12 | baru

38 11 0
                                    

Bagai asap yang sudah menguap ke udara, berita Hoax tentang Sera dan Hector menghilang begitu saja. Namun itu semua bukanlah tanpa sebab. Pasalnya ada berita lain yang lebih mengejutkan yang bisa membuat orang-orang mengalihkan perhatian mereka dari Sera.

"Woi! Gila dah! Menurut lo itu beneran gak sih?!" Ujar seorang mahasiswi kepada teman-temannya di koridor kampus yang agak ramai dengan berlalu-lalangnya para mahasiswa lainnya.

"Duh, gua juga gak bisa seratus persen yakin kalo itu beneran tapi kalo misalnya si Martin sampai dipenjara, apa gak salah kalau itu artinya si Dominic punya dendam tersendiri sama Martin yang kebetulan aja lagi ngelakuin hal bēgo?" Sahut teman di sebelahnya yang tak kalah antusias.

"Wah! Iya sih! Maksud gua kan ya...si Martin itu tuh gak miskin weh—emang gak sekaya si Dominic sih—bisa aja dia pake jalan damai sama polisinya, sama si Dominic juga. Eh, tapi ujung-ujungnya juga kena tuh, pasti ada kemungkinan kalau beritanya bener!" Kali ini temannya yang lainlah yang menjawab.

"Ei! Lagi ngomongin apa nih?" Tanya gadis lain yang baru saja datang ke kumpulan teman-temannya itu.

"Ada gosip baru nih! Lo tahu gak sih kalo si Dominic sama Carol itu—"

"Apa? Gua sama cewek gua kenapa?!" Tanya sebuah suara berat yang terdengar begitu sinis. Langsung saja para pendengar suara tersebut mengatup mulut mereka rapat-rapat dan membuang pandangan ke lantai.

"Jawab! Gua gak suruh kalian diem!" Perintah Dominic, sang pemilik suara bariton tersebut.

"A-anu...anu i-itu..." Salah satu dari mereka berusaha untuk bersuara, tapi aura kelam dari Dominic membuatnya ketakutan setengah mati.

"Anu apa?!" Bentak lelaki itu tak sabaran. Ia melipat kedua tangannya di depan dada sembari melirik ke bawah, ke arah para mahasiswi itu berada.

"I-itu kak, ada gosip tentang hubungan kakak sama Carol." Jawab temannya berusaha sebisanya agar tidak tergagap.

"Ya, yang gua pengen tahu itu isi beritanya apaan!" Dominic masih saja membentak mereka dengan nada sinis. Memang sial sekali mereka itu, lagi asyik bergosip malah tertangkap yang digosipkan.

"Anu, Kak...saya gak berani bilang," sahut mahasiswi itu lagi, "ta-tapi setahu saya, gosipnya masih ada di UII Network, Kak."

Dominic menyipitkan matanya dengan pandangan menuduh ia lemparkan ke arah mereka, tapi di detik berikutnya ia merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponsel. Melihat itu para mahasiswi tersebut berniat untuk pergi dari sana dan bergosip di tempat lain, tapi tentu saja Dominic menggagalkan hal itu.

"Hey! Siapa yang bilang kalau kalian boleh pergi, hah?!" Tanyanya sinis, walaupun sudah tidak dengan nada membentak lagi. Ia bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"A-ah, anu K-Kak...gak maksud—"

Lelaki itu meletakan jari telunjuknya di depan bibir sembari menatap mereka, "sst, diam. Kalo emang kata-kata lo gak bisa berkontribusi buat gua, diam aja."

Saat itu juga keempat mahasiswi itu terdiam dan baris berjejer bagai tengah dihukum guru. Beberapa orang yang berlalu-lalang di sana tersenyum geli melihat pemandangan itu. Namun begitu melihat lelaki di depan mereka, langsung saja mengalihkan pandangan mereka dan berjalan lebih cepat dari sana.

Di antara banyaknya pasang mata yang menonton kejadian itu, salah satunya adalah milik Seraphine, anak teknik Kimia tahun ketiga. Gadis itu melihat dengan tatapan penasarannya. Jelas saja ia penasaran, karena berita hoax tentang dirinya sudah terkubur dengan berita lainnya. Benar betul kata, Siena. Tapi, ada apa si sebenarnya dengan mahasiswa paling makmur seantero Universitas Indonesia Indah ini?

"Eh, Phine! Bukannya mereka adik kelas yang lo labrak kemaren-kemaren itu, gara-gara gosipin lo di depan lo sendiri?" Ujar Siena yang tiba-tiba sudah ada di sebelah kirinya.

Sera menoleh ke arahnya dan mengangguk, "iya. Sial bener dah mereka. Lagian gosipnya di tempat umum." Ia kemudian mendecakkan lidahnya dengan rasa iba. Pasalnya mereka tertangkap basah oleh Dominic yang reputasinya tidak bisa diragukan kembali.

"Tapi ya, Phine...gimana kalo gua bantuin si Dominic kaya gua bantuin lo?" Tanya temannya itu dengan pelan, seperti sedang berpikir.

"Ya kalo menurut gua sih, terserah lo—"

"Yeh! Saran lo emang membantu banget deh!" Potong Siena seketika dengan nada sarkasmenya.

"Tapi, Na...ini yang lo omongin Dominic loh, ini tuh sama aja kayak lo lagi masukin tangan lo di dalam mulut buaya. Kalo dia gak suka sama lo, sama sekali, gua gak bisa bantu apa-apa ya, Na." Saran Sera dengan serius.

Siena menghembuskan napasnya keras-keras, "lo gak salah tentang itu, tapi gua gak bakal tahu apa yang bakal terjadi kalo emang gua belom coba. Jadi gua bakal bantuin dia!" Seru gadis itu dengan rasa semangat yang tiba-tiba saja datang menghampiri, "lagian siapa tahu gua dibayar." Lanjutnya dengan senyum cengengesan di bibir.

"Itu mah maunya lo! Yaudah deh, gua dukung lo!" Sahut Sera sembari memutar matanya.

• • •

Di kelas, Sera bisa merasakan perbedaannya dengan beberapa hari lalu ketika gosip tentangnya masih hangat. Kini hanya ada dua atau tiga pasang mata yang masih menatapnya penasaran, tidak ia gubriskan. Sesekali ia menatap mereka dengan tatapan tajam, dan yang ditatap langsung menoleh ke arah lain. Kembali tenteramlah hidupnya.

"Se! Gila, udah lama gua gak lihat lo dah!" Seru Ezra dengan semangat. Ia yang baru masuk langsung saja meletakkan tas yang ia gendong di kursi kosong sebelah gadis itu.

"Lebay lo! Baru juga dua hari yang lalu lo liat gua." Sahut Sera dengan nada pedasnya yang ia bercandakan. Mengambil waktu sejenak dari semua kepenatannya ini, membuat Sera segar kembali. Ia sungguh-sungguh tidak menyesali daftar kehadirannya yang bolong satu itu.

"Nanti pulang mau jalan gak? Lo kemaren-kemaren gua ajakin pergi, pake acara mabok sore-sore lagi!" Omel lelaki itu yang kini telah mengambil duduk di sebelah Sera.

"Ya maaf, namanya juga lagi dalam tekanan. Kayak lo gak pernah gitu aja deh." Balas Sera dengan nada defensifnya.

Ezra hanya bisa cengar-cengir, pasalnya Sera-lah teman mabuk, dugem, dan hal-hal tak terpuji lainnya kecuali mencuri.

"Eh, tapi gua beneran nih...jalan dong, bosen gua! Masa, tiap hari kerjaannya cuma ngerjain tugas mulu?" Keluh Ezra sembari memasukkan kedua tangannya di kantong celana jeans hitamnya.

"Ya namanya juga mahasiswa. Kalo gak mau repot, ya jangan jadi mahasiswa dong!" Sahut Sera dengan gelengan kepala dan lipatan tangan di depan dadanya. Memang kuliah di sini itu berat, tapi kalau sudah menyelam bukannya lebih baik berenang sekalian?

"Ngomong-ngoming si Dominic itu kenapa sih?" Tanya Ezra dengan penasaran.

"Hush! Jangan keras-keras! Tadi dia abis labrak adik tingkat yang ngegosipin gua juga!" Sera langsung menjawab dengan tergesa.

"Lah, anjir! Serem banget tuh orang."

"Emang, jadi tuh ya dia sama pacarnya tuh..."**

• • •

**baca Honey Money

to be continued

GeminiWhere stories live. Discover now