FOURTEEN

326 31 2
                                    

Kembali ke masa kini, at The Royal Palace of Brussels.

Mata hijau pria itu mengingatkan Georgie pada saat dimana ia membawanya ke lantai dansa.

Tapi kini semuanya terasa berbeda. Entah Georgie sendiri atau pria itu yang berubah, tapi kini semuanya tak sama lagi seperti yang dulu bisa ia rasakan. Atau mungkin karena sekarang ia bertemu dengan pria itu bukan seperti 2 orang asing yang baru pertama kali bertemu.

Namun sebagai 2 orang yang akan memulai segalanya.

Pria itu bersalaman dengan ayah dan ibunya. Georgie bisa melihat ada sebuah ketegangan diantara ayahnya dan pria itu. Sampai akhirnya pria itu berdiri dihadapannya. Dan melihat ke arahnya dengan mata hijau miliknya yang cerah. Tatapan yang sangat ia benci.

"Georgie." Panggil pria itu.

Georgie masih bersikap formal. Ia melakukan curtsy dihadapan 4 orang lainnya yang sedang menatap mereka saat ini. "Your Royal Highness." Sapanya.

Kemudian tangan pria itu memegang bahunya dan menghentikan dirinya saat melakukan curtsy. "Enough," pria itu berkata. Dan sentuhan pria itu di bahunya membuat tubuhnya merasakan rasa dingin. Bukan karena tangan pria itu yang dingin. Tapi karena ia terlalu membencinya. Bahkan sangat membencinya sampai melihat tatapannya saja Georgie tidak ingin.

"Louis benar, Catherine." Ratu Mary berkata pada dirinya. "Kamu tidak perlu lagi melakukan curtsy padanya. Ia adalah calon suamimu sekarang."

Senyum sopan mengembang di wajah cantik Catherine. "Baik, Yang Mulia."

Mary kembali tersenyum melihat kesopanan calon menantunya itu. Léopold juga ikut tersenyum. "Please everyone, have a seat." Léopold berkata.

Lalu semua orang diruangan itu mengambil kursinya masing-masing. Dan Georgie duduk berhadapan dengan Louis di dalam ruangan itu. Mata cokelat miliknya sempat beradu dengan mata hijau Louis. Kemudian Georgie mengalihkan pandangannya dari pria itu sehingga ia tak perlu lagi menatap Louis.

Karena dengan berada di satu ruangan dengannya saja membuat Georgie jengah. Ia tak menginginkan semua ini.

Kemudian makanan pembuka dihidangkan bagi mereka. Sup krim kental dengan roti prancis. Georgie menghabiskannya perlahan sebagaimana tata krama seorang bangsawan yang seharusnya. Ia sesekali tersenyum menanggapi perbincangan orang lain tanpa ikut berbicara.

Selanjutnya hidangan utama dan penutup juga dihidangkan. Baik Louis maupun Georgie sama-sama memilih untuk diam dan makan dalam diam. Setelah mereka selesai makan, Léopold membuka pembicaraan. "Kita sebaiknya mulai membicarakan pertunangan antara Louis dan Catherine." Katanya.

"Saya setuju, Yang Mulia." Balas Robert.

"Apa anda memiliki usulan mengenai kapan sebaiknya pertunangan ini dilangsungkan? Tapi sebaiknya kita tidak menundanya terlalu lama."

Robert menjawab dengan sopan. "Kami mengikuti saja bagaimana baiknya menurut anda."

"Bagaimana jika dilakukan akhir bulan ini?" Mary ikut berbicara. Georgie menatap sang ratu karena terkejut. "Ada baiknya jika pertunangannya dilakukan secepat mungkin, karena dengan begitu pernikahannya juga bisa dilakukan tanpa menunggu terlalu lama." Lanjutnya.

"Akhir bulan ini, Yang Mulia?" Tanya Georgie.

Mary menangguk. "Benar, Catherine. Kamu tentunya tidak keberatan bukan?"

Georgie tersenyum resah. Namun sebelum ia menjawab seseorang menjawabnya terlebih dahulu. "Tentu saja ia takkan keberatan. Kami setuju dengan hal itu."

BECAUSE IT'S YOU | NEW YORK SERIES #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang