4'

4.2K 600 51
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Dance with me?" Ajak Mark dengan nada yang tegas dan penuh aura laki-lakinya. Jaemin menggeleng.

Tentu Jaemin menggeleng, dia lebih suka menerima ajakan seorang wanita berdansa bersamanya, ketimbang menerima ajakan seorang pria untuk berdansa bersama.

"Sorry nih Ka. Sangat gak memungkinkan kalau gua kesana pake jas yang udah kena noda kek gini" Jaemin menunjuk jas putihnya yang terdapat bercak wine.

Tanpa berfikir lama lagi, Mark mendekat kearah Jaemin dan menatap pemuda itu dengan tajam yang terdapat kelembutan didalamnya. Jantung Jaemin sempat berdegup sangat kencang.

Mark melepas jas yang dikenakan oleh Jaemin dan memberikannya sebuah kecupan di pipi sebelah kanan... sebelum ia memanggil waiters yang lewat. Mark meminta waiters itu mencuci jas Jaemin, Mark juga meminta agar tak lama. Beruntung waiters itu tak banyak pekerjaan, sehingga ia bersedia.

"Makasih Ka" sepertinya Jaemin melupakan kejadian dimana Mark mengecup pipinya.

"Masalah udah selesai. Now, can we dance?" Ajak Mark lagi. Jaemin menunjuk dirinya sendiri lalu menunjuk kelantai bawah. Mark menggeleng di iringi oleh kekehan kecil, ia melihat bertapa paniknya Jaemin sekarang.

"Emang saya ngajak kamu dansa dibawah sana? Kita gak akan disana," Mark menjeda perkataannya, sontak itu membuat Jaemin benar-benar ingin tau.

"Di balkon, kamu keberatan?" Baru saja Jaemin ingin mengatakan tidak, Mark sudah menarik tangannya dan mengajaknya menari dibawah bintang-bintang dan bulan yang tengah bersinar.

Jujur saja Jaemin benar-benar tidak terbiasa dengan ini dan benar-benar ingin pergi dari hadapan Mark. Karena, jantungnya berdetak begitu kencang. Ia takut Mark akan mendengarnya juga. Lalu, seketika dirinya ingat, kemana reputasi badboy, playboy or fuckboy dari dirinya? Ia terlihat lemah hanya karena seorang pria yang mengajaknya berdansa.

"Bisa di udahin gak?" Tanya Jaemin dengan suara pelan. Ia tak ingin membuat Mark merasa tersinggung atau semacamnya.

"Kenapa?" Tanya Mark, ia semakin mengeratkan tangannya di pinggang Jaemin yang ramping itu. Seakan tengah mengitimidasi Jaemin.

"Em.. gu--"

"Kamu mau bilang, kalau kamu bukan gay kan?" Jaemin terkejut dengan pertanyaan Mark yang benar-benar tepat itu. Dengan cepat Jaemin menundukan pandangannya, hati kecilnya berbicara bahwa, ia merasa tak enak hati.

"Hahaha, santai Jaemin. Saya juga bukan, ko" Jaemin memandang Mark dengan bingung. Mark terkekeh pelan melihatnya.

"Well, saya emang bukan gay. Tapi, pria normal manapun akan tertarik sama kamu" Jaemin mengerutkan alisnya tidak setuju. Ia terdengar seorang penggoda yang tidak punya harga diri.

"Kamu itu cantik, manis dan lugu. Kamu ngebuat pria normal, jadi gak normal. Bukan berarti kamu itu penggoda or something like that. Kamu terlalu.. ya.. seperti itu.."

"Kaka salah nilai gua" kini giliran Mark yang menatap Jaemin bingung.

"Gua bukan cowo yang kaka pikirin. Bisa dibilang gua ini playboy and sometime i'm become a fuckboy. Jadi, ilangin semua pernyataan baik tentang gua yang ada di kepala pintar kaka itu" Mark tersenyum miring, ia begitu tertarik dengan wajah Jaemin yang menunjukan ekspresi nakalnya.

"Are you sure?" Tanya Mark dengan suara yang berat, tepat di samping telinga Jaemin. Tentunya itu membuat bulu kuduk Jaemin merinding.

"Well baby, maybe you've got wrong. Cause.. kamu sendiri yang bikin saya berfantasi liar" Mark mengarahkan wajah Jaemin agar menghadap kepadanya dengan tangannya sendiri.

Dari jarak yang kurang dari 10 cm ini, Jaemin dapat melihat bagaimana tatapan tajam Mark, berubah menjadi tatapan sendu yang membuat Jaemin menelan ludahnya gugup.

"Can you being a playboy in front of me, Jaemin?" Bisiknya.




Tbc

:3 🙂🙂🙂😏😏😏🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚

TrapWhere stories live. Discover now