Decide

2.8K 112 3
                                    

Follow dan vote ya 😅
Selamat menikmati 😎

Eh, VOTE dulu dong sebelum baca, biar gak lupa. Caranya, pencet logo bintang yang di bawah ya. Pleaseee....
Tiap chapter yaaa...
Nanti ceritanya di update terus deh...
Sangkiuuu...

+++


Rudi segera menggerakkan tangannya meraih bahu Dina dan memeluknya. Memberikan waktu dan ruang untuk Dina mengeluarkan rasa yang tidak bisa di ungkapkan.

Dina merasa mendapatkan situasi yang sangat mendukung baginya untuk mengeluarkan rasa sesak di dalam dadanya. Dia mulai mengeluarkan linangan air matanya.

Rudi mengusap2 punggungnya, menyalurkan rasa sayangnya, seolah berkata, 'menangislah, keluarkan semuanya. Tenang, jangan khawatir, ada aku disini'

Dina terus menangis hingga dia terisak mengeluarkan kekesalannya. Sesekali dia memukul2 dada Rudi kesal. Setelah mulai mereda, Rudi memberikan jarak agar dapat melihat wajah wanitanya itu. Di tangkupnya rahang kanan dan kiri Dina mantap lalu jempolnya digunakan menghapus airmata Dina.

"Maafin mas ya" didekatkannya bibirnya dan dikecupnya ujung kepala Dina, lembut dan dalam. "Sudahlah" lirihnya lalu kembali memeluk Dina. Meletakkan kepala Dina di dadanya, mencoba memberikan ketenangan.

Dina merasa lebih tenang setelah mengeluarkan semuanya melalui airmatanya. Dia meraih tangan kiri Rudi yang masih menempel di rahangnya, digenggamnya erat.

"Mas" lirihnya

"Hmmmm"

"Jam berapa sekarang?"

"7, kenapa?"

"Emm.... Aku laper" Pernyataan yang sontak membuat Rudi terkekeh geli.

"Hemm... Mau makan apa"

"Aku pengen donat yang kamu beli tadi", Rudi semakin terkekeh

"Hehehe...  Kamu ni. Ada2 aja"

"Di rumah masak apa mas?"

"Hmmm.... Gak tau ya, kan tadi pulang gak sempet makan"

"Aku kangen rumah mas"

"Ya dah yuk ke rumah mas. Biar bisa makan masakan mama" ajaknya manis sekali.

"He'em" Dina mengangkat dirinya dari dada laki2 yang sekarang manis ini.

"Aku hidupin musik ya mas"

"Iya", Rudi memutar arah mobilnya menuju rumahnya lagi.

Seeeepanjang perjalanan dia bernyanyiii mengikuti radio yang sedang memutarkan lagu. Kalau iklan tiba, dia akan mengoceh seenaknya. Membuat rudi semakin gemas dengannya.

"Lain kali, kalau marah sama mas, ngomong aja ya. Jangan pergi"

"Kalau bisa ya"

"Pukul boleh deh, asal jangan pakai yang aneh2"

"Apa, batu gitu?" Ledek Dina tersinggung.

"Pakai bibir mungkin" Jackpot.

'astaga ni orang mulai mesum'

"Emang kamu, tukang sosor"

"Habis yg ditungguin gak inisiatif"

"Emang aku wanita murahan"

"1000 ada kembalian gak?" Ledeknya dan berhasil mendapetkan pukulan di lengan bertubi2. "Aduh aduh, ampun ampun, ampun sayang ampun"

"Makanyaa....." Kesal Dina meski tetap dengan senyum malu nya.

SUDDENLY MOMMYWhere stories live. Discover now