15. Alasan

123 26 35
                                    

Jungkook berjalan keluar dari kamarnya. Langkahnya begitu lemah menuruni setiap anak tangga menuju lantai satu rumah besar itu.

Dia menatap kosong pada sekitar rumah yang selama 20 tahun telah melindunginya, pandangannya menelik setiap sudut rumah yang teramat berharga.
Dia terus melangkah menuju meja makan dimana kedua orangtuanya menunggu, Jungkook mendudukkan dirinya disamping sang ibunya yang masih terisak didekat ayahnya.

"Kenapa mama masih nangis?" tanya Jungkook menatap pilu wanita yang terlihat begitu kacau itu, matanya sembab dengan kedua pipi yang terlihat masak kemerahan karena terlalu banyak menangis.

"Jangan tinggalin mama nak, kamu itu anak mama."

Soyeon memegang kedua tangan putranya begitu erat, dia menatap dengan derai airmata Jungkook yang menutup rapat bibirnya.

"Jangan tinggalkan kami nak, kamu anak papa. Tangan papa ini yang membesarkan kamu, jangan tinggalkan kami,"

Ayah Jungkook tidak lebih baik dari ibunya, dia juga menggenggam tangan Jungkook menyatukan tangan ketiganya lalu menggenggamnya begitu erat,

"Kamu anak mama, mama melahirkan kamu dengan cinta Jungkook. Kasih sayang mama dan papa adalah derasnya darah yang mengalir ditubuh kamu. Mama mungkin bukan ibu yang melahirkan kamu, tapi kamu terlahir dari cinta kasih kami. Kamu itu permata kami Jungkook, jangan tinggalkan mama dan papa."

Isakan Soyeon semakin histeris saat Jungkook tidak kunjung mengatakan sepatah katapun. Dia hanya tertunduk dengan bahu bergetar menahan airmata yang kembali berjatuhan.

Manik tajamnya menatap dua tangan yang mengenggamnya erat, dia menegakkan kepalanya menatap wajah kedua orangtua yang membesarkannya. Hatinya kembali terkoyak karena tetesan yang berjatuhan dari wajah mereka yang teramat berharga untuk Jungkook.

Mungkin mereka bukan orangtua dengan darah yang sama mengalir di tubuh Jungkook, mungkin mereka bukan keluarga yang terikat karena ikatan darah namun cinta yang keduanya curahkan pada Jungkook. Kasih sayang yang tidak pernah kurang dan selalu tercukupi membuatnya Jungkook terikat dalam ikatan yang jauh lebih kuat dari sekedar ikatan darah.

Itu sudah cukup untuk Jungkook tetap bertahan, dia tidak perlu alasan lain untuk meninggalkan mereka yang telah merawat dan membesarkannya selayak anak kandung mereka sendiri.

Jungkook kembali menatap wajah tua ayahnya yang juga terisak, dia mengenggam tangan tua yang masih terlihat kekar itu erat. Tangan ini! Tangan yang begitu kokoh itu telah membesarkan dan melindunginya. Tangan itu yang membuatnya tumbuh hingga saat ini, dia tumbuh karena tangan kuat nan hangat itu.

"Alasan apa untuk aku meninggalkan orantuaku yang begitu berharga? Kenapa aku harus meninggalkan mama dan papa? Aku ... Aku begitu menyayangi papa dan mama melebihi hidupku alasan apa aku meninggalkan mama dan papa?" Tangan Jungkook terangkat untuk menyentuh wajah ibunya, dia menghapus lelehan airmata yang membasahi wajah cantik ibunya memaksakan bibirnya untuk melukiskan senyuman menenangkan untuk keduanya.
Tidak! Tidak mungkin dia akan meninggalkan mereka, Jungkook tidak akan pernah mampu untuk meninggalkan ayah dan ibu yang telah merawat dan membesarkannya.

"Anakku! Putraku sayang Jungkook!"

Tangisan itu kembali terdengar dari Soyeon. Wanita itu memeluk erat tubuh besar putranya, dia menciumi wajah tampan putra semata wayangnya itu dengan erat. Rasanya dia begitu takut jika Jungkook akan pergi, dia tidak akan pernah mampu untuk hidup tanpa anaknya. Jungkook adalah segalanya untuknya.

"Jangan tinggalkan kami nak." Nickhun ikut memeluk keduanya. Dia mendekap tubuh istri dan putranya yang terisak, memeluk tubuh kedua orang yang teramat berarti untuknya itu dalam kukungan tubuh besarnya.

BLINDWhere stories live. Discover now