A Leap of Faith

14.7K 1.3K 46
                                    

Selama dua minggu belakangan portal berita hingga platform sosial media dipenuhi berita soal Chansel dan perusahaannya. Rasanya menyenangkan sekaligus bangga saat melihat pacarnya yang keren memenuhi semua situs pemberitaan dengan isu positif dan pencapaiannya selama ini. Selain itu, isu panas juga diisi dengan proyek barunya Chansel dengan salah satu perusahaan properti terbesar di Weinsstein. Isu panas mengenai Chansel membuat rumor buruk yang tersebar itu langsung menghilang dengan cepat.

Kemungkinan rumor itu menghilang karena ada isu yang lebih panas yaitu kehidupan pribadi sang bos muda. Chansel Jadwin membeberkan ke media soal pacarnya. Media juga memoles kalau kehidupan asmara Chansel yang juga sama luar biasanya seperti karirnya yang cemerlang karena pria itu juga memacari desainer busana pengantin berbakat dan terkenal di kota. Bagian terakhir ini membuat July malu karena sebenarnya dia tidak pernah berada di level yang sama untuk disandingkan dengan Chansel.

Namun, July akhirnya mengalah karena saran dari Mr. Johnson, dirinya sepakat untuk membranding hubungannya dengan Chansel. Selain mengumumkan ke publik, mereka juga mengemas hubungan percintaannya sebagai satu paket yang manis dan impian semua orang. Efeknya luar biasa, exposure di sosial medianya meningkat, banyak orang yang mengenalinya. Beberapa dari mereka bahkan memberikan testimoni tentang busana pengantin yang pernah mereka pesan di JC.

Banyak pesanan masuk ke butiknya. Bukan hanya belasan, tetapi puluhan pesanan dan kebanyakan dari luar kota. Untuk pertama kalinya sejak kebakaran, July merasakan affirmasi dan atensi yang selama ini hilang darinya. Pesanan membludak juga membuatnya dan Becca kewalahan. Namun, July sendiri tidak bisa melepaskan kesempatan. Dengan banyaknya pesanan bisa membuatnya membangun butiknya kembali. Untuk itu dia sempat berpikir untuk menambah satu pekerja lagi untuk membantunya menjahit gaun. Namun, sampai hari ini, July belum memutuskan hal ini. Selain itu, rasanya terlalu buru-buru kalau harus mencari pegawai lain sekarang mengingat selama ini dia bekerja sendiri.

"Apa menurutmu JC tidak perlu menambah pegawai?" tanya Becca sambil menoleh. Gadis itu tengah membantu July untuk memotong pola.

"Menurutmu ini urgent banget, ya?"

"Well, kurasa. Pesanan kita semakin banyak dan kamu pasti tidak ingin kehilangan pelanggan potensial yang bisa membuatmu membangun butikmu kembali secepatnya, kan?"

"Iya sih. Tapi, apa tidak terlalu cepat. Ini baru seminggu, belum semua pesanan kuterima. Selain itu, isu antara aku dan Chansel bisa mereda juga dalam waktu dekat. Jadi, bisa jadi efek pesanan di atas normal ini tidak akan berlangsung lama atau malah akan menghilang segera."

"Iya sih. Tapi, setidaknya kamu bisa ambil pesanan yang sudah masuk, kan?"

July berpikir sejenak. Dia memang bisa mengambil separuh atau seluruh pesanan yang masuk. Semua pesanan itu bisa membuat butiknya bangkit lagi secepatnya. Namun, entah mengapa rasanya dia belum yakin. Dia belum punya cukup banyak kepercayaan diri untuk membuat semua pesanan itu.

"Menurutmu begitu?"

"Ya."

"Apa aku bisa melakukannya?"

"Bisa, July. Kamu harus percaya diri!" kata Becca mencoba meyakinkan July. "Lagi pula, ada aku di sini, kan?"

"Iya, sih."

"Nah, kamu bisa mulai dari menerima order dan memesan bahan."

"Tapi, secara pemesaan gaun pengantin secara online begini apa aman ya, Be?" July memiringkan kepala. "Ya, aku sering menerima pesanan secara online, tapi kan tidak dalam jumlah besar seperti ini."

Becca tersenyum. "Wajar kalau kamu ragu, tapi kurasa tidak akan ada orang yang ingin bermain-main dengan acara pernikahannya sendiri, bukan?"

"Iya sih."

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang