5. Di Pertemukan Takdir

224 42 45
                                    

Suasana damai terlihat disuatu ruangan yang di dominasi warna putih. Langkah-langkah kecil terlihat bergerak seperti ragu akan melangkah. Dua orang dari sisi yang berbeda berjalan menelusuri koridor putih nan sunyi.

Langkah pelan ragu dan bingung itu berjalan menelusuri koridor panjang tak berujung, ruang demi ruang nan kosong dan senyap itu mereka lewati dengan kebingungan yang luarbiasa.

Debar jantung tidak seirama dengan langkah demi langkah pelan mereka, jantung mereka berdegup semakin cepat tidak karuan.

Lebih cepat.

Semakin cepat.

Mereka berhenti ditengah sisi tanpa keduanya sadari mereka berdiri saling berhadapan namun, sebuah tembok putih dingin nan tebal itu membatasi mereka. Mereka melirik pada semua sisinya yang kosong, tidak ada satupun tanda kehidupan didalam tempat aneh dan membingungkan itu.

Tangan putih dengan jemari lentik itu terangkat menyentuh tembok dingin didepannya. Di sisi yang lain pun tangan kurus nan kekar itu melakukan hal yang serupa. Dia menempelkan telapak tangan besarnya pada tembok putih nan dingin itu.

Getaran aneh entah kenapa mereka rasakan tanpa sebab, rasa ketakutan itu entah bagaimana berangsur menghilang. Perasaan tenang nan menentramkan datang perlahan membuat risau dan kebingungan diantara mereka mulai meredam. Manik keduanya terpejam saat sensasi menenangkan itu semakin besar mereka rasakan.

Tubuh keduanya saling bersandar, punggung mungil dan punggung besar itu saling menyandar pada sebuah tembok yang menjadi batas mereka.

"Siapa?" bisik mereka merasa bahwa pada satu sisi dibalik tembok pembatas itu ada sosok lain.

Langkah kaki mereka kembali bergerak, keduanya terus melangkah hingga berakhir pada sebuah pintu diujung koridor. Raut tidak mengerti terlihat jelas diantara keduanya, langkah pelan nan ragu itu berubah menjadi lebih cepat dan lebih cepat lagi.

Mereka berlari.

Keduanya berlari hingga mereka sampai didepan pintu di ujung koridor. Pintu itu berwarna merah dan terlihat begitu mencolok karena hanya pintu itu yang berwarna di dalam ruangan aneh itu. bentuknya begitu sederhana dan terbuat dari kayu yang cukup kokoh.

Tangan mereka terangkat untuk menyentuh kenop pintu aneh itu, memutarnya perlahan dan

KREIT!!

Suara dari kunci terbuka terdengar dan membuat manik keduanya sedikit membulat. Gerak tangan mereka terhenti saat merasa kebimbang dan keraguan itu menyusupi hati mereka. Sejenak keduanya terdiam, memikirkan hal apa yang menunggunya dibalik pintu merah ini.

Hal apa yang tersembunyi disana?

Apakah itu adalah pintu yang membawa mereka menuju tempat penyiksaan yang kekal atau itu adalah tempat dimana mereka bertemu dengan orang yang mereka rindukan? Tapi, lebih dari itu pertanyaan yang menganggu mereka saat ini hanya satu.

'Apakah aku sudah mati?'

Namun sekali lagi, mereka berusaha menyakinkan diri mereka. Keduanya menepis seluruh pertanyaan yang seperti tidak ada gunanya mereka pertanyakan. Entah mereka masih hidup atau sudah tak bernapas, atau tempat apa ini yang mereka pijaki. Dan apakah dibalik pintu itu neraka ataupun sosok yang keduanya rindukan.
Mereka tidak peduli itu semua.

Tangan mereka kembali memutar kenop pintu yang tadi terhenti. Perlahan pintu merah itu berderik pelan.

'Cahaya?'

Kedua manik itu menyipit saat cahaya yang teramat terang keluar dari celah pintu yang terbuka sedikit. Keduanya membuka pintu merah itu semakin lebar, hingga dengan jelas cahaya terang itu menyilaukan mata mereka. Tangan kanan keduanya terangkat untuk menghalang cahaya terang begitu menyilaukan. Pandangan mereka terganggu namun, perlahan manik mereka terbuka.

BLINDWhere stories live. Discover now