NINE

251 31 0
                                    

Di dalam istilah hukum bisnis ada satu istilah yang disebut dengan Undue Influence.

Biasanya istilah ini digunakan untuk menyebut sebuah pengaruh tidak sesuai yang dilakukan oleh suatu pihak dominan kepada pihak lainnya tanpa adanya maksud untuk mengancam atau membahayakan.

Istilah satu ini sering kali terdengar dan sering kali juga ditangani oleh Legal Consultant. Seorang legal consultant harus bisa mengatasi berbagai macam masalah hukum perusahaan yang akan mengakibatkan klien menderita kerugian terutama secara hukum perundang-undangan yang berlaku. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut terjadi.

Meskipun dikatakan tidak membahayakan, tetap saja pengaruh tersebut tidak sesuai.

Bisa dikatakan kejadian tadi situasinya hampir mirip seperti yang bisa dikatakan dalam istilah tersebut. Dan sebagai legal consultant, Georgie harusnya tahu apa yang dilakukannya. Tapi kali ini ia berada pada tahap dimana ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Satu-satunya yang dilakukannya hanya mengatakan apa yang tadi dikatakannya pada pria itu. Tapi ia bertanya-tanya. Apa itu semua cukup? Apa ia tidak bisa melakukan lebih? Kenapa ia hanya bisa melakukan hal itu?

Jika dipikirkan ternyata jawabannya sangat mudah. Ia tidak bisa melawan pria berkuasa seperti dirinya. Dan mungkin, situasinya justru bisa berbeda dengan definisi Undue Influence tadi. Mungkin saja kali ini, pengaruh itu bisa membahayakan dirinya. Georgie menjadi takut jika ia mengambil tindakan yang salah, ia akan berakhir menghancurkan dirinya kembali.

"Miss? Apakah anda tidak apa-apa? Tubuh anda basah."

Pertanyaan dari Hannah menyambutnya ketika ia baru saja memasuki kantornya. Georgie hanya tersenyum kemudian duduk di kursinya dengan tubuhnya yang basah kuyup akibat terkena hujan. "Hannah, bisakah kamu membuatkan aku teh? Kurasa aku membutuhkannya sekarang."

Hannah mengangguk. "Baiklah, Miss. Teh Chamomile seperti biasa?" Tanya Hannah. Georgie mengangguk. "Baik. Apa ada lagi yang bisa saya bantu, Miss Eden?"

"Tidak, itu saja. Terima kasih, Hannah."

Setelah Hannah meninggalkan ruangannya, Georgie membuka tas berisi laptop dan dokumen-dokumen yang dibawanya. Untungnya, tas ini anti air jadi isinya tak terkena basah. Entah apa yang terjadi jika semua dokumennya rusak. Georgie berusaha untuk fokus membaca rincian dokumen-dokumen itu satu per satu.

Tapi kepalanya dipenuhi oleh kejadian tadi.

Georgie mendesah kesal. Bisa-bisanya pria itu melakukan hal ini padanya. Rasanya Georgie tidak memiliki lagi rasa hormat yang tersisa untuk pangeran semacam dirinya. Ia dibesarkan di keluarga bangsawan yang memiliki relasi sangat dekat dengan keluarga kerajaan. Dan ia sangat menghormati anggota keluarga kerajaan manapun itu.

Namun Georgie juga dididik dengan prinsip menjunjung tinggi harga dirinya. Dan pria itu barusan menghancurkan harga diri yang tersisa dalam dirinya. Sebagai Catherine Georgina Eden yang memiliki prinsip seperti itu, tentu saja ia tidak bisa menerimanya. Meskipun Louis adalah seorang putra mahkota sekalipun.

Gerakan Hannah yang menaruh teh di atas meja kerjanya berhasil mengalihkan Georgie dari lamunannya. Ia tersenyum pada Hannah. "Terima kasih, Hannah."

Hannah mengangguk kemudian pamit untuk menuju mejanya kembali. Georgie mengiyakan. Tapi sebelum Hannah sampai di depan pintu, wanita itu kembali berkata pada Georgie. "Oh, iya, Miss. Ada seseorang yang tadi menghubungi, dia menanyakan alamat kantor kita. Dia menghubungi untuk membuat janji dengan anda, Miss." Kata Hannah padanya.

Kening Georgie berkerut. "Apa? Siapa memangnya?" Georgie berpikir bahwa mungkin saja orang itu adalah Albert. Mungkin pria itu datang kembali ke New York. Tapi jika begitu, kenapa Albert tidak menghubungi ponselnya saja? Georgie menjadi semakin penasaran. "Apakah orang itu Albert?"

"Albert? Apa yang anda maksud adalah Albert Beaufort?" Tanya Hannah yang diiyakan oleh Georgie. Kemudian Hannah menggeleng. "Bukan, Miss. Orang yang tadi menelepon berasal dari sekretaris kerajaan Belgia, Miss. Beliau berkata bahwa Prince Louis dari Belgia ingin bertemu dengan anda."

"Lalu apa kamu sudah mengiyakan dan mengatur jadwal pertemuannya?"

"Sudah, Miss." Jawab Hannah. "Pertemuan anda sudah dijadwalkan pada pukul 4 sore ini. Jadwal anda kosong pukul 4."

"Batalkan." Kata Georgie dengan tegas. "Maaf, Miss?" Hannah menanyakan hal itu dengan tidak percaya. Bagaimana bisa ia membatalkan pertemuan dengan pangeran Belgia, pikir Hannah.

"Kamu dengar aku, Hannah. Batalkan pertemuan itu." Ulang Georgie.

"Tapi..." Hannah masih berusaha untuk membantah perintah Georgie namun Georgie kembali berkata kepadanya. "Tidak ada tapi, Hannah. Sekarang juga aku ingin kamu membatalkan pertemuan itu dan sisa pertemuanku untuk hari ini."

Georgie bangkit berdiri dari kursinya dan merapihkan beberapa dokumen di meja kerjanya. "Aku akan pulang sekarang." Lanjutnya.

"Tapi, Miss."

"Aku pergi, Hannah." Georgie bergegas keluar dari ruangannya meninggalkan Hannah yang tercengang memikirkan bagaimana caranya ia membatalkan pertemuan dengan anggota keluarga kerajaan. Ketika Hannah melihat ke luar, Georgie sudah tak lagi terlihat.

Georgie menuruni tangga dari kantornya yang berada di lantai dua melewati kantor agensi asuransi perusahaan lain yang sama juga menyewa gedung di lantai satu. Ia berjalan melewati beberapa orang lalu bergegas memasuki mobilnya yang sudah terparkir di luar gedung.

Ia melajukan mobilnya kembali menuju apartemen miliknya yang berada tak jauh dari kantornya. Kurang lebih sekitar 10 menit jika ditempuh dengan mobil.

Tiba-tiba Georgie teringat sesuatu kemudian ia bergegas menghubungi Hannah, sekretarisnya. "Hannah?" Panggilnya ketika Hannah mengangkat panggilannya.

"Ya, Miss?"

"Apa kamu sudah membatalkan pertemuan itu?" Tanya Georgie sambil masih mengemudikan mobilnya di fifth avenue. "Sudah, Miss. Sudah saya batalkan beserta seluruh sisa jadwal anda untuk hari ini." Jawab Hannah. Georgie mengangguk puas.

"Bagus, Hannah. Dan satu hal lagi, saya ingin mengingatkan, jika ada yang menanyakan nomor ponsel saya, atau dimana saya tinggal, jangan diberikan. Entah siapapun itu yang menanyakan, jangan pernah berikan kepada siapapun."

"Hmm, Miss.." Kata Hannah.

"Ada apa? Astaga, jangan katakan.."

"Hmm, iya, Miss. Saya sudah terlanjur memberikan nomor pribadi anda pada pihak kerajaan." Perkataan Hannah membuat Georgie menggeram. Sialnya, Georgie terlambat memberitahukan hal itu pada Hannah. Kini Georgie hanya bisa berharap pria itu tidak akan melakukan hal yang macam-macam padanya.

Georgie pun hanya bisa menghela nafas. "Baiklah, Hannah." Kemudian ia pun mematikan panggilan teleponnya.

Ketika Georgie sampai di depan gedung apartemennya sekitar 5 menit kemudian, ia segera memarkirkan mobilnya di basement dan segera menekan tombol lift menuju lantai apartment miliknya. Georgie bersyukur ketika lift itu datang tak lama kemudian. Ia segera masuk ke dalam lift dan menekan lantai 10 di tombol lift. Yang Georgie inginkan hanya satu.

Segera sampai di apartement miliknya, mengunci diri di dalamnya dan tidak membiarkan siapapun masuk. Oh iya, dan juga membatasi akses agar Prince Louis tidak bisa menjangkaunya sedikitpun.

Lift berhenti di lobby apartement, membuat Georgie sedikit kesal karena hal itu semakin menghambatnya.

Georgie melihat pintu terbuka, dan apa yang ia lihat setelahnya membuat dirinya mematung. "God, not again."

BECAUSE IT'S YOU | NEW YORK SERIES #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang