25. Yerim

1.3K 173 2
                                    

Flasback

Yerim mendengar dari Jin bahwa Jimin akan ikut mengantarnya check up. Hal yang langka terjadi membuat Yerim gembira apalagi dia mendengar juga bahwa wanita yang ayahnya jodohkan dengan Jimin adalah Seulgi, tentu saja Yerim sangat setuju apalagi Yerim sudah mengenal Seulgi dan menilai Seulgi bahwa calon kakak iparnya itu adalah wanita yang sangat baik.

Mendengar suara mobil Jimin masuk kerumah, Yerim segera mempersiapkan diri dan bermaksud memberi Jimin kejutan dan memberi selamat pada Jimin atas perjodohannya dengan Seulgi. Yerim mempersiapkan dirinya didepan cermin sambil bersenandung kecil Yerim mulai menyisir rambutnya yang tergerai dan segera bersiap menyambut kakaknya. Derap langkah kaki Jimin terdengar oleh Yerim dari kamarnya itu berarti kakaknya sudah berada dilantai dua dan sudah dekat dengan kamarnya. Yerim segera berjalan cepat kearah pintu dan bermaksud mengagetkan Jimin.

Tapi belum Yerim melaksanakan aksinya Jimin keburu dipanggil ayahnya. Yerim sedikit kecewa harus menunggu lagi, tapi tak apa batin Yerim. Karena sudah tidak sabar Yerim berniat menunggu Jimin di ambang pintu ruang kerja ayahnya. Yerim dengan senyum lebarnya berlari kecil menyusul Jimin diruang kerja ayahnya. Sekarang Yerim berada diambang pintu ruang kerja ayahnya, menunggu Jimin untuk diberi kejutan oleh Yerim. Tanpa sadar pintu ruang kerja ayahnya terbuka sedikit sehingga Yerim yang berdiri disitu dapat mendengar pembicaraan ayah dan kakaknya.

Hati Yerim mencelos dalam saat mendengar pembicaraan ayahnya dengan kakaknya. Tubuh Yerim mematung, hatinya bagai ada godam besar yang menghantamnya berkali kali hingga merobohkan tembok pertahanan Yerim. Air mata Yerim jatuh satu bulir, dua bulir sampai sederas air hujan membasahi kulit pipinya. Yerim sudah tidak tahan dia berlari ke kamarnya dan mengunci dirinya dikamar mandi. Dia terisak tergiang pembicaraan ayah dan kakaknya.

Yerim tidak menyangka kakaknya, Jimin dengan rela mempertaruhkan hidupnya demi pengobatan dirinya, agar dirinya mendapat perawatan dan pengobatan yang lebih baik. Tetapi Jimin tidak seharusnya mengorbankan dirinya sendiri untuk dijadikan boneka oleh ayahnya. Yerim merasa sangat merasa bersalah pada Jimin karena menjadi beban hidup untuk kakaknya bahkan sampai mengorbankan hidup kakaknya. Apalagi ditambah Yerim mengingat semua kelakuan ayahnya yang menjadikannya alat untuk memperalat Jimin dengan semua perintahnya. Tidak bisakah walaupun satu hari dihidup Yerim ayahnya menjadi sosok ayah seperti ayah teman temannya, jangankan berharap Yerim membayangkannya pun tidak bisa.

Yerim sangat menyayangi Jimin dan Jin kedua kakaknya. Yerim bersyukur masih mempunyai seseorang seperti kedua kakaknya, Yerim masih ingat betul cerita bagaimana ayahnya tidak mengakui dirinya sebagai anak dan hampir membuang dan membunuhnya jika ibu tirinya tidak menyelamatkannya waktu itu. Jimin dan Jin memperlakukan Yerim seperti seorang putri terlebih saat Yerim menderita penyakit ini, kasih sayang Jin dan Jimin tidak pernah berkurang bahkan bertambah.

Kakaknya Jin adalah kakak yang sangat perhatian dan bertindak layaknya ibu untuk Yerim. Dia memasak makanan kesukaan Yerim, menjaga Yerim ketika tengah malam tiba tiba Yerim mendadak sakit panas, membantu Yerim mengerjakan pr sekolah sampai mengepang rambut Yerim. Berbeda dengan kakaknya Jin, kakaknya Jimin lebih bersifat frontal dan protektif. Kakaknya yang satu itu memang bersifat konyol, jahil dan sering membuat masalah tidak di kampus atau dirumah dengan ayahnya. Tapi jauh dari semua sifat sifat itu kakaknya Jimin paling protektif pada Yerim bahkan untuk berangkat atau pulang sekolah pun Jimin rela antar jemput untuk Yerim jika tidak ada jam kuliah. Jimin juga rela membelikan Yerim burger dan milkshake pukul dua pagi saat Yerim kelaparan dan Jimin juga berdiri dibarisan paling depan jika ada yang berani menggangu Yerim disekolah atau di lingkungan rumah. Sungguh Yerim bersyukur pada Tuhan dan tidak menginginkan hal lain selain bersama sama dengan kedua kakaknya selamanya.

