Hutan Fidelus

473 33 0
                                    

'Azura POV'

Aku sedari tadi tengah mengikuti Frank. Dia menuju Hutan Fidelus yang bagian dalam, dan terlihat sebuah gubuk. Seorang gadis berambut pink muncul, "Halo, namaku Elena! Aku gadis hutan disini. Selamat datang!"

Aku mengernyit. Kenapa ada gadis hutan disini? Tapi Elena tampak normal, dengan mata ungu dan bulu mata lentik. Kurasa matanya mengilatkan kelihaian, sama seperti Mila, yang bermata hijau dan merupakan Trans-Witch sungguhan.

Aku tersenyum ramah, "Teriamakasih! Barang - barang kami akan kami masukan, dan kau tolong jaga rumah ini. Oh, tolong sediakan makan."

Anak itu tersenyum, "Tentu! Lagipula, biar aku yang bawa barang kalian. Kalau kalian ingin latihan, ada tempat di belakang rumah."

Frank langsung menarik ku ke belakang sementara Elena menjentikan jari dan barang - barang kami beterbangan. 

Frank tersenyum puas dengan peralatan senjata disitu. Dia menarik pedang dan memutarnya di udara, "Well, yang ini terlalu berat. Kurasa aku akan mengajarimu memakai belati. Dan... hei, apa yang kau lakukan?"

Sebagian besar dari diriku menyuruhku memegang busur dan anak panah. Aku mengambil satu busur kayu terbaik. Sekelebat bayangan sebuah busur perak yang diangkat membuatku pusing...yang itu jelas bukan ingatanku...

Frank mengerti, "Baiklah, kau akan memelajari itu dulu. Sekarang ambil satu anak panah."

Aku mengambil satu anak panah. Frank memasang busur dan anak panahnya dalan posisi yang benar, dan aku mencoba mempraktekan. Sedikit iseng, kutarik panah itu dan kulepaskan. Satu mendarat di buletin merah.

"Wow, kurasa kau jago memanah. Kapan kau pernah belajar?" tanya Frank.

"Kurasa tidak pernah....sekelebat bayangan memberitahuku." ujarku bingung.

"Itu memang mungkin terjadi." Elena menepuk punggungku. "Maksudku, dulu di pertempuran, Ariane yang pertama memakai panah. Kalau seandaikan kau bisa memanah, hal itu wajar. Dari tadi kalung angsamu berdenyut, seakan separuh ingatannya membanjir ke dirimu, berusaha menjadikanmu Ariane yang asli."

Aku menggeleng - geleng, "Darimana kau tahu?"

Elena tersenyum, "Sederhana saja. Para elf, nymph, dryad, hippocampus, unicorn, serigala, singa, naga, rusa, kalkun, bebek, angsa, dan sedikit kawanan kelinci dan domba memberitahuku." 

"Kau punya banyak teman." kataku cepat.

"Tentu saja. Aku bagian dari mereka." kata Elena puas.

"Well, jadi...latihan hari ini boleh selesai, Frank?" tanyaku.

Frank mengangguk, "Benar. Ada satu tempat yang menurut para guru harus kutunjukan padamu."

"Saatnya mengetahui kebenaran tentang keluargamu, Miss Bleu," kata Frank dengan senyum santai.

-----------------------------------------------------------

Aku tak percaya dengan semua ini. 

Sebuah ayunan cantik dibawah sebuah pohon besar seperti pohon beringin, dengan kaum peri disitu yang semuanya tampak cantik dan beterbangan kesana kemari. Aku terpesona dengan ayunan itu, yang apabila diperhatikan, maka sebuah liana mengikat ayunan itu, dan sebuah kanopi rumah pohon di atasnya.

Frank tersenyum, "Ini tempat kesukaan seluruh Aero-Witch. Terlebih Ariane. Ini adalah rumah pohonnya. Hanya Ariane dan Oriane yang bisa masuk ke rumah ini."

Aku mengernyit, "Jadi kau memintaku untuk melihat isi rumah pohon ini?"

"Tempat ini akan membantumu saat perang. Omong - omong, aku pinjam ayunannya, ya!" kata Frank dan duduk di ayunan itu.

Aku gemas sekali dengan keegoisan-nya, tapi aku menarik tangga dan menuju ke rumah pohon dengan cepat. Aku melihat rumah itu, dengan jendela, dinding, pintu dan lantai, semua terbuat dari kayu. Saat aku akan membuka pintu itu, pintu itu men-scan diriku, lalu pintu berkeriut membuka. Aku pun segera masuk.

Rumah itu memiliki sebuah meja, bantal, karpet, lentera, dan sebuah lemari pendek. Aku melihat - lihat meja itu. Ada beragam foto berbingkai dan album foto tersimpan disitu. Aku melihat album itu. Di dalamnya terdapat beragam foto. Aku melihat aneka foto anak - anak.

Ada beragam foto dua gadis yang tampak selalu bersama, seorang gadis berambut coklat dan bermata ungu yang cantik menggendong seorang anak perempuan berambut pirang dan bermata biru. Mereka terlihat sangat akrab dan tertawa satu sama lainnya. Di halaman terakhir album foto itu, ada sebuah foto berisikan seorang gadis berambut coklat dan gadis berambut pirang yang saling berangkulan memenuhi lembar terakhir. Aku menyimpulkan bahwa gadis berambut pirang itu adalah Ariane, sementara gadis berambut coklat itu adalah Oriane. Di belakang foto itu, ada sebuah tulisan.

'Oriane, aku sangat menyayangimu. Semoga dengan ini kita saling mengingat tentang masa muda kita. Semoga kita akan selalu berhubungan, dan aku selalu menepati janjiku, termasuk sebuah catatan tentang cara untuk mengambil kembali harta kita! Ariane.

Ariane, terimakasih karena telah menjadi adik yang baik selama ini. Kita selalu menjalani hidup yang menyenangkan disini. Semoga kita saling mengingat satu sama lain dan kita tidak akan pernah bertengkar. Oriane.'

Aku tersenyum. Mereka pernah begitu bahagia. Mengapa selama ini, tak ada yang mengingat betapa bahagianya mereka? 

Aku mengernyit dan mencari - cari hal lain di laci. Ada sebuah laci yang bertuliskan, ETNA.  Aku mengambilnya. Disitu terdapat banyak sekali foto dan buku. Aku mendapati buku catatan kecil didalamnya yang ternyata berisi wasiat. Aku membaca tulisan di halaman pertama.

'Untuk seluruh kawan - kawanku di sekolah.'

Tentu saja aku heran. Tapi aku tetap melihat - lihat stiker pembatas halaman disitu. Astaga, banyak sekali teman Etna! Aku melihat sebuah stiker bertuliskan 'Zack.' Aku membacanya sejenak. Oh...kurasa aku harus menyampaikan pesan tentang daun lovetree itu. Aku segera menulis di sebuah kertas, lalu memasukannya ke amplop surat dan bersuit. Muncullah seekor burung cantik. "Burung manis, antarkan ini pada Yako. YAKO."

Burung itu mengangguk dan terbang ke angkasa. Aku segera memasukan buku itu ke tempatnya dan melihat sebuah laci bertuliskan CLARISSA. Isinya kosong, kecuali sebuah peta sekolah Magic School, bawaan dari Ariane, kurasa. Aku melipatnya dan memasukannya ke saku. 

Lalu aku melihat laci bertuliskan ARIANE. Aku tak bisa membukanya. Aku beralih pada laci bertuliskan Oriane. Saat aku membukanya, disitu terdapat satu buku tebal. Di sampulnya tertulis, "Untuk Oriane. Ariane yang selanjutnya kuharapkan untuk memberikannya pada Oriane kakakku. Ada sebuah surat yang kutaruh disini. Satu untuk kau. Bacalah disaat kau tahu Oriane harus mengetahui semua kebenarannya tentang mengapa aku harus menjadi Aero-Witch, dan bukannya dia."

Aku mengernyit. Mana ada cara seperti itu? Sambil menghela napas, aku melihat sebuah laci berlabel AZURA. Jantungku berdetak kencang. Aku segera menarik laci itu.

Aku terkesiap. Ternyata isinya....

*Author Note*

Gimana nih? Ngerasa nge gantung nggak? Hehe... emang pada dasarnya ya, aku seneng liat orang gregetan. BTW, akhirnya nanti akan sangat seru, jangan sampe kalian mikirnya akhirnya gampang ditebak, lho! Jangan kupa voment, ya! Bye!!!

Magical World-The Bleu FantasyWhere stories live. Discover now