sebelas | kali terakhir

64 23 2
                                    

ale
nya

anya
le

ale
lo dulu

anya
fausta minta putus.

ale
nayla.
ngga ada kabar. dia ngilang.
sori nya

anya
kok sori ke gue sih?

ale
harusnya gue ngga ngajak lo waktu itu

anya
kayaknya kita harus bicara langsung le.

ale
nya, jangan ngaco deh. entar malah makin buruk keadannya kalo kita ketemuan lagi

anya
emang udah buruk, kan?

Di sekre OSIS, Ale langsung disambut oleh bogem keras. Bukan dari Fausta, tapi dari Vania.

Inget? Vania saudaranya Fausta.

"BRENGSEK BANGET LO ANJING NIKUNG SODARA GUA!!" teriak Vania marah.

Ares melirik sinis. "Iya nih, Ale ngga klesi nikungnya malah anak bandel macem Fausta. Ketos kok saingannya anak bandel kayak gitu."

"Van, aduh tenang dong.." kata Ale pelan sambil ngelus ngelus pipinya yang biru habis ditonjok Vania.

Ini kenapa Vania yang membabi buta ya. Faustanya malah diem.

"Gua bingung kenapa si Fausta ngga gelut sama lo. Sama si Aldi aja cuma gara gara seblak doang langsung gelut di tempat," desis Vania sebal.

"SETUJU!!!" pekik Ares semangat. "Emang manusia di muka bumi ini goblok semua."

"Termasuk lo?"

"Except me."

Ale berdecak. "Diem woy, ganggu gua aja."

"Emangnya lu ngapain?" tanya Ares, karena di matanya Ale sedang tidak mengerjakan apapun.

Dan memang begitulah kenyataannya.

"Ngelamun," jawab Ale asal.

"Sinting," desis Vania. "Btw pacar lo di Jakarta udah tau soal ini?"

Ale ngangguk.

"GILAAA WORD WAR 3 NGGA SIH INI HAHAHAHA." teriak Ares puas.

"Udah ah, gue cabut ke kelas ya." Ale beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu.

"Awas aja ketemu Fausta, Le," celetuk Ares sambil terkikik.

Dan di koridor, Ale benar benar bertemu dengan Fausta. Awkward parah. Sebenernya, yang ngerasa awkward cuma Ale. Fausta-nya sih biasa aja.

Ini Fausta amnesia gitu ngga sih? Ale heran banget sumpah. Ya syukur syukur aja sih kalau beneran amnesia.

Anya mendengus. Lagi, lagi, dan lagi. Pertanyaan soal dirinya dan Fausta—dan Ale juga, kembali terdengar di telinganya.

"ADUUHH APASIIII," suntuk Anya kesel. "Lo denger darimana berita itu?!"

Salsa berdecih ketika sahabatnya itu malah marah marah. "Satu sekolah udah tau, sayangkuuu."

Anya memutar bola matanya malas.

"Emang bener ya? Lo putus sama Fausta terus jadian sama Ale? Gila sih—"

"ENGGA WOI. Buset dah yak, masih aja percaya sama hoax," potong Anya bete. "Lagian gue sama Ale tuh ngga ada apa apa, Ya Tuhan."

"Tapi kemarin lo jalan bareng sama Ale."

"Itu cuma nemenin dia doang. Sebagai temen! Salah emang?"

Salsa mengangguk asal. "Kan lo udah punya pacar."

Anya tidak menjawab setelah itu, karena dia sendiri udah capek membicarakan soal Ale-Fausta Ale-Fausta itu.

Pulang sekolah, sesuai janjinya dengan Ale, mereka bertemu di warung ayam geprek yang agak jauh dari sekolahnya.

Kalau deket, nanti bisa bisa keciduk sama temen satu sekolahnya. Bahaya.

"Nya, duduk," kata Ale sambil senyum. "Mau pesen?"

Anya menggeleng. "Gue lagi ngga mood makan ayam geprek."

Ale ngangguk. "Gue juga."

Terus mereka ngapain di warung ayam geprek?

Akhirnya mereka pindah tempat karena ngga enak sama pemiliknya. Masa duduk tapi ngga pesen apa apa.

Mereka pindah ke Starbucks.

"Ngomong, Le," titah Anya, karena gadis itu kini tidak sanggup membuka percakapan.

Ale menelan ludahnya gugup sebelum membuka mulut.

"Kita salah, Nya."

Tidak ada respon dari Anya. Gadis itu tetap menunduk, menatap tanpa arti ke minumannya di atas meja.

"Ngga seharusnya kita jalan bareng. Ngga seharusnya kita suka chatting. Ngga seharusnya kita nutupin hubungan 'teman' kita ke Fausta sama Nayla."

Ale menghirup napas dalam dalam, kemudian melanjutkan. "Jujur, gue emang tertarik sama lo, Nya. Tapi mungkin cuma sekedar tertarik—ngga sampai jatuh cinta sedalem gue jatuh cinta sama Nayla.

"Intinya, gue minta maaf karena gue nyeret lo ke masalah ini. Gue ngga bisa ngontrol perasaan gue sendiri." lanjut Ale.

Anya tertawa kecil. "Lo kira gue bisa ngontrol perasaan gue?"

"Tapi kan gue yang mul—"

"Kalo gue ngga respon sama perasaan lo, kita juga ngga bakal kayak gini," potong Anya tegas. "Gue juga minta maaf, Le. Harusnya gue sadar kalo kita masing masing udah punya pacar."

Ale tersenyum miris. "So? It's over?"

Anya menatap Ale nanar. "Perlu gue pertegas?"

Tidak ada respon.

Siang itu, akhirnya Aldebaran menyudahi perasaan sesaat-nya. Begitu juga Soranya. Mereka berdua sudah cukup sadar, bahwa mereka sudah menyakiti diri mereka sendiri dan orang yang paling mereka sayangi.

Menyukai seseorang seperti bagaimana Ale menyukai Anya atau sebaliknya itu mudah. Tapi jatuh cinta kepada seseorang seperti Ale dengan Nayla atau Anya dengan Fausta, adalah hal yang berbeda.

Dan Ale sadar bahwa dia tidak pernah sekalipun jatuh cinta kepada Anya.


let me love you ✔Where stories live. Discover now