Twin Angle

4.4K 131 5
                                    

Follow dan vote ya 😅
Selamat menikmati 😎

Eh, VOTE dulu dong sebelum baca, biar gak lupa. Caranya, pencet logo bintang yang di bawah ya. Pleaseee....
Tiap chapter yaaa...
Nanti ceritanya di update terus deh...
Sangkiuuu...

+++

Dina terpaku ditempat berdirinya. Dia tidak menyangka jika Jo akan semudah itu mengetahui rahasianya. Matanya terpejam menyesali kebodohannya.

'bodoh bodoh bodoh!' sesalnya dalam hati.

"Jadii... Bener... Sayang...." Jo excited mendekati Dina dan menunggu jawabannya. Karena Dina tidak memberikan penolakan maka Jo mengartikan iya lalu dengan cepat memeluk Dina dan berputar membuat Dina yang tadinya hanya diam akhirnya ketakutan dan melingkarkan tangannya mendekap suaminya agar tidak terlempar jatuh.

"Aaaaaaaaa....." Sorak Jo bahagia.

"Stop stop stop! Hentikan!" Pinta Dina mulai pusing. Jo berhenti lalu mencondongkan badannya dan berbicara pada calon bayi yang telah menyelamatkannya itu. "Thanks baby, you are my angel. You save my live, our family" dia mencium perut Dina lalu menegapkan tubuhnya memberikan kecupan di kening Dina dan keluar kamar.

"Anak2... Kalian bakal punya adek lagi!" Teriaknya mengarahkan suaranya ke lantai atas.

"Apa yah?" Tanya kakak gak percaya.

"Baby...!!!." Jawab Jo membuat kakak ikut sumringah. Dia sudah besar. Dia tau, kalau orang hamil tidak boleh bercerai. Dina ke kamar adik2nya dan memberi kabar baik itu. Akhirnya ramailah malam itu, padahal mereka sudah di kamar masing2.

Dina masih di kamarnya, ada gelenyar kebahagiaan saat mendapati cinta yang begitu indah dari orang2 terdekatnya malam itu. Pasalnya Jo tidak pernah sebahagia ini saat mendapati Dina hamil sebelum2nya. Baik hamil Boy, Baby, dan ayay.

'Apakah ini sebuah takdir? Ya Tuhan.... Sungguh membingungkan' ujar Dina lesu mengelus perutnya yang mulai membesar. Dia pun bingung, anak2nya dulu 3 bulan tidak sebesar ini.

Malam itu juga, setelah having fun dengan anak2 Jo kembali ke kamar dan mengambil ponselnya. "Aku akan pindah kesini" putusnya tanpa tanya2. Dina balik badan terkejut lagi.

"Halo, Sep tolong siapkan surat pengajuan pindah untuk saya ya. Gak papa. Ke Semarang. Udah buat aja. Nanti saya yang urus. Terima kasih" Jo berbalik dengan wajah bahagianya.

Dina kebigungan. 'semudah itu dia minta pindah. Lalu kenapa tidak sejak dulu, dasar kurang ajar!' kesal Dina.

Dina hanya diam seribu bahasa. Entah apa yang seharusnya dia ekspresikan, bahagiakan atau sedihkah.

Falshback off

"Makan apa aya?" Tanya Dina duduk disamping anak geulisnya.

"Pizza.... bunda besok kita gak sekolah ya?"

"Iya, besok ikut wisudaan nda ya"

"Nda mau?" Tawar baby, anak manisnya.

"Thank you baby...." Dina mengambil chiken swing dan mulai memakannya.

"Horeeeee" senang boy mendapatkan sepeda keinginannya.

"Sayang mau makan apa? Ayah belikan ya" Dina hanya diam.

"Nda.. , ayah tanya" jawab baby. Ah, anak ini manis sekali. Kakak dan Adek seliatan, terkekeh kecil melihat kepolosan adik kecilnya.

"Gak usah" jawab Dina akhirnya. Kalau di depan anak2 dia tidak berani bertindak frontal kepada Jo. Dan itu yang dijadikan senjata Jo, memanja Dina yang masih saja keras pada Jo. Bahkan, Dina tidak mau lagi menerima uang pemberian Jo sejak kejadian di hotel itu. Hal yang cukup membuat Jo naik darah. Tapi apalah guna emosi pada si kepala batu.

SUDDENLY MOMMYWhere stories live. Discover now