The Love Law

394 35 0
                                    

Author POV

Azura beranjak turun dari kudanya dengan langkah anggun. Bajunya tampak tegas dan berwibawa, dengan zirah - zirah lengkap yang melindunginya. Seluruh sekolah berdesas - desus, orang yang naru angkatan pertama sudah menjadi Ariane yang baru.

Magician Alfred memakaikan jubah putih di baju zirah Azura, sehingga menambah kesan kuat di mata sekolah. Magician Alfred bertanya, "Dimana Frank?"

"Phillipe." Koreksi Azura lembut. "Dia akan datang. Tolong katakan pada Mila, Phillipe, Yako, Sovic, Alex untuk datang ke ruang rapat bersamamu."

"Baik, Aria." Kata Master Zack.

Azura memasang sayap Aquilla Angel dan terbang menuju kantor Etna, tanpa memedulikan decakan kagum dari seisi sekolah. Dia menghela napas saat dia menjejakan kaki ke koridor kantornya.

Setelah 3 bulan lamanya, akhirnya dia pulang.
-----------------------------------------------------------

Mila bertanya, "Jadi untuk apa kita sebenarnya dipanggil?"

Magician Alfred mengenyit, "Aku tidak tahu. Mungkin kalian akan berdiskusi."

Phillipe hanya menunduk. Alex bertanya padanya, "Hei, ada apa, Kawan? Kalau tidak salah kau kirim surat kalau kau pacaran dengan Azura, kan?"

Magician Alfred berkata, "Jadi kau sudah mengingatkan semua hal yang kalian lakukan saat masih kecil."

Phillipe menggeleng, "Tadi pagi, kami putus."

Sovic langsung terlonjak, "Kok bisa?"

Phillipe menggeleng. Alex mendesah. Kalau Phillipe sudah begitu, biasanya dia akan berhenti bercerita. Tapi menurut Alex, pasti selalu sakit menghadapi patah hati. Alex hanya menepuk Sovic.

Mila berkata, "Azura tak ingin membuat hubungan pada orang - orang yang dia sayangi. Seluruh sekolah, kita semua, dan kurasa, terutama kau Frank."

Phillipe menggeleng, "Jangan dengan nama itu. Namaku yang asli Phillipe."

Alex berkata, "Nama Frank hanya berarti kalau dikatakan oleh Aria. Tapi, well, itu tidak penting."

Mila meneranglan, "Kalau kau memang sangat berarti di mata Azura, maka dia pasti tak mau kau mati karena dirinya."

"Omong - omong, apa saja sihir yang berhasil dia bangkitlan?" Tanya Magician Alfred.

Phillipe sudah tidak mau berbicara. Mila terus mendengarkan isi hati Phillipe, sehingga Yako kasihan pada mereka semua yang larut dalam kesedihan dan berkata, "Ayolah, kalau Azura selamat, dan dia menyayangi kita, bukan berarti kau perlu bersedih, kan?"

Mila berkata, "Ini berbeda, Yako. Azura audah memutuskan sangat bulat, kita tak boleh melindunginya."

Di depan sudah ada pintu kantor Aria, tapi tidak ada yang membuka pintu. Bahkan Magician Alfred pun tidak menyentuh kenop pintu. Dia berkata, "Kurasa kau saja yang membuka pintu ini."

TOK TOK!

Magician Alfred membunyikan pintu. Aria berkata, "Masuk."

Seketika itu juga, Phillipe membuka pintu. Dia marah pada Azura. Seharusnya, kalau memang mencintainya, Azura tidak bisa seperti itu, memutuskan hubungan mereka.

Azura tersenyum. "Duduklah."

Mereka duduk dengan hati - hati. Azura menutup pintu dengan sihir dan dia berkata. "Hari ini aku hanya ingin mengatakan supaya kita akan berbeda distrik. Mila, ambil distrik timur, Alex, ambil distrik barat, Sovic, ambil distrik utara, Yako, ambil distrik selatan. Phillipe, kau ksatria prajurit seluruh distrik. Magician Alfred, kau bawa anak - anak."

Seluruh anak mengangguk. Azura berkata, "Kalian sekarang keluar, kecuali Phillipe. Ada yang ingin kubicarakan dengannya."

Semua keluar dan pintu menutup. Azura langsung berkata, "Karena kau ksatria, maka kau harus bijak menentukan pilihan. Aku yakin kau bisa melakukannya. Kau harus sering mengecek Mila, Alex, Yako, dan Sovic. Penobatan kalian besok."

"Kenapa?" tanya Phillipe bergetar.
"Kenapa kau memutuskan ini?"

Azura berkata lirih, "Aku mohon, maafkan aku, Phillipe. Percayalah, kalau bukan karena perang, aku pasti akan tetap bersamamu. Aku mohon, Phil, maafkan aku. Saat nanti berakhir, aku janji kita akan kembali bersama saat kita selamat."

Phillipe berkata pedih, "Kau tidak mengerti! Tidak tahu saat kau dicampakan dari keluarga sejak lahir hanya karena menentang aliran jahat di nadi mereka, menjadi keluarga pencuri dan pembunuh, sebatang kara, mencari kekuatan untuk bertumpu, hingga kau... tidak... bisa... menemukan... harapan... Harapan hidup, Azura, hanya kau alasan aku hidup sampai sekarang!"

Azura memeluk Phillipe dengan berlinang air mata, "Maafkan aku. Aku memang bodoh, tidak bisa konsisten, terlalu menyebalkan. Kalau aku bisa lebih berani, lebih tabah, lebih kuat...aku tidak akan melakukan ini. Aku tahu seberapa parahnya hidup dalam kesendirian, tanpa keluarga. Aku tahu itu, dan aku tahu keputusanku hari ini... pengecut."

Phillipe terperangah, masih mendengarkan perkataan Azura.

"Aku minta maaf karena menghancurkan seluruh kebahagiaanmu, tapi kau adalah tujuan hidupku selama ini yang dtentukan takdir. Aku tidak mau kalau ada yang mati berkorban untukku. Aku tidak mau, Frank, terutama bila itu kau. Aku tidak mau ada yang mati untuk ku... lagi..."

Azura terus terisak, "Selama ini, selalu ada yang mati, Etna, Queensha, orangtuaku. Aku tidak mau melihatmu mati juga!"

Phillipe kini merasa lebih baik, dengan jawaban atas segala hal, dengan pengakuan yang sangat jujur. Phillipe memeluk Azura erat, seakan menabahkan hati Azura akan takdir. Karena mereka bersama selalu, saling ingin melindungi.

Karena kesamaan mereka adalah karena mereka kehilangan dan tidak ada yang akan melebihi penderitaan mereka selama ini.

Dan untuk cinta, selalu perlu sebuah pengorbanan. Saling mencintai, berarti kuat menghadapi patah hati, rela menjaga keberadaan cinta kita. Sebuah hukum yang kuat dalam cinta, yang kini Phillipe pelajari.

Selamanya.

Magical World-The Bleu FantasyWhere stories live. Discover now