Enigma - 7

2.2K 339 259
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Singto berdiam diri di sebuah ruangan tampak kumuh dan berantakan. Sarang laba-laba, debu, bau pengap ada dimana-mana. Tidak banyak orang yang ke sana. Tentu saja, lagi pula untuk apa orang-orang pergi ke gudang yang lama tak terurus. Kecuali anak-anak nakal yang melakukan adegan tak senonoh seperti Frame dan Book saat itu.

Ya, Singto berada di gudang dekat kolam ikan tak terpakai belakang sekolah.

Ia duduk di depan easel dengan kanvas lukisnya yang telah ternoda oleh tinta warna. Tampak di kanvas tersebut dua wajah yang sama persis dengan wajahnya namun dengan ekspresi yang berbeda. Satu wajah tersenyum dengan pandangan kosong, satu wajah datar dengan tatapan tajam. Singto menatap dengan pandangan sulit diartikan. Tangannya terdiam memegang palet dan kuas. Tak berniat untuk sekedar meletakkan ataupun menambah aksen pada lukisannya.

[Easel; papan untuk menjepit kanvas, yang ada kakinya 3 sebagai penyangga]

Tak lama kemudian, tangannya tergerak. Menyapu kuasnya pada cat yang basah pada palet. Lalu dengan kasar, ia mencoret-coret abstrak hasil karyanya. Membuatnya tampak hancur hingga gambar wajah tersebut tertutupi coretannya.

"Aaaarrrggghhh!"

Prakk!

Singto melempar semua alat lukisnya termasuk kanvasnya. Ia terduduk dengan kepala yang menunduk dan mata terpejam. Kilatan masa lalu berputar kembali, membuatnya sesak.

.

Kala itu, ia berjalan tergesa dengan tangan yang memegang selembar kertas hasil ujian. Wajahnya sangat berbinar, nilai sempurna ia raih. Tak sabar untuk memberitahu saudaranya yang sekaligus teman satu kamarnya.

Ia berfikir pasti saudaranya bangga, karena selama ini ia jarang mendapatkan nilai sempurna. Tak seperti saudaranya yang selalu mendapat nilai sempurna. Membayangkan juga, setelah ia memberitahu saudaranya ia akan memberitahu orang yang selama ini menarik perhatiannya.

Ia ke asrama namun tak menemui saudaranya, berkeliling mencari keberadaannya. Hingga ia teringat kolam belakang yang tak terpakai dan sepi. Ia dan saudaranya sering menghabiskan waktu istirahat disana.

Dan benar saja, ia menemukannya namun langkahnya terhenti—bahkan belum mendekat—dan ekspresi wajahnya berubah sendu. Tentu saja, tepat di depan matanya, ia melihat orang yang diam-diam dicintanya tengah berciuman dengan saudaranya sendiri.

"Kongpob ... P'Arthit ...," ucapnya lirih dengan pandangan tak percaya. Siapapun tak akan mendengar suaranya kecuali telinganya sendiri.

Ia betulan tak menyangka jika Kongpob—saudara kembarnya, menyukai orang yang sama. Padahal selama ini Singto menceritakan semuanya pada Kongpob jika dirinya mencintai Arthit; kakak kelas yang tegas juga berprestasi. Kongpob selalu merespon dan menjadi pendengar terbaik selama dirinya curhat mengenai Arthit.

Enigma [SingKit X KongArt - Ongoing]Where stories live. Discover now