bibirnya di kulit yang mulus itu.

Jaemin melebarkan kedua matanya, berusaha mendorong Mark, sayangnya dengan kekuatan yang kurang maksimal. Dikarenakan dirinya yang masih dalam mode terkejut.

"Stophh" Jaemin berusaha mati-matian menathan desahannya. Demi Renjun dan Jeno yang bermain Daddy Kink, Mark mencumbu leher dan telinganya!

Mark tentu tidak peduli, ia malah membawa Jaemin kedalam pangkuaannya. Hebatnya, Jaemin tidak sadar dengan hal tersebut. Dengan cekatan dirinya meraup bibir pink Jaemin. Berbunyilah ciplakan-ciplakan di dalam mobil mewah tersebut.

"Shit, we need room" kesal Mark disela-sela ciuman panasnya dengan Jaemin.

"Tempat sepi, please" lirih si manis.



.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



Mark terus memandangi tubuh polos Jaemin, yang sebenarnya kini sudah terdapat banyak bercak-bercak merah karya Mark.

"Stop looking at me. Pengen tidur tau!" Mark tertawa mendengarnya. Lantas, ia segera menurunkan jok Jaemin, berusaha membuat si manis merasa nyaman untuk tertidur.

"Jaem" panggilnya.

"Hm?"

"Kaka sayang sama kamu" Jaemin berusaha menulitkan pendengarannya dan menutup matanya.

"Terserah"

"Jaem"

"Apa?"

"Nikah yuk"

"Nggak"

"Ok" Jaemin mengira Mark akan membungkam mulut, dan membiarkannya tertidur. Sungguh, ia merasa sangat lelah. Mark bermain hingga malam hari.

"Jaemin"

"Apa lagi?!"

"Kamu ga mau pake baju dulu?"



.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



"Bangun sayangg"

"Bangun atau kaka tunggangin lagi?"

Sebuah tamparan pelan mendarat di pipi Mark. "Bacot"

Jaemin kembali menutup dirinya dengan selimut. Membiarkan Mark mendesah kecewa dibuatnya. Pedulia apa? Mark sudah mengganggu tidurnya, dan itu harus mendapatkan balasan.

"Bangun, kamu belum makan" Jaemin menggeleng dibalik selimutnya.

"Jaemin"

"Nggakkkk" tolak Jaemin dnegan suara yang parau. Suaranya sudah habis karena terus meneriaki, mendesahkan, dan memaki Mark. Pinggangnya juga terasa mau patah, seakan saat itu juga Mark tengah melampiaskan segala unek-uneknya.

"Sayang"

"Sayang-sayang, bapakmu sayang! Diem! Saya mau tidur" Mark memejamkan matanya. Amarahnya kini sudah terangkat.

"Jaemin" panggilnya lagi, entah untuk yang keberapa kalinya. Namun, kali ini berbeda. Bedanya, Mark memanggil Jaemin dengan nada penuh ancaman.

Jaemin menimbulkan matanya dibalik selimut. Menatap Mark dengan ragu-ragu.

"Apa?" Tanyanya.

"Bangun, sekarang" Jaemin menggeleng.

"Kenapa? Ngantuk? Kamu udah tidur 12 jam, belum cukup?" Jaemin menggeleng lagi. Aura kemarahan Mark semakin meninggi, Jaemin sadar itu.

"Jae--"

"Berat badanku naik" cicitnya. Mark menghembuskan nafasnya lelah. Ia memijat pelipisnya sebentar, lalu menatap Jaemin dengan lembut. Ia tidak boleh gegabah, amarah harus berada dalam kontrolnya. Karena, Jaemin benar-benar membenci dibentak.

Padahal, Jaemin sama sekali tidak takut dengan bentakkan. Bahkan makian sudah menjadi asupan sehari-harinya. Namun, berbeda jika Mark yang membentak atau menaikan notasi bicara kepadanya. Entah mengapa itu membuatnya kesal dan sakit.

"Terus kamu ga mau sarapan gara-gara itu?" Jaemin mengangguk.

"Kamu ga gendut sayang" Jaemin diam tak berkutit.

"Sini" Mark merentangkan kedua tangannya. Dan Jaemin segera beringsut mendekati Mark. Memeluk Mark dengan erat, dan membenamkan wajahnya di potongan leher Mark.

Mark membawa Jaemin kedalam pelukan yang hangat. "Kamu ga gendut, kamu cantik, kamu sempurna sebagaimananya kamu, sayang"

Dengan lembut Mark menggendong Jaemin seperti koala, dan membawanya menuju ke ruang makan di salah satu villa milik Jihoon, sahabatnya.

"Kaa" panggil Jaemin dengan suara yang kecil.

"Hm?" Mark mengecup lembut pipi Jaemin. Jaemin terus memeluk Mark dengan erat.

"If you wanna hold me tomorrow, and you wanna love me tonight. Gotta light my world, be my sunrise. Gotta build me up like an empire"

"Jangan tarik kata-katamu. Don't ever dare to do that!" Jaemin mengangguk dan didalam hatinya, ia berjanji dengan sangat bersungguh-sungguh.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jaemin hanya butuh sesosok yang dapat mengerti dirinya. Dan Mark mendapatkannya. Mark belajar dengan cepat dari setiap kesalahan yang pernah ia buat, lalu ia dengan cepat memperbaiki dan mengingatnya.

Jaemin tidak suka dibentak. Mark akan terus mengingat itu. Walaupun, Mark tahu dan yakin sekali, Jaemin adalah seseorang yang kuat dan terkadang kasar. Tapi, ia juga yakin, bahwa di dalam topeng kuat dan kerasnya seorang Jaemin, Jaemin juga memiliki hati yang sensitive. Siapa sangka bahwa Jaemin diam-diam memiliki jiwa keibuan dan jiwa istri yang mendalam? Lebih tepatnya, cerewet, mungkin?

"Kaa, mandi dulu!"

"Ka Mark, matiin laptopnya. Makan dulu!"

"Ka, jangan asal-asalan naro bajunya"

"Baju kotor kaka yang mana aja? Ini udah kaka pake kemarin kan? Saya laundry ya"

"Ka Mark, jangan kebanyakan mikir. Ntar makin jelek"





See???










"Ka, saya besok mau pulang"










Tbc?





TrapWhere stories live. Discover now