13. Mereka Bertiga

295 51 25
                                    

Mereka berdua;Jihoon dan Jinyoung meluangkan waktunya lagi untuk bercakap-cakap. Hari itu, tempat pertemuan yang mereka pilih adalah sebuah kedai roti yang terkenal akan aroma bakaran makanannya yang tercium hingga ke jalan raya. Manis, gurih, dan memabukkan.
Oh, Keunikan itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi Jihoon-si-yang-suka makan.

Setelah roti bakar besar rasa keju dan matcha tersaji di hadapan mereka, selanjutnya satu pelayan lain menghantarkan tiga cangkir coffee milk yang mereka pesan. Iya. Mereka memesan tiga minuman.

Bukan teman-teman,  itu bukan karena Jihoon atau Jinyoung sedang ingin sekali minum kopi. Itu karena... Lai Guanlin.

Guanlin yang ikut hadir di antara mereka berdua.

Jika kalian ingin marah karena andilnya Guanlin, silahkan marah pada Bae Jinyoung saja.



"Ayolah, Lin.. Karena kau adalah temanku,  kau juga harus bertemu dengan temanku yang lain..."

Kalimat itu yang membuat Guanlin luluh dan berakhir di cafe dengan Jinyoung dan Jihoon. Ah, Guanlin itu.. berhati baik ya.



***



Susunan roti bakar matcha yang apik  menjadi rumpang sebelah saat Jihoon mengambil satu potongnya. Disusul Jinyoung yang mengambil satu potong dari sisi lain.


"Jadi... Besok hyung ke rumahku, kan?"

Ucap Jinyoung yang asyik mengunyah makanan. Pipinya menggembung sebelah, membuat seakan-akan seperti bayi yang sedang ber-aegyo untuk dijawab 'tentu saja!' .

"Tentu saja!"

Jawab Jihoon antusias; seakan mengerti isi pikiran Jinyoung.

Hahahah. Memangnya jawaban apa yang akan Jihoon lontarkan? Sebuah penolakan? Oh tentu saja tidak. Jihoon tidak akan menolak permintaan Jinyoung. Ingat! Jihoon itu juga me-nomer satukan Jinyoung sejak umurnya tiga tahun.

"Tentu saja aku akan ke rumahmu! Wahhh.. Ini benar-benar tidak mungkin kulewatkan.." Jihoon tersenyum lebar di sela bicaranya. Pandangannya seperti sedang menerawang, membayangkan. "Tapi, Kak Suzy dan Kak Binnie benar-benar tidak di rumahkan?"

"Ah, hyung tenang saja.." Si-yang lebih muda merangkul pundak seseorang yang ia panggil 'hyung'. "..Kak Suzy dan Kak Binnie baru akan pulang beberapa hari lagi."

"Baiklah-baiklah... Tapi meskipun begitu, tetap jangan sampai ketahuan ya."

"Siap, Hyung!"

Jinyoung menjawab dengan semangat. Bahkan tangannya membuat gerakan sedang menghormat; siap melaksanakan tugas dari pimpinan. Tapi, eiy. Tentu saja tidak seformal itu. Mana ada seorang prajurit--sedang berhormat--yang tersenyum manis memamerkan gigi rapinya pada sang pimpinan.

Saat mereka berdua sedang asyik dengan dunianya, ekhm tidak juga. Sepertinya, Guanlin sedikit terlupakan.

Eh, bukan apa-apa. Sebenarnya itu salah Guanlin juga yang terlalu diam. Padahal Guanlin itu ya, sudah banyak mengetahui hal tentang mereka berdua--Jinyoung dan Jihoon. Tapi alih-alih mencoba masuk dalam rembugan antara Jinyoung dan Jihoon, Guanlin justru memilih untuk memperhatikan mereka berdua saja.

Jinyoung yang kali ini-sekarang-bersama Jihoon, terlihat berlipat-lipat lebih sumringah dibanding sebelumnya. Benar, sungguh, Guanlin tidak main-main. Itu adalah sisi Jinyoung yang lain, yang benar-benar tersenyum dengan tulus seperti tanpa beban.

Guanlin tahu, bahwa hari-hari pembullyan tiada henti bagi Jinyoung memang menyakitkan. Tapi saat Jinyoung pergi bermain bersamanya, Jinyoung akan sesekali tersenyum dan bercanda. Tapi-tapi-tapi... sekali lagi.

Jinyoung yang sekarang bersama Jihoon, jauh berkali-kali lipat lebih terlihat bahagia ketimbang saat bercakap dengannya.


Guanlin tidak pernah tahu bahwa Jinyoung bisa membuat sesuatu yang mirip bulan sabit dengan kedua matanya saat sedang tersenyum. Ah, Jinyoung benar-benar bahagia..


'Tuhan mengirimkan Jihoon sebagai salah satu sarana penghantar kedamaian bagi Jinyoung.'

'Tapi... tidakkah semua ini terlalu berlebihan?'

-Guanlin dengan pikiran cepatnya.



***



Sekarang, biarkan cerita aneh ini terfokus pada isi, otak, dan pikiran Guanlin. Selama kurang lebih dua jam bersama Jihoon dan Jinyoung--Guanlin sadar pasti--bahwa dua orang itu, adalah sumber kebahagiaan dari masing-masing individunya.

Guanlin dengan mata dan rungu yang normal tahu bahwa Jihoon adalah pribadi secerah, sehangat, dan seberharga matahari. Jihoon itu.. entah mengapa bisa membuat Jinyoung semakin dan semakin tersenyum lagi, bahkan tertawa.


"Hyung.. ini apa?"
Jinyoung memegangi rambut bagian atasnya yang terkucir sedikit ke atas.

Jihoon yang berada di sebelahnya ikut memegangi kuciran lucu yang ada di kepala si teman.
"Itu namanya apple hair... Lucu?"

Si yang lebih muda mengangguk senang. "Ah.. kurasa hyung juga harus membuatnya."

Kemudian dua orang itu mulai sibuk membuat apple hair untuk Jihoon. Mengambil sejumput rambut di kepala bagian ubun-ubun Jihoon dan mengikatnya dengan senang hati.

Lucu. Mereka berdua terlihat lucu sekaligus menggemaskan.

Dan Guanlin setuju akan hal itu.


Terutama saat dirinya diminta untuk mengambil gambar Jihoon dan Jinyoung yang sedang memamerkan apple hair nya. HAHAHAHA. Tolong jangan menertawakan Guanlin yaa..

Sekarang, Guanlin bisa tahu bahwa Jinyoung mempunya sifat childish juga. Dan itu semua... karena Jihoon.




'Jika Jihoon memang memberikan energi se-positif itu pada Jinyoung... Lalu mengapa kedua kakak Jinyoung melarangnya bertemu Jihoon?'

Lagi-lagi Guanlin yang cerdas menemukan keganjilan di antara keduanya.




'Mengapa? Apa ada yang salah di sini?'

Itu juga isi pikiran Guanlin dan beberapa dari kalian...



Itu juga isi pikiran Guanlin dan beberapa dari kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai jumpa di chapt depan ya... 💖💕

GOING CRAZY •bjy pjh•✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang