Enigma - 10

2.2K 293 301
                                    

***

Krist berjalan, membawa kakinya menuju anak tangga. Tangannya membawa sebuah frame kanvas di dekapnya. Kamar Godt ada di lantai empat sedang kamarnya ada di lantai tiga. Krist turun, menapaki anak tangga satu persatu dengan pandangan mata tampak menunduk dan kosong; melamun. Pikirannya, melayang pada apa yang baru saja terjadi.

Tentang Godt yang tiba-tiba menawarinya untuk dilukis. Krist suka dilukis, sudah lama ia tidak menjadi obyek lukisan seseorang. Suatu kesenangan tersendiri ketika Godt menawarinya. Tanpa pikir panjang ia mengiyakan saja.

Pelukis, pastilah melukis obyek apa yang dia suka. Krist baru menyadari ini. Seperti ayahnya yang suka melukis ibunya. Ya, ayahnya selain seorang pengusaha, juga pekerja seni. Ayah Krist sangat pandai melukis seperti Godt atau juga Singto.

"Terima kasih Godt, lukisannya bagus. Aku suka," ucap Krist dengan netra berbinar puas akan tiap coretan cat pada frame berkanvas membentuk refleksi dirinya. Gambar dengan pose Krist setengah berbaring di atas ranjang.

Godt menanggapi dengan senyum ramah. Tangannya sedang sibuk membereskan alat lukisnya.

"Sama-sama Krist. Aku juga suka," Godt yang telah selesai membereskan alat-alatnya kini menatap Krist dalam.

Suka?

Sontak saja hal ini membuat canggung, kikuk, dan Krist merasa kurang nyaman. Tatapan Godt seperti memiliki arti lain. Krist sangat peka terhadap tatapan seseorang. Dan Krist, dia tak pernah mendapatkan tatapan seperti itu, hanya saja ini aneh. Godt tampan dimatanya dan menarik sebenarnya. Tapi kali ini Godt membuatnya tak berkutik walau hanya sekedar menegur atau memalingkan muka.

Keheningan menyapa keduanya. Krist ingin saja beranjak keluar kembali ke kamarnya. Sudah membuka mulut hendak berpamitan. Ia rasa sudah cukup lama bersama Godt pagi ini.

"Aku melukis dengan obyek yang aku suka, karena itulah aku ingin melukismu."

Bibir ranum Krist kembali bungkam. Satu kalimat dari Godt membuatnya bergeming. Ia sekarang tahu, Godt menyukainya. Sedetik ia menahan nafas sebagai bentuk keterkejutannya. Lalu bernafas pelan mencoba menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan senyum. Seolah dirinya tidak mengerti apapun dan ucapan Godt ia anggap hanya sebuah pujian.

"Seseorang meninggalkan kamar dengan keadaan pintu terbuka dan kunci yang tergeletak di lantai koridor. Ceroboh!"

Krist terperanjat ketika sebuah suara menyapa indera pendengarannya dan netranya menatap sepasang kaki di hadapannya hendak menaiki tangga. Krist mengangkat wajah, bertemu langsung dengan kedua bola mata yang selalu tajam.

"Khun Sing, kau kembali. Ku pikir kau akan kembali besok malam."

Tak menjawab namun segera menarik tangan Krist dan meletakkan kunci dengan gantungan kura-kura itu pada telapaknya. Ekor matanya melirik pada sebuah frame kanvas yang dipegang Krist. Singto mendecih tak kentara. Ia tahu, Krist pasti baru saja menjadi objek Godt.

"Terima kasih, Khun Singto. Sudah menemukan kunciku, kau tau semalam aku—"

"Semakin banyak mendekat, semakin sedikit yang kau lihat...," potong Singto dengan datar.

Krist menautkan kedua alisnya ringan. Tak terlalu dalam namun ia bingung dengan pemotongan ucapan Singto. Mata mengerjap bersamaan dengan tangan yang bebas menggaruk kepala.

"Kau ... mengatakan apa?" tanya Krist perlahan, takut salah tanya.

Singto mengangkat kedua bahu, menghendikkannya dengan gerakan halus. Membalikkan badan tanpa menjawab pertanyaan Krist. Rasa kesal menyeruak di benak Krist. Apa teman sekamarnya ini memang sangat menyebalkan?

Enigma [SingKit X KongArt - Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang