17. Hari Keempat

130 31 24
                                    

Benang merah ketiga telah terputus dari pergelangan tangan mereka, tiga hari sudah mereka lewati. Tidak ada yang mereka dapatkan selain ketidaktahuan. Jiyeon masih belum mengetahui kenapa kekasihnya hingga saat ini bersikap seperti mengabaikannya. Sedangkan Mingyu dia juga tidak menemukan jawaban kenapa Kyulkyung menghindarinya setelah pembukaan galeri seninya, dia benar-benar tidak dapat mengerti. Rasanya terlalu sulit untuk dia pecahkan, masalah yang terjadi seperti benang kusut yang tidak mau terurai.

***

Jungkook berjalan menuju ruang kelasnya dengan perasaan yang tidak menentukan. Dia menatap pada beberapa teman kampus yang menyapanya, setiap sapaan yang menyapanya hanya dibalas dengan senyum sekedarnya. Pria yang terkenal ramah dan sopan itu hari ini entah kenapa terlihat begitu ketus, raut wajahnya terlihat dingin dan sangat tidak bersahabat.

‘Maafin kakak Ji, setelah masalah ini selesai kita bisa seperti dulu lagi.’

Jungkook melirik pada layar ponselnya yang sejak kemarin terus menampilkan panggilan dari Jiyeon. Dia mengabaikan panggilan itu dan lebih memilih untuk memikirkan masalah berat yang begitu membebani hati dan kehidupannya.

Jungkook tidak mengerti kenapa begitu sulit untuk menemukan orangtuanya, dia teramat begitu tidak paham hal apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tidak ada catatan mengenai siapa orangtua Jungkook di panti asuhannya, sebenarnya siapa mereka? Kenapa kepala panti begitu melindunginya? Apa yang telah terjadi? Alasan.

Jungkook hanya perlu alasan itu, dia hanya membutuhkan satu alasan untuk membenci atau memaafkan mereka yang telah membuangnya.

***


Kyulkyung berjalan menuju kamar lantai atas rumah bibinya, dia berlari kecil untuk melihat sosok wanita yang begitu dia rindukan.

“Mama!” seru Kyulkyung membuka pintu kamar tamu lantai atas dengan terburu-buru, dia mengedarkan pandangannya menatap ibunya yang terperajat kaget melihat kehadiran Kyulkyung yang tiba-tiba saja datang.

“K-kyung?”

Hyekyo membulatkan matanya begitu sempurna dengan gugup dia menyembunyikan selembar potret yang sejak tadi dia pandangi itu kedalam laci. Dia melirik was-was pada gadis cantik yang tidak lain adalah putri kandungnya.

“Tadi mama lihat apa?” tanya Kyulkyung seraya memeluk ibunya, dia mengecupi kedua pipi wanita cantik itu sekilas.

Kyung memandangi heran pada ibunya yang tadi seperti begitu fokus memandangi selembar foto yang entah apa itu Kyulkyung tidak sempat melihatnya jelas.

“Ah apa? Mama enggak lihat apa-apa,” ucap Hyekyo berusaha mengendalikan kegugupannya. Dia menyunggingkan senyuman yang terkesan terpaksa untuk menutupi kecurigaan Kyulkyung.

“Ah iya mungkin aku salah lihat,” ucap Kyulkyung sebenarnya dia masih tidak percaya dengan apa yang ibunya katakan namun, dia juga tidak mungkin memaksa ibunya untuk mengatakan hal yang tidak ingin dikatakannya.

“Ah kamu tidak kuliah nak?”

Hyekyo memandangi wajah putri cantiknya, dia mengelus wajah cantik Kyulkyung. Tangannya terangkat untuk menyentuh helaian rambut panjang putri cantiknya dia meraih sisir di meja riasnya lalu menyuruh Kyulkyung untuk duduk.

“Mama aku kangen banget tahu disisirin seperti ini.”

“Mama juga nak, maafin mama yah karena mama baru sekarang ini menemani kamu disini.”

Hyekyo menghentikan gerak tangannya dia tersenyum hangat pada putri cantiknya namun, detik berikutnya dia menundukkan kepalanya sendu. Ada perasaan nyeri yang menggelitik hatinya.

BLINDWhere stories live. Discover now