7. Bertemu Kembali

215 42 25
                                    

Jiyeon berlari menuju tempat yang dia yakini akan bertemu dengan Jungkook dengan terburu-buru Jiyeon menghentikan taksi yang melintas. Gadis itu terlihat gelisah akan banyak hal. Perasaan yang terasa menyesakkan itu seperti saling berkecamuk dan membuat perang batin yang saat ini tengah berlangsung dalam pikirannya semakin besar.

Jiyeon tidak bisa berkonsentrasi akan apapun, pikirannya terpecah akan banyak hal dan pertanyaan yang membuat kepalanya seperti terbelah. Dia membuka pintu taksi yang akhirnya berhasil dia hentikan, gadis itu mendudukan dirinya di kursi penumpang.

"Selamat sore mbak, mau kemana?"

"Jl. Cendrawasih."

Sapaan ramah sang supir taksi Jiyeonnya abaikan begitu saja. Gadis berpakaian basah itu mengabaikan tatapan heran dari supir taksi yang kini mulai melajukan mobilnya. Tangannya gemetar saat keinginan untuk bertemu dengan sosok yang dia rindukan itu semakin besar.

Jiyeon melirik jalanan untuk meredam perasaan gelisahnya, namun semakin jauh taksi membawanya. Semakin bertambah rasa gelisah yang menghinggapi hati dan perasaan Jiyeon.

Jiyeon sangat takut saat dia semakin dekat dengan tempat itu, Jungkook. Yah lelaki yang sangat dia rindukan tidak dia temukan.

***

Semua orang menatap heran pada sosok pria yang berlari dengan terburu-buru memasuki gedung fakultas, pria itu seperti tidak memperhatikan jalanan beberapa kali dia menabrak orang-orang yang berjalan didepannya.

"Maaf."

Hanya kata singkat itu yang terucap saat untuk kesekian kalinya Mingyu menubruk seseorang tanpa sengaja. Jantungnya berdegup cepat saat langkahnya semakin mendekati ruang latihan menari.

BRAK!!!

"Kyulkyung!!"

Teriakan dan gebrakan pintu yang terbuka kasar membuat beberapa orang yang didalam ruang itu melirik pada sosok Mingyu. Mereka semua menatap heran pada pria tinggi bertubuh kurus itu terlihat terburu-buru, bajunya basah dengan cucuran keringat yang berjatuhan dari pelipisnya.

"Apa?"

DEG!!

Jantung Mingyu seakan berhenti berdetak saat obsidian itu menemukan sosok yang teramat sangat dia rindukan. Tubuh tingginya mendadak membeku saat langkah dari kaki jenjang seorang gadis berjalan menghampirinya, bibir yang tadi berucap memanggil satu nama itu kini hanya tertutup rapat. Mingyu diam, dia memantung dan tak bersuara.

Tap!

Tap!

Tubuh kaku itu dia paksakan bergerak, langkah kecil nan pelan itu terasa lambat untuk merengkuh tubuh seorang gadis yang memandanginya heran. Mingyu berjalan dengan susah payah menghampiri kyulkyung.

"Kenapa?"

Kyulkyung memiringkan kepalanya menatap sosok pria didepannya.
Gadis berambut hitam sepunggung itu menautkan alisnya saat melihat tetesan airmata jatuh membasahi wajah tampan kekasihnya, jemari lentiknya terangkat untuk menghapus lelehan airmata di wajah Mingyu. Dia melirik pada sekitarnya yang terlihat seperti sama herannya dengan dirinya.

"Kamu kenapa?" Tanya Kyulkyung namun Mingyu masih terdiam, pria itu hanya berdiri memandangi Kyulkyung dengan tatapan yang entah kenapa membuat hatinya berdesir nyeri. Kyulkyung kembali melirik sekitarnya yang mulai beranjak pergi, dia menatap satu persatu wajah teman-temannya yang sepertinya mengerti akan situasi Kyulkyung saat ini. Yah mereka membiarkan sepasang kekasih itu menyelesaikan permasalahan mereka.

"Syukurlah."

Hanya satu kata

Hanya kata itu yang dapat terucap dari bibirnya. Hanya kata itu yang mampu Mingyu ucapkan. Mingyu bersyukur jika ini bukanlah angan. Mingyu benar-benar sangat bersyukur karena ini benar-benar terjadi.

BLINDWhere stories live. Discover now