tujuh | kali keempat

69 23 4
                                    

Hari ini, beda dari biasanya, Ale semangat pergi ke sekolah.

Padahal nggak ada Nayla di sekolah. kenapa Ale semangat?

Jangan munafik, Ale. Ada Anya.

Seperti biasa, langkah kaki Ale mengarah ke sekre OSIS. Cowok itu tampaknya hendak menyelesaikan tugas-tugas OSISnya yang akhir akhir ini ia abaikan.

Karena Anya.

Beda sama Nayla, kalau Ale udah chatting sama Anya, rasanya cowok itu udah lupa sama segala tugasnya. Kalau sama Nayla kan, selalu diingetin.

"Eh Ale," sapa Ares begitu ale masuk ke dalam sekre. "Mau ngapain?"

"Mau nyelesain yang kemarin-kemarin."

"Oh, kirain gue lo udah lupa sama OSIS."

Ale menatap ares heran. "Apaan sih Res?"

Ares melirik Ale sinis. "Gapapa."

Ale menatap sahabatnya itu bentar. "Lo kalo ditanya jangan jawab gapapa dong. Kayak cewe aj—"

"Mending kayak cewek kan, daripada jadi ketos tapi ngga bertanggung jawab?" ujar Ares, yang kemudian bangkit dari posisi pewe-nya.

"Lo kenapa sih, Res?!"

Ares menunjuk setumpuk kertas di atas meja dengan dagu nya, "Tuh tugas lo. Urusin tugas, jangan ngurusin cewek aja."

"Maksud lo ap—"

"Diem! Ngga usah beantem!" Vania masuk tepat ketika Ares hendak keluar. "Mau kemana lo Res?"

"Males di sini. Ada ketos abal abal,"

Ale mendengus. "Anj—"

"Diem Le," potong Vania tajam. "Lo kemana aja sih? Dua minggu loh, lo ngga ngurusin OSIS sama sekali."

Ale menghela napas gusar, "Tapi kan gue disini sekarang!"

"Lo kemana aja, gue nanya!" seru Vania galak. "Sibuk sama Nayla?"

Ale menggeleng. "Engga."

"Terus kemana?"

"Bukan urusan lo."

Vania mendengus. "Lo yang bilang OSIS itu harus saling cerita biar kerjasamanya baik. Tapi lo sendiri yang ngingkarin omongan itu."

"Gue—" Ale menelan ludahnya kasar, "Gue cuma ada sesuatu yang harus diurusin."

"Jauh lebih penting daripada OSIS?"

Apa Anya lebih penting daripada OSIS?

"Iya."

Vania menghela napasnya. Berusaha meredam keinginannya untuk memberikan bogem ke manusia di hadapannya ini.

"Yaudah, kerjain tugas lo sana. Lo ketos, Le. Jangan gini lagi."

Ale hanya mengangguk, dan duduk di atas kursi dan mulai melakukan tugasnya sebagai ketua OSIS.

drrtt

anya🐥
ale
lo dmn?

ale
kenapa emang?
di sekre osis nih

anya🐥
sibuk?

ale
iya
kenapa?

anya🐥
oh, ngga apa apa kok

ale
yaudah gue ngurusin osis dulu ya

anya🐥
iye pak ketos

Ale tau ini salah. Jatuh cinta sama Anya, padahal dia udah punya pacar dan Anya pun sama. Menganggap Anya lebih penting daripada tugasnya sebagai ketua OSIS, padahal tanggung jawabnya sangat besar.

Tapi ini perasaannya, ngga ada yang bisa ngatur, kan? Bahkan Ale sendiri ngga bisa ngatur perasaannya itu.

Kalau berbuat salah ternyata semenyenangkan ini, kenapa hidup selalu menuntut untuk berbuat benar?

"Anya, serius kamu remedial?"

Anya menghela napas berat. Untuk pertama kalinya, dia dipanggil ke depan kelas dan ditanya seperti itu oleh guru.

Teman temannya di belakang sibuk bertanya tanya, ada apa dengan Danika Soranya yang cerdas itu sampai sampai remedial?

"Maaf Bu, waktu ulangan kemarin kondisi saya kurang bagus," jawab Anya.

Padahal karena malamnya Anya sibuk chatting sama Ale.

"Bukan cuma remedial doang, tapi nilai tugas kamu akhir akhir ini jadi mengurang. Malah kamu belum ngumpulin tugas terakhir. Ada apa?"

Anya menunduk, dan pada akhirnya yang bisa Anya katakan hanyalah, "Maaf, Bu."

Seusai pelajaran tersebut, Salsa Aira—temen Anya, ngedeketin sahabatnya itu.

"Anya, seriusan lo remed? Anjir, gua aja kaga." kata Salsa. "Lo kenapa sih?"

Salsa sendiri ngerasa, emang Anya akhir akhir ini ngga serajin biasanya. Ada apa?

"Gapapa," jawab Anya.

"Udah bosen belajar ya?" tebak Salsa. "Akhirnya lo ngerasain bosen juga sama yang namanya belajar."

Anya tertawa kecil mendengar gurauan sahabatnya itu. Tangannya meraih hp yang ada di sakunya, kemudian mengirim chat kepada Ale, berharap cowok itu bisa dengerin cerita Anya sekarang.

Tapi nyatanya Ale juga sibuk OSIS.

Akhirnya Anya ngechat Fausta.

Lucu ya? Pacarnya Fausta, tapi Anya malah ngehubungin Ale terlebih dahulu.

anya
faustaaa

saustata🐕
apa nyaa

anya
dimana??

saustata🐕
lagi ngerjain pr hehehehe
kenapa?

anya
yaahh:(

saustata🐕
kenapa emangnya??

anya
gapapa sih, cuma butuh temen cerita doang...

saustata🐕
pangeran siap meluncur, ratu.

Anya tertawa kecil melihat chat dari Fausta.

Anya nyaman sama Ale. Tapi Anya juga bahagia sama Fausta. Egois ngga sih?

Cuma butuh semenit sampai akhirnya Fausta duduk di sebelah Anya.

"Kenapa Nyaa?? Tumben mau cerita," kata Fausta.

Akhirnya Anya menceritakan apa yang si guru bilangin tadi ke Anya.

"HAH KAMU REMED MATEMATIKA?!?!?" teriak Fausta sambil nutup mulutnya. "KOK SAMA HAHAHA."

"Nyebelin ih," desis Anya kesel.

"Iya iya bercanda," ujar Fausta cepat. "Aku bingung aja, sejak kapan otak kita setara gini."

Anya berdecak. "Males ah ngomong sama kamu."

"IYAA IYA, bercanda lagi," kata Fausta gemes. "Kok bisa, Nya? Emang kamu ga belajar atau gimana?"

"Aku.. aku belajar kok," dusta Anya. "Ngga tau, ngga fokus aja pas ulangan."

"Kok bisa ngga fokus ya?" tanya Fausta heran. "Padahal akhir akhir ini kamu sering tidur duluan.."

"Hah?"

"Iya kan? Biasanya juga kamu jam delapan udah pamit tidur," kata Fausta.

Aduh, Fausta. Seandainya lo tau setelah itu Anya bukan tidur, melainkan chatting sama Aldebaran.

Anya terdiam mendengar ucapan Fausta, dan lagi lagi, perasaan bersalah timbul di hatinya.

Anya tau ini salah, tapi kenapa Anya ngga berniat untuk berhenti?

let me love you ✔Where stories live. Discover now