24. Hari ke-Tujuh

223 34 41
                                    

Helai benang keenam jatuh begitu saja. Enam hari terlewati dengan begitu berat, kejadian demi kejadian yang tidak sedikitpun terlintas dalam pikiran mereka malah terjadi.
Getir dan nyeri itu malah terasa semakin parah saat mereka mengetahui fakta menyakitkan apa yang terjadi.

"Jiyeon."

Jiyeon melirik ayah dan ibunya, keduanya menatap khawatir padanya.

"Aku mau ikut ayah," bisik Jiyeon terdengar begitu lirih. Dia memalingkan wajahnya menghapus airmata yang selalu terjatuh jika berhubungan mengenai Jungkook. Ini perih bahkan begitu berat untuk Jiyeon ambil namun, jika terus seperti ini sampai kapanpun dia akan terus terjebak dalam cinta terlarang yang begitu dalam ini. Dia tidak akan pernah bisa dan tidak sanggup jika meninggalkan Jungkook nanti, dia harus kejam. Jiyeon harus bisa menyakiti dirinya demi membebaskan dia dari rasa cinta yang kini terasa begitu getir.

"Jiyeon ibu.."

"Aku tahu bu, tapi bukannya lebih baik ibu meminta pengampunan kak Jungkook?" tanya Jiyeon begitu menohok. Taehee tidak lagi berucap, dia mengatupkan bibirnya rapat. Bukan Taehee tidak meminta pengampunan hanya saja Jungkook sama sekali tidak mau melihat wajahnya. Putranya itu begitu murka dan bahkan hingga kini Jungkook tidak mau menganggapnya sebagai ibu.

***

Getaran di ponselnya dia abaikan begitu saja. Mingyu sudah tahu siapa yang sejak tadi terus meneleponnya. Dia tahu siapa sosok itu namun Mingyu begitu enggan untuk melihat wajah dan mendengar suaranya.

"Kenapa enggak di angkat?"

Deg!

Mingyu terperajat saat mendengar suara tiba-tiba itu, dia melirik pada satu sosok yang entah bagaimana dia bisa ada di dalam kamarnya dan duduk di dekat meja belajarnya.

"Kaget yah?"

"Kaget your head!" ketus Mingyu menepuk dadanya pelan, astaga hampir saja dia melayang karena jantungnya seperti pindah ke tenggorokan.

"Bukan salah Jiyeon atau Jungkook lagi.." Suho mendekati Mingyu, dia mendudukan dirinya di sisi ranjang lain lalu meraih ponsel Mingyu.

"Tau, cuma ... " Mingyu menggantungkan kalimatnya, dia melirik Suho yang kini malah menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan Jiyeon

"Suho!" seru Mingyu yang hanya di balas gerak jari telunjuk Suho yang menempel di bibirnya.

[Dasar manusia ketan hitam!]

"Siapa Mingyu?" ucap Suho sesaat setelah suara tinggi itu menyambutnya. Dia melirik Mingyu yang sepertinya mendengar suara Jiyeon, dia memperlihatkan raut wajah kesal namun sekilas tersenyum kecil karena merasa lucu dengan panggilan Jiyeon padanya. Ketan hitam? Kurang ajar..

[Koq kamu yang ngangkat? Kalian dimana? Aku di danau.]

"Rumah Mingyu, bentar lagi Mingyu kesana. Dia udah maafin Jungkook koq Ji," ceplos Suho sekenanya. Mingyu cuma bisa menggelengkan kepalanya, dia merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan dengar tadi. Mentang-mentang Suho bukan manusia dia seenaknya saja.

[Oke, awas kalo bohong.]

"Cerewet!" seru Mingyu merebut ponsel itu dari Suho, mengambil alih untuk menjawab panggilan Jiyeon sebelum Suho berbicara seenak jidatnya.

[Haha, biasa aja dong.]

Tuuut!!

Mingyu menutup panggilan itu sepihak, dia meraih kunci motor dan jaketnya lalu melirik Suho.

"Bareng?"

Suho menggeleng pelan, dia berjalan menuju balkon kamar Mingyu lalu melompat dari sana

BLINDWhere stories live. Discover now