6 : ketemu

10.8K 2.8K 200
                                    

"Bah anjer kita udah muterin kelas ipa dua kali dan lo sama sekali ga nemu orangnya? Salah liat kali," kata Haechan sambil mengatur nafasnya.

"Ah bangsat, terus siapa dong??" tanya Jeno yang mulai frustasi.

"YA MANA KITA TAU SURIPTO, KAN LO YANG LIAT," jawab Haechan, ngegas.

"Gak usah ngegas anjeng, ke kantin aja yuk, pusing pala gue muter-muter mulu," ajak Guanlin.

Haechan dan Jeno langsung menyetuji ajakan Guanlin untuk pergi ke kantin untuk ketiga kalinya pada hari ini. Tidak ada yang salah, memang, hanya saja Guanlin dan Jeno tidak pernah pergi ke kantin sesering ini.

Dalam perjalanannya menuju kantin, Jeno melihat sosok dengan punggung yang mirip dengan orang yang ia lihat di balkon tadi. Jeno memutuskan untuk mendekati orang itu untuk memastikan.

"Woey bangsat, mau kemana lo??" seru Haechan saat Jeno tiba-tiba berlari menjauhi mereka.

Jeno tidak menggubris seruan Haechan yang membuat kedua pemuda itu —Haechan dan Guanlin, terpaksa ikut berlari mengejar Jeno meskipun tenggorokan mereka sudah kering.

"Hey," sapa Jeno kikuk.

Anak itu yang sedang fokus membaca buku hanya menoleh cuek pada Jeno, dan fokus kembali pada bukunya. Jeno agak jengkel karenanya. Ah, ternyata perasaan ini yang sering orang-orang rasakan ketika Jeno memilih cuek dan fokus pada bukunya sendiri.

"Lo yang tadi di balkon kan?" tanya Jeno to the point.

Anak itu menoleh ke arah Jeno sekali lagi. "Ya, dan udah gue duga, lo bakal nyari gue," jawab anak itu.

Jeno memutuskan untuk duduk di sebelah orang itu dan memperhatikan buku yang ia baca. Sebuah buku konspirasi, ternyata ada orang lain yang memiliki minat sama dengannya.

"Bangsat, main ninggalin aja!" omel Haechan dan Guanlin yang baru datang.

"Bacot," celetuk Jeno.

Anak itu menatap Haechan, Guanlin, bahkan Jeno dengan tatapan aneh. "Sebenernya kalian mau ngapain sih? Mau sok jadi detektif buat nyelesaiin masalah ini? Ck, polisi aja gak bisa," celetuk anak itu.

"Songong amat, najis," gumam Guanlin.

Jeno menghela nafas. "Kita mungkin gak bisa, tapi seenggaknya kita kan bisa ikutan mikir," kata Jeno.

"Dih," balas anak itu.

Anak itu kembali fokus dengan bukunya. Haechan ingin sekali memaki-maki anak itu, namun ditahan oleh Guanlin.

"Lagian lo ngapain nongkrong di balkon begitu? Sama aja kepo kan," cibir Guanlin.

"Haha, gue cuma mau liat aja, para polisi itu bisa gak mecahin kasus ini tanpa bantuan barang bukti. Cctv juga mati kan? Hebat banget dong, mereka gak butuh saksi," kata anak itu.

"Berarti lo tau dong apa yang sebenernya terjadi?" tanya Jeno.

Anak itu mengangguk. Jeno, Guanlin, dan Haechan saling menatap satu sama lain.

"Bisa lo ceritain, apa aja yang lo liat dari balkon?" pinta Jeno.

Anak itu lantas menutup bukunya dan menatap Jeno intens. "Lo yakin mau denger? Gue rasa gak bakal ada yang percaya juga. Lagian siapa sih yang percaya sama omongan bocah SMA?" kata anak itu.

"Kita bisa percaya," kata Guanlin, yang disambut anggukan oleh Jeno dan Haechan.

Anak itu menoleh ke sekitar. "Ngobrol di kantin aja, gue haus," kata anak itu.

"BERANG BERANG MAKAN COKLAT, BERANGKAAAT!!" seru Haechan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔] The Lost : The Creation  (00ㅡ01L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang