Rebuilding Dreams

26.3K 2.3K 31
                                    


July membanting tubuh di atas ranjang setelah melempar tas dan sketchbook miliknya ke lantai. Dia lalu menaruh kepala di atas punggung Becca sementara matanya mulai menatap langit-langit, rasanya sebal saat mengingat apa yang dilakukan Chansel padanya. Dia menarik napas berat, tetapi belum ingin berbicara. Memilih untuk tetap diam meski tubuh Becca mulai menggeliat. Dia memang sengaja datang ke rumah Becca daripada pulang ke flat mungilnya. Alasannya sederhana, dirinya tidak ingin sendirian untuk saat ini.

"July?"

"Ya." Gadis itu mendesah lagi. "Kode pintu rumahmu belum diganti."

"Ah, ya. Mungkin nanti."

"Ganti saja kalau kodenya sama terus bahaya juga!"

"Oke."

"Aku mau di sini dulu sebentar." July akhirnya menjelaskan tujuannya mendatangi rumah sahabatnya.

"Oke. Ngomong-ngomong gimana hasilnya?" Becca sekarang mengangkat kepala. Rambutnya masih berantakan. Dia mungkin belum bangun dari tidurnya sampai July datang beberapa menit lalu.

"Mengesalkan!" sahutnya enggan mengangkat kepala dan menggeser tubuh dari punggung temannya. Lekuk tubuh Becca memang sangat enak dijadikan sandaran meskipun tidak banyak lemak menempel di sana.

"Mengesalkan bagaimana? Dia jahat? Judes?"

"Bukan begitu, dia bilang gini 'bawahan gaunnya mirip payung."

"Hah? Masa?"

"Iya, beneran." Kali ini July mengangkat kepala saat Becca kembali bergerak. Mungkin temannya itu ingin bangun.

"Aneh!" tukas Becca sambil mengusap bekas air liur di sudut bibirnya dengan punggung tangan lalu mengusapkannya di permukaan kaos kumal yang membalut tubuhnya. July tidak lagi kaget, Becca memang sedikit teledor untuk urusan kebersihan di kala bangun tidur.

July lalu menceritakan semua yang dialaminya di kantor Chansel tadi pagi, berusaha untuk tidak melewatkan satu atau dua hal karena setiap bagian penting. Dia bercerita degan berapi-api, tidak lupa menyelipkan pendapat pribadinya dalam cerita. Becca hanya mengangguk sambil mengikat rambutnya yang berantakan.

"Chansel ini kelihatannya enggak jahat deh." Becca langsung menimpali setelah July selesai berbicara.

"Tidak jahat bagaimana, aneh begitu!"

"Tepat! Dia tidak jahat, tapi mungkin aneh seperti katamu," sahut Becca sambil menjentikkan jari.

"Sama saja!"

"Itu beda July sayang, jahat dan aneh itu dua hal yang berlainan."

"Kalau begitu gimana menurutmu, Be?" kata July sambil menatap Becca yang sudah beranjak berdiri dan berjalan ke dapur.

"Soal apa? Klien barumu?"

"Semuanya."

Becca tidak menjawab sampai bangun dari tempat tidur dan bergerak pergi. Gadis itu baru kembali tidak lama setelahnya dengan secangkir air di tangan bersama bau mint yang menguar. Becca lalu duduk di kursi depan meja rias dan menatap July.

"Kalau dari ceritamu, dia cukup sopan untuk menunjuk hal yang tidak dia sukai dari desainmu. Dia enggak bilang kalau desainmu buruk, hanya mungkin tidak cocok dengan seleranya," katanya setelah meneguk air di cangkirnya.

"Tapi, dia bilang kalau pita besar itu mirip kait pemutar di mainan tikus." Suara July kali ini mulai meninggi. "Itu keterlaluan!"

"Tapi, dia juga bilang kalau kamu harus percaya diri dengan desainmu. Intinya kamu hanya perlu menjelaskan kalau desainmu itu pantas untuk dibeli. Kurasa di poin ini dia benar. Selama ini kamu kurang percaya diri."

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang