03 | perpus

47 7 0
                                    

Romeo mendengus kesal melihat adiknya yang sedang melahap sarapannya dengan rakus. Ia yang tengah duduk sembari melipat kedua tangannya di depan dada, sudah menyelesaikan sarapannya sejak tadi. Adiknya itu bangun kesiangan. Lagi!

"Buru napa?! Kalo sampe gua gak bisa ketemu Sera gara-gara lo, Ford Mustang lo bakal gua culik seminggu!" Ancam Romeo dengan nada tak main-main.

Mendengar hal itu, Tino hampir saja tersedak makanan yang ada di mulutnya. Dan hasilnya ia terbatuk-batuk sembari memukul dadanya sendiri. Sesudah itu ia pun meraih gelas berisi air mineral dengan buru-buru.

"Woi udah gila lo?!" Pekik Tino dengan wajah memerah akibat insiden tadi.

"Makanya cepetan, Bege!" Seru Romeo sembari memutar matanya

"Lo yang bege!" Seru Tino juga tak mau kalah.

"Woi!"

"Woi!"

"Cepetan!"

"CePeTaN!"

"Jangan banyak bacot, Bege!"

"JaNgAN bAnYaK bAcOt, BeGe!" Melihat apa yang tengah dilakukan oleh adik kembarnya, Romeo terdiam dan kembali mendengus kesal. Tapi sedetik kemudian ia bangkit dari duduknya dan menghampiri sang ibu yang sedang ada di ruang tamu.

"Ma, Rom pergi dulu ya," lelaki itu pamit dengan suara lembut dan hampir berbisik di telinga Ibunya.

Ibunya yang sedang sibuk menonton TV langsung menoleh ke arah anak tertuanya, "kok gak bareng Sunny (baca: Sani)? Bukannya udah janjian?"

"Sani siapa?" Tanya Romeo pura-pura tidak tahu.

"Ish, anak ini? Ngidam apa sih aku ini waktu hamilin kamu?" Geram ibunya pelan dengan sikap bercanda.

"Aku cape tungguin dia, Ma. Sani lama sih makannya." Mendengar jawaban dari si sulung, wanita paruh baya itu kembali menggelengkan kepalanya.

"SUNNY!" Kemudian tanpa aba-aba, sang ibunda langsung berteriak memanggil nama si bungsu. Romeo yang berdiri di dekatnya melompat karena kaget.

"Paan, Ma?!?" Sahut si bungsu dari ruang makan.

"Kalo kamu gak cepetan, si Rom mau cao loh!" Dan di detik berikutnya setelah itu, si bungsu langsung tiba di ruang tamu.

"Ywaelah, Rwom! 'ahat bwener syih!" Rengek Tino dengan mulut yang masih penuh roti yang tengah ia kunyah tersebut.

"Santino! Mama enggak pernah ngajarin kamu ngomong dengan mulut penuh makanan!" Tegur sang ibunda dengan tegas. Ekspresi jahil dan playful-nya itu hilang entah ke mana.

"Maaf, Ma." Ujar si bungsu pelan setelah menelan semua makanan di mulutnya. Dan itu membuat Romeo tertawa tanpa suara di balik punggung ibunya.

"Mama tahu kalau kamu lagi ketawa, Rom," yang ditegur langsung terbatuk, bagai tersedak oleh tawanya sendiri.

Wanita itu menggelengkan kepalanya, "sudahlah, kalian ini langsung pergi aja kenapa? Pusing Mama liat kalian!"

"Mama ngusir?" Tanya Tino dengan ekspresi sedih yang berlebihan.

"Iya, makanya cepetan sana, hush!" Usir ibu mereka, kali ini dengan gestur tangan seperti sedang mengusir hewan.

• • •

Seperti yang sudah diprediksi, hari ini berjalan sesuai dengan rutinitas. Hal itu bukan hal yang mengejutkan lagi untuk Sera. Bangun pagi, sarapan, pergi ke kampus, kelas, dan bertemu dengan si kembar. Tapi hari ini, kenapa si kembar idiot itu menyapanya dengan aura yang kelam? Apakah itu memang tandanya kalau mereka bakal cepat-cepat pergi?

GeminiWhere stories live. Discover now