30. Sangat Disayangkan

289 27 7
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Suasana di dalam dan luar kediaman rumah Bae lumayan ricuh. Mobil polisi sudah terparkir di dalam pagar. Tak berselang lama, sirine ambulan terdengar memekakkan rungu, mengundang banyak tetangga untuk berbondong datang.

Keadaan makin bising diisi derap kaki kesana-kemari petugas rumah sakit yang tergesa. Para tetangga mulai bersuara saling menanya masalah apa yang sebenarnya terjadi, namun semua masih semu. Belum ada kejelasan yang tepat sebelum polisi keluar dari rumah Bae dengan menyeret seorang pemuda yang tangannya sudah diborgol.


"Astaga! Siapa bocah itu? Apa yang dia lakukan sampai kacau begini?"

Para tetangga yang tidak Jihoon kenal terlihat terkejut. Jihoon hanya bisa menunduk, merasakan degub jantung yang seolah tersedak di tenggorokannya.


Sedang di belakangnya ada beberapa polisi lain dan Guanlin yang tengah berbincang(dengan urat). Sedikit memberontak sebenarnya.

"Apakah saya harus ikut ke kantor polisi juga? Saya tidak bersalah! Saya yang menghubungi polisi dan ambulan!" Suara Guanlin meninggi. Ia tidak emosi, namun bocah itu benar-benar tidak ingin pergi. Karena pikirnya, ia harus menemani Jinyoung di ambulan dan rumah sakit.

"Anda juga harus memberi keterangan, nak Guanlin. Saudara Bae Jinyoung telah meninggal di tempat dan kami sudah menguhubungi keluarganya agar segera datang."

"Aish!" Guanlin menendang batu asal. Ekor matanya mengikuti petugas rumah sakit yang sedang mendorong brankar di mana Jinyoung tergeletak di atasnya.

Mati. Alam Jinyoung dan Guanlin sudah berbeda.


 Alam Jinyoung dan Guanlin sudah berbeda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Jadi saudara Jinyoung menembak dirinya sendiri?" Polisi berkumis tebal dan berdahi luas menanyai Jihoon. Matanya menatap lurus ke arah Jihoon, benar-benar mengintimidasi.

Glup

Suasana tambah mencekam bagi bocah sembilan belas tahun seperti Jihoon. Keringat mengalir deras di balik kaos hijau lumut yang ia kenakan. Bagai air mancur saja rasanya.

GOING CRAZY •bjy pjh•✔Where stories live. Discover now