Tapi apa yang bisa diperbuat Yerim untuk kedua kakaknya. Yerim hanya seorang gadis penyakitan dan selama ini dirinya hanya bisa menyusahkan juga merepotkan kedua kakaknya. Bahkan sekarang demi kesembuhannya kakaknya Jimin rela hidupnya dibuat bisnis oleh ayahnya. Mungkin sebaiknya Yerim tidak terlahir di dunia ini atau lebih baik Yerim menggantikan ibu tirinya yang meninggal lebih dulu daripada menjadi beban hidup kedua kakaknya batin Yerim.

Setelah puas menanggis, Yerim diajak Jin dan ditemani Jimin juga untuk check up ke rumah sakit sekaligus menjalani cuci darah seperti biasanya. Yerim hanya menurut dan bermonolog pada hatinya bahwa ini yang terakhir dia merepotkan kedua kakaknya. Setelah selesai cuci darah Yerim mengetahui bahwa kedua kakaknya masih diruang dokter Hwang dan kesempatan itu Yerim gunakan untuk segera meninggalkan rumah sakit. Sampai dirumah Yerim dengan segera menyambar tas sekolahnya dan memasukkan beberapa potong baju dan tabungannya ke dalam tas dan bergegas pergi sebelum kedua kakaknya menyadari kepergian dirinya. Yerim tidak mengubris lagi teriakan dari pembantu rumah tangganya yang memanggil namanya dan segera menaiki taksinya tadi dan menjauh dari rumahnya.

Air mata Yerim lagi lagi tidak bisa dia bendung. Didalam hatinya dia terus meminta maaf pada kedua kakaknya sudah kabur dari rumah dan pastinya membuat kedua kakaknya semakin khawatir dengannya. Tetapi Yerim harap dengan kepergiannya kedua kakaknya tidak kerepotan lagi mengurus dirinya dan tidak menjadi beban hidup kedua kakaknya.

Taksi yang ditumpangi Yerim menuju ke sebuah pemakaman. Sebelum Yerim pergi kabur ingin sekali Yerim memeluk dan menumpahkan segala tangisnya di pusara milik ibu tirinya yang sudah Yerim anggap sebagai ibu kandungnya. Ibu tirinya yang menjadi malaikat dihidupnya, yang memberinya kasih sayang, yang memberinya perhatian lebih dari ibu kandungnya yang Yerim sendiri tidak tahu sosoknya dan keberadaannya. Ibu tiri Yerim selalu berpesan  pada Yerim agar selalu mendoakan ibu kandungnya dan tidak membenci walaupun sudah menyiayiakan gadis cantik seperti Yerim. Benar saja Yerim disana menanggis tersedu dan mengadukan semua keluh kesahnya pada pusara ibu tirinya seolah bercerita langsung dengan ibu tirinya. Yerim amat merindukan sosok ibu tirinya sekarang ini.

Setelah puas melepaskan semua yang mengganjal dihatinya pada pusara ibu tirinya, Yerim melangkah pergi dan menaiki taksi lagi menuju sebuah taman. Yerim duduk seorang diri di gelapnya taman karena hari sudah malam, seolah sedang menunggu seseorang. Yerim duduk di salah satu bangku taman dengan sesekali mengayun ayunkan kakinya. Dari arah berlawanan seorang lelaki seumuran dengannya berlari tergesa gesa menuju arah Yerim. Sampai didepan Yerim lelaki terlihat menunjukkan kekhawatirannya pada Yerim dan membawa Yerim kepelukannya, lelaki muda itu tidak memperdulikan dirinya yang masih lelah karena berlari menuju taman menemui Yerim.

"Bawa aku pergi dari sini" Yerim memohon pada lelaki didepannya. "Aku tidak bisa, tapi untuk sementara kau bisa tinggal di apartemenku" lelaki tadi tidak mengiyakan permohonan Yerim untuk membawanya pergi jauh tetapi memberi Yerim solusi untuk sementara tinggal di apartemennya.

Yerim belum sempat menjawab dan pingsan tepat dipelukan lelaki itu. Dengan panik juga khawatir lelaki tadi mengendong Yerim menuju mobilnya yang terparkir di sekolahnya dengan Yerim dan melajukannya ke salah satu rumah sakit.

"Kamu kemana dek ?" sementara itu digelapnya malam Jimin terus melajukan mobilnya membelah jalanan kota meneliti setiap sudut sudut kota berharap menemukan adik yang amat dikhawatirkannya saat ini dan air mata Jimin lolos begitu saja ditengah konsentrasi dirinya menyetir mobil dan mencari Yerim.

🍀🍀🍀🍀

SEUL'SDonde viven las historias. Descúbrelo ahora