💛 | dominic*

75 15 0
                                    

Pagi ini Dominic bangun dengan mood yang berantakan. Carol pacarnya sejak semalam hanya meresponi pembicaraan mereka dengan seadanya. Jelas Dominic mengerti perasaan gadis itu. Perasaan tidak nyaman karena privasi mereka telah diganggu oleh akun gosip tºlºl.

Ia merenggangkan tubuhnya sejenak sebelum bangkit dari tempat tidurnya. Tangan kirinya ia bawa untuk mengacak rambutnya dengan asal. Laki-laki itu kemudian masuk ke kamar mandinya dan melakukan ritual paginya seperti biasa.

Seusai mandi dan menata penampilannya, Dominic duduk di meja makannya yang berbentuk mini bar dan menunggu kopinya terseduh. Sembari begitu, ia menyalakan ponselnya dan itu malah menghancurkan paginya lebih parah lagi.

"Hoax sialan," sumpah serapahnya pada sang ponsel.

Dominic kemudian mematikan benda tersebut hanya untuk menyalakannya lagi di detik berikutnya. Ia ingin sekali menelepon pacarnya. Maka ia lakukanlah hal itu.

"Pagi, Sayang—" sapaan manis Dominic langsung dipotong oleh suara yang ada si seberang sana.

"Pagi, Daddy...um sebelumnya, sebelum kamu pikir yang aneh-aneh...aku—aku gak minta putus sama kamu, tapi aku mau break sebentar," ujar Carol agak terbata. Bagaimana tidak? Ia jelas takut akan reaksi Dominic. Dan perasaan gadis itu semakin kacau ketika tidak mendengar balasan apapun dari kekasihnya yang tengah ia telepon itu.

"Dom?" Panggil Carol, dan itu langsung membawa Dominic kembali ke alam sadarnya. Break? Putus? Bagaimana bisa ia menjalani hari-harinya tanpa Carol-nya itu? Perasaan nyeri menyusup ke hatinya begitu saja.

"Dom? Sekarang kamu panggil aku itu?" Tanya Dominic dengan perasaan sakit yang tak ia tutup-tutupi. Panggil dia lemah, tapi Carol-nya itu memanglah titik lemahnya.

"A—aku lagi di, di kampus. Di sini banyak orang, jadi aku—aku gak...gak bisa panggil kamu itu." Sahut gadis itu dengan gemetar. Tapi memang betul kalau Dominic perhatikan suara di latar belakang, samar-samar terdengar suara keramaian.

"Tapi aku—"

"Udah dulu ya Dom, dosennya udah dateng. Aku telepon nanti lagi ya." Dengan itu, sambungan mereka terputus dan Dominic rasanya ingin marah dan menangis sejadi-jadinya.

Gadisnya itu sungguh lembut dan bahkan tidak tega kalau disuruh membunuh semut, tapi kenapa sekarang rasanya ia ingin mengubur dirinya sendiri hidup-hidup? Dan penyebab itu semua adalah Carol-nya sendiri.

Enggak! Ini semua gara-gara gosip sialan itu! Gerutunya dalam hati. Rasa sedih dan sakitnya langsung tergantikan dengan perasaan marah yang membara.

Kelasnya memang mulai siang nanti, mungkin sekitar pukul sebelas, tapi dengan penuh tekad Dominic mengambil celana hitam dan kaos putih dengan logo "off-white" di belakangnya. Tas punggung hitamnya pun ia gendong di belakang, dan sepatu putih Balenciaga membungkus kakinya dengan sempurna.

Seusai itu, ia langsung bergegas menuju ke kampus dengan mobil kesayangannya. Ia bertekad akan mengurus gosip ini sampai ke akarnya.

• • •

Begitu sampai di gedung Universitas Indonesia Indah, Dominic melangkah masuk dengan aura menyeramkan dan itu membuat orang-orang yang tengah berlalu-lalang, membuka jalan baginya dan membiarkannya berjalan tanpa halangan. Tuhan tahu apa yang bakal laki-laki itu lakukan kalau ada yang berani mengganggunya.

Ia yang tidak tahu harus memulai dari mana, akhirnya memutuskan untuk mencari dari kantin di lantai tiga gedung itu. Namun sebelum ia sampai ke elevator, samar-samar ia mendengar pembicaraan beberapa gadis di koridor dekat elevator tersebut.

GeminiWhere stories live. Discover